1

43 5 0
                                    

        "Datang dari mimpi semalam Bulan bundar bermandikan sejuta Cahaya Di langit yang merah, ranum seperti anggur Wajahmu Membuai mimpiku uuu Sang pujaan tak juga datang Angin Berhembus bercabang Rinduku berbuah lara Sang pujaan tak Juga datang Angin berhembus bercabang Rinduku berbuah lara Uhhh laraaaa....."

        Petikan ukulele dan nyanyian dari seorang Remaja Perempuan yang posisi badannya menyender pada tembok dan kedua kakinya dinaikan ke atas meja warung dipecahkan oleh suara dari seorang pesuguh warung tersebut.

        "JA! Nih makanannya udah jadi sesuai pesanan, Telor ceplok, Mie goreng, Nasi."

        "Oke Bang Den makasih, kopi dong sekalian" Senyum gigi Perempuan itu pun menghiasi wajahnya yang manis.

        "Kalo gak banyak mau namanya bukan Senja bang HEHEHE" Jawab Perempuan itu.

        Senja. Samantha Senja Fredrick. Nama yang indah, wajah yang indah, kehidupan ekonomi yang sangat berkecukupan membuat orang lain terkadang iri. Namun keharmonisan keluarganya tidak seindah nama dan wajahnya.

        Senja mengotak atik Handphonenya dengan posisi kaki kanan naik di atas kursi sambil terus menyuapkan nasi dan lauknya ke dalam mulut dan mengunyahnya cepat-cepat layaknya orang belum makan dua bulan.

        "Bang Denda! Gua cabut dulu ya, biasa ada urusan mendadak. Nih bang uangnya, ambil aja kembaliannya." Senja mengulurkan tangannya dengan uang 50 ribu.

        "Ini kelebihan banyak Ja, mending kamu tabung."

        "Gausah bang, abang lebih merluin kan buat biaya ngelanjutin ni warung. Tar kalo tutup gua nongki dimana?" Tukas senja cengegesan.

        "Yaudahh dahh makasih ya Ja!"

        "YoiYoi" Jawab Senja keluar dari Warung bang denda dengan menenteng Helm kesayangannya yang ia beli dari uang tabungannya sendiri.

        Senja masih menggunakan kemeja sekolah lusuh dengan semua kancing terbuka untuk memperlihatkan Kaos hitam polosnya yang ia pakai, Senja sudah tidak memakai Rok sekolah, Karena sejak sepulang sekolah Senja langsung berganti dengan celana Jeans Hitam yang Robek segaris di Lutut.

        Senja menaiki Motor R1 hitamnya dan segera memakai Helm kesayangannya tersebut.

        Motor senja membelah kota Bandung. Sesekali ia menyapa Preman-preman yang sedang melaksanakan tugasnya, sesekali juga ia memberi uang kepada pengamen saat lampu merah, tapi tidak dengan orang-orang yang mengemis, Karena menurut Senja mengemis bukan cara yang tepat untuk mencari uang Karena tidak ada usaha sama sekali, lagi pula apa susahnya menggunakan Botol bekas dan batu-batu dipinggiran jalan dan digunakan untuk mengamen.

        Senja menepikan Motornya saat merasakan ada getaran pada saku bokongnya. "HALLO SENJA! BURUAN MONKEY! UDAH MULAI NIHH.. UDAH MAU NYANYIIN LAGU PERTAMA." Teriak orang dibalik Telpon itu membuat Senja makin degdegan. Tanpa membalas Senja langsung mengantongi Handphone-nya lagi dan melajukan motornya tanpa hati.

        Tak sampai 2 menit Senja sampai tempat yang dituju, ia mematikan mesin motornya dan melepaskan Helm-nya. Ia menguncir rambutnya yang berantakan dan menenteng Helm-nya sambil berjalan memasuki Café tersebut.

        Baru saja ia memasuki Café tersebut ia sudah mendapat lambaian tangan dari teman-temannya segerombolan anak laki-laki ganteng Khas Bandung. Setelah mengetahui keberadaan teman-temannya ia pun belum beranjak dari depan pintu dan masih melihat sekeliling. Gelap. Hanya tempat Bar dan Orang yang akan tampil di atas Panggung music milik Café tersebut yang diterangi lampu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang