02 (End)

52 15 9
                                    

Seperti kemarin, malam ini sangat dingin. Alih-alih kedinginan, aku malah merasa panas, sangat panas. Bahkan beberapa tetes keringat dari keningku jatuh ke lantai penjara yang dingin.

Aku teringat kenangan bersama Lyn. Yang kuingat aku sangat mencintai Lyn, walau kami sering berbeda pendapat. Rasanya tidak mungkin aku membunuh seseorang yang sangat kucintai. Tiba-tiba aku ingat hari itu.

3 hari yang lalu...

"Aska!" terdengar suara teriakan manis berasal dari seorang gadis yang tak lain adalah Evellyn.

Aska tersenyum melihat kekasihnya. "Bukankah jadwal kuliahmu hari ini siang? Apa yang membuatmu sudah berada di kampus sepagi ini?"

"Oh, iya. Hari ini kan Kyle ulang tahun. Aku mau membelikan hadiah untuknya. Mau temani aku?" Lyn memohon.

Kyle adalah sahabat Lyn sejak kecil.

"Oke," kata Aska seraya mengelus puncak kepala Lyn.

Mereka pun pergi meninggalkan kampus dengan mobil merah milik Aska. Mereka sampai di depan toko baju, Lyn langsung masuk dan memilih baju yang sesuai untuk Kyle. Sesekali Lyn meminta pendapat Aska.

Selesai, Lyn sudah selesai memilih dan langsung menuju ke meja kasir. Saat Lyn akan membayar baju itu tiba-tiba saja Aska langsung membayar baju itu duluan.

Lyn tidak suka seperti ini, karena menurutnya dia bukanlah tipe orang yang memanfaatkan kekayaan kekasihnya. Apalagi orang tua Aska selalu meremehkan Lyn dan menganggap Lyn telah memanfaatkan Aska.

Saat itu juga Lyn merampas uang dari tangan kasir dan menggantinya dengan uang yang berasal dari dalam tas kecilnya. Lyn kemudian mengembalikan uang Aska tadi.

Dengan wajah kesal Aska keluar dari toko itu dan segera masuk ke dalam mobil. Kemudian Lyn menyusul.

"Kenapa kau selalu menolak kebaikanku? Apa karena orang tuaku?" Aska bertanya dengan wajah datar.

Dengan senyuman, Lyn menjawab, "Aku harus membelikan Kyle hadiah dengan uangku sendiri Aska."

"Tapi aku ingin membantumu," kata Aska.

"Bukankah lebih tepat kalau dikatakan ini adalah hadiah darimu kalau kau yang membayar?"

"Lyn!" bentak Aska.

"Aska aku tahu maksud kamu baik. Tapi, aku tidak ingin orang tuamu memandangku rendah dan selalu memanfaatkanmu," ucap Lyn sambil tersenyum.

Aska mulai mengomel panjang lebar. Seperti biasa Lyn hanya tersenyum mendengar ocehan Aska yang hampir tiada henti itu. Aska termasuk orang yang kasar. Ia selalu membentak saat sedang marah, bahkan pada Lyn juga.

Entah apa yang membuat Lyn sangat betah dan sabar berada di samping Aska, kekasihnya. Lyn sangat mencintai Aska.

***

Ingatan itu. Saat aku marah pada Lyn. Ahh. Apa yang terjadi selanjutnya? keadaan keluargaku dengan keluarga Lyn memang beda. Tapi aku tidak pernah merendahkannya. Tidak pernah. Lyn. Gadis itu, masih saja bisa tersenyum saat aku sedang marah. Karena itulah aku sangat mencintainya, gadis yang selalu tersenyum.

Tapi apakah aku membunuh Lyn hanya karena hal sepele itu? Aku berusaha mengingat semuanya sampai tanpa kusadari aku sudah tertidur lelap.

***

"Tahanan 2488! Mari ikuti saya," seorang petugas kepolisian sudah memanggilku pagi-pagi. Seperti biasa, aku langsung mengikuti ke mana petugas itu pergi. Lagi-lagi ke ruang pengunjung.

Terlihat Kyle sudah duduk menungguku. Kali ini Kyle datang dengan senyuman di wajahnya. Aku langsung duduk di hadapan Kyle.

"Aska, maaf sudah membuatmu seperti ini," ucap Kyle dengan senyumannya yang semakin melebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bisunya Jeruji BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang