Her
"Jane, are you okay?" Aku bisa mendengar suara Anna yang sedikit berteriak karena suara musik yang terlalu keras. Sebagai jawaban, aku hanya mengangguk, hanya agar tidak ditanyai lebih lanjut, karena jujur saja, aku tidak sedang baik-baik saja.
"Ngomong-ngomong, kau dan Sam benar-benar sudah putus?" Seolah dipengaruhi sihir, aku seketika membeku mendengar nama itu, sebelum tertawa sambil lalu hanya untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya ada di pikiranku.
"Entahlah, sepertinya begitu. Lately, he's been having fun with some new girls." Aku menenggak habis beer di dalam gelas, mencoba mengelak dari kenyataan bahwa apa pun yang terjadi antara aku dan Sam benar-benar sudah berakhir. Aneh, rasanya masih baru tadi pagi ia memeluk pinggangku dari belakang saat aku memasakkannya sarapan.
"His new babe looks really amazing, though." Aku menoleh ke arah Anna, jelas gadis itu tidak sedang memperhatikanku, wajahnya lurus menatap ke depan. Aku mengikuti arah pandang Anna dan mendapati seseorang yang menjadi topik pembicaran kami berdiri di sana, beberapa meter jauhnya, sedang memeluk pinggang gadis lain yang jelas bukan aku. Pandangan kami bertemu dan lagi-lagi aku membeku, rasanya seolah waktu berhenti berputar.
Him
"Sam?" Aku menoleh, Jessica menatapku bingung.
"Temanmu?" dia bertanya, menunjuk dengan dagu ke arah tadi tatapanku bertemu dengannya. Aku hanya bergumam tidak jelas. Tidak yakin sekarang ini sebenarnya status kami apa.
"Kalau begitu, ayo temui. Kenalkan padaku." Aku belum sempat memberikan jawaban, tapi gadis ini sudah menarikku, tak memberikanku pilihan selain melakukannya.
Ini seperti penyiksaan. Melihatmu tampak baik-baik saja tanpa aku. Dan seolah Tuhan ingin lebih menyiksaku, waktu terasa berjalan sangat lambat saat aku melangkah menujumu. Kamu tidak berubah, masih sama seperti kali terakhir aku melihatmu. Masih begitu cantik hingga membuatku lupa berkedip.
"Hai, Sam." Kamu menyapaku lebih dulu, tersenyum. Dan senyumanmu pun masih sama, masih mampu menciptakan perasaan menggelitik di perutku. Bagaimana kamu mampu tersenyum sementara aku bahkan tidak bisa melihatmu tanpa merasa sesak.
"Hey, Jane. Been a while, isn't it?" Lingkaran tangan Jessica di pinggangku rasanya seperti rantai yang mengikat.
Her
Aku hanya tersenyum. Sebuah senyum yang dipaksakan, karena sebenarnya, situasi ini ingin membuatku menangis, bukannya malah tersenyum seperti orang bodoh.
"Jess, kenalkan, ini Jane, temanku." Satu kata itu seolah berubah jadi sebuah belati tak kasat mata yang menusukku berulang-ulang tepat di dada. Jadi benar, ternyata semuanya memang sudah selesai.
Him
Aku tidak bisa bilang kalau kamu adalah pacarku, karena aku bahkan tidak lagi punya hak untuk menyebutmu begitu. Tapi aku tidak pernah tahu kalau menyebutmu sebagai seorang teman ternyata rasanya bisa sesakit ini. Dan melihatmu tersenyum lebih lebar saat aku mengatakannya, membuatku sadar bahwa kamu sudah meninggalkanku, berjalan menjauh. Hanya aku yang tertinggal, terperangkap dalam perasaanku kepadamu yang masih sama. Kenyataan menghantamku keras. Kita sudah selesai.
-H.J

YOU ARE READING
When You Hear This
Short StoryIntinya, ini akan berisi kumpulan songfic abal yang aku buat di waktu senggang saat mendengarkan lagu-lagu yang liriknya cukup 'ngena' menurutku.