Author
Seorang gadis berseragam putih biru menatap jemarinya yang ternodai oleh tinta ungu karena habis melakukan cap 3 jari. Ia menghela nafas pelan kemudian beranjak pergi. Ia masih belum memutuskan akan melanjutkan sekolahnya dimana. Hatinya masih bimbang.
Gadis itu menghampiri mamanya yang menunggu dirinya di depan gerbang sekolah. Ia membuka pintu mobil dan duduk di jok belakang. Di jok depan di samping kursi pengemudi, seorang gadis sedang asyik memainkan ponselnya sambil sesekali tersenyum geli. Tidak ada percakapan diantara kedua remaja itu. Sang mama menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan Kota Jakarta yang siang ini cukup lengang.
"Cantik sama Manis kali ini bakal ngelanjutin sekolah di SMA yang sama kan?" tanya wanita paruh baya yang sedang mengemudi itu.
"Iya, ma." Jawab gadis yang duduk di samping kemudi.
Sedangkan gadis yang duduk di jok belakang hanya diam. Jangankan mau jawab, mendengar pertanyaannya saja tidak. Ia masih asyik bermain dengan alam bawah sadarnya.
"Nis.." panggil wanita paruh baya itu sambil melirik putrinya lewat kaca spion. Gadis itu tidak merespon.
"Manis! Mama manggil kamu kok gak di jawab?!" Gadis yang berada di jok depan itu memutar badannya berbalik ke belakang menatap Manis.
Masih tidak ada respon.
"Manis!!" Kata gadis itu setengah berteriak. Manis tersentak.
"Kenapa?" Tanyanya singkat. Dia sedang tidak mood untuk berbicara.
"Ihh.. ngelamun ya?"
Tidak ada respon.
"Kita bakal satu sekolah kan kali ini?" Tanya gadis itu lagi.
"Entahlah..." kata Manis dengan wajah murung.
"Kok gitu? SMP kan kita udah pisah sekolah, masa' SMA pisah lagi sih?" Kata gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya. "Ayolah, Nis.. kita satu sekolah, ya? Ya? Ya?"
Manis terdiam cukup lama, menimang-nimang kalimat yang akan diucapkannya. Melihat wajah antusias nan penuh harap di depannya ini membuat Manis merasa bersalah. Sangat.
"Kaya'nya kita gak bisa satu sekolah lagi deh, Tik." ucapnya hampir tak terdengar. Antara ragu dan tidak ingin mengecewakan, Manis tidak bisa membedakan keduanya.
"Manis... kamu masih kukuh dengan rencanamu itu? Apa gak sekolah disini aja bareng kakakmu? " Tanya mamanya.
"Ya mau gimana lagi? Manis udah terlanjur janji, ma."
Mendengar hal itu Cantik kembali ke posisi awalnya, membuka tutup aplikasi messenger dengan wajah di tekuk. Mamanya kembali fokus pada jalan di depannya. Sedangkan Manis mengalihkan pandangannya ke luar jendela menatap kota Jakarta dengan wajah sendu.
"Apa gue bakal sanggup ninggalin lo, mama, papa, sahabat gue, dan hiruk pikuk kota Jakarta ini? Sebenarnya gue pengen tinggal bareng kalian disini, tapi kaya'nya gue mesti pergi. Dilema, sumpah!" -batin Manis.
📌📌📌
A/N: Ini cerita baru aku. Prolognya singkat, biarlah. Vote and Comment ya guys kalau suka! Krisan (kritik dan saran)nya aku terima kok. :) Follow my akun : @Sweetnisaa27
Salam jumpa,
Nisa_
Rabu, 23 Agustus 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Hilang [Slow Update]
Teen FictionAcha, cewek kota yang memilih menempuh masa Putih abu-abunya di sebuah desa di daerah Wonogiri, Jogja. Acha berharap dengan kembalinya ia ke desa itu, ia dapat bertemu dengan seseorang dari masa lalunya. Tapi sayangnya orang yang di cari Acha malah...