Sepertinya tidak ada habisnya kalau bercerita mengenai "KULI", ada saja berbagai pengalaman yang pernah saya baca, baik yang menghayal maupun yang katanya cerita nyata, entahlah...
Namun sepertinya memang selalu menjadi topik yang menyenangkan birahi kalau berbicara kuli, bagaimana tidak fantasi untuk bercinta dengan pria straight dan mungkin liar seperti itu menjadi idaman untuk sebagian dari kalian. Seolah artis yang memiliki penggemar tersendiri.
Untuk cerita perdana saya, saya akan berbagi cerita mengenai hal tersebut yang terjadi beberapa tahun silam. Silahkan menebak ini nyata atau fantasi semata...
Sore itu sepulang kantor ayah masuk rumah sambil memanggil ibu saya, saya yang sedang duduk di ruang tengah sampai ikut menoleh karena suaranya yang cukup keras tidak seperti biasanya. Sambil mengeluarkan beberapa lembar kertas yang terlihat dari jauh olehku semacam brosur bergambar rumah dan gedung-gedung tinggi. Ayah memulai pembicaraan bersama ibu dan sesekali saya menyimak walaupun tidak terlalu jelas karena saya sedang memainkan game di tablet dan menggunakan headset. Karena penasaran saya pun mendekat ke arah mereka sambil melepas headset yang masih nyantol di kuping.
Gimana menurut kamu ndra...?
Apanya dad...? gak nyimak saya
Kalau kamu lebih prefer ke apartment atau rumah tinggal?
Can you explain once again, sorry
Dan Ayah menjelaskan kembali maksud dari kertas-kertas yang dari tadi tidak lepas dari tangan dan pandangannya. Secara bergantian dia memamerkan kepadaku seolah kertas tersebut adalah hasil prakaraya anak SD yang dengan bangga ditunjukkan ke orang tua mereka saat pulang dari sekolah. Ternyata rumah kami akan direnovasi total dan mengharuskan kami untuk keluar dari rumah mencari tempat tinggal sementara sembari rumah kami digarap.
Sambil mikir mataku bergantian menatap ibu dan ayah yang sepertinya mereka juga sedang memikirkan pilihan yang tepat. Rumah kami memang tidak besar, untuk saat ini masih terasa cukup saja karena kakak pertama saya sudah ikut suminya. Namun rencananya kakak saya akan melahirkan bayinya di kota ini jadi ayah ingin membuatkan kamar tambahan sekaligus menambah luas bangunan untuk kelebihan tanah yang ada di samping dan belakang rumah. Mungkin karena ini adalah anak pertama, kakak saya sedikit paranoid kalau tidak disamping ibu. Tawaran untuk menggunakan kamarku saja ditolak oleh kakak ku karena gak enak dengan suaminya dan memang kamarku ada di lantai dua, kesulitan juga untuk seorang ibu baru dan calon ponakanku. Padah saya juga sebentar lagi akan tinggalkan rumah jika surat tugas praktek sudah keluar yang kemungkinan dan pasti akan di luar kota karena saya ikut ambil bagian untuk program bantuan kesehatan di pelosok daerah.
Apartment dad...! jawabku tanpa lama menimbang, karena salah satu brosur itu berlokasi tidak jauh dari mall dan tempat nongkrong yang strategis. Ayah dan ibu menyambut kalimat tersebut dengan sedikit menyeringit karena sepertinya berbeda dengan pilihan mereka.
Kenapa apartment ndra...?
Karena tidak jauh dari kantro daddy, ibu juga kan deket kalau mau belanja, pembelaanku. Lumayan kan macetnya cuma bentar menuju kantor dad, gimana bu...? mengharapkan dukungan suara dari ibu yang sepertinya ikut senang ketika saya menyebut belanja, karena mall tersebut lumayan sering jadi tempat janjian reuni teman-teman ibu saya yang seingatku sering banget reuni, sampai mikir ibuku ini sekolahnya banyak banget sampai reuni berkali-kali.
Ibu sih ngikut aja mana baiknya, sambil menatap ayah,
Pembicaraan terpotong karena handphone ayah bunyi dan segera dijawab olehnya sambil menuju ke pintu depan dan membukanya. Rupanya tamu ayah yang sepertinya sudah membuat janji sebelumnya. Ayah mempersilahkannya untuk duduk dan meninggalkannya untuk mandi dan berganti baju. Sambil berlalu mata saya mengikuti ayah sampai menghilang masuk ke kamar kemudian berganti menatap pria yang sudah duduk sambil menunduk memainkan handphonenya. Saya mendekat dan menawarinya minum, awalnya menolak namun kuabaikan rasa sungkannya dan berlalu menuju dapur untuk memberitahu mbak rini yang bantu-bantu di dapur. Kopi untuk tamu di depan mbak Rin kataku lalu berjalan kembali ke depan melewati ibu yang sedang ngobrol di handphonenya, sepertinya sedang menghubungi Ronce, (adikku yang bungsu, namanya Romy sebenarnya).
YOU ARE READING
R E N O V A S I (I)
RomanceSepertinya memang selalu menjadi topik yang menyenangkan birahi kalau berbicara tentang kuli, bagaimana tidak fantasi untuk bercinta dengan pria straight dan mungkin liar seperti itu menjadi idaman untuk sebagian dari kalian. Seolah artis yang memil...