Cinta itu terkadang tidak harus memiliki
Baginya cukup hanya dengan melihatnya bahagia
©redkimchichuLET ME
"Nah, Taeyong. Bagaimana yang ini? Bagus kan?"
Jisoo berputar-putar dengan ceria. Gaun pengantin putih yang membalut tubuhnya terlihat begitu indah. Gadis itu memang sudah cantik. Gaun cantik itu semakin menambah kecantikannya.
Tapi melihatnya membuat Taeyong sakit. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri untuk rasa sakit ini. Jika saja ia lebih cepat. Tapi semua sudah terlambat.
"Taeyong!"
Cubitan kecil yang mampir ke pipinya, menyadarkan Taeyong. Dengan setengah hati ia tersenyum pada Jisoo.
"Cantik kok cantik," kata Taeyong singkat. Melihat wajah kesal Jisoo membuatnya tersenyum dengan tulus. Gadis itu tak pernah absen membuatnya ikut tersenyum.
"Kau ini. Melihat saja tidak. Aku marah padamu. Sekarang pilihkan gaun pengantin untukku," oceh Jisoo.
Taeyong terdiam. Ingatannya langsung tertuju pada gaun yang sempat ia lihat tadi. Gaun itu sangat elegan. Ia yakin Jisoo sangat cocok mengenakannya. Tapi apa dia rela membiarkan Jisoo mengenakannya untuk orang lain?
©Taeyong mengepalkam tangannya kuat-kuat. Ia kesal. Ia tidak kuat melihat kemesraan yang ditunjukkan Suho pada Jisoo. Ia ingin pergi tapi ia tidak ingin mengecewakan Jisoo.
"Menyakitkan eh?" kata Jaehyun tiba-tiba.
Taeyong membuang muka dan tidak menjawab pertanyaan yang tidak perlu jawaban. Karena jawaban itu sudah jelas.
"Ku dengar Irene sudah kembali dari Jepang. Kau harus memperingatkan Jisoo. Bagaimanapun calon suaminya itu mantan pacar Irene. Dan semua tahu betapa Suho tergila-gila pada Irene."
Taeyong tak menjawab. Di satu sisi ia ingin Irene merebut Suho tapi itu akan melukai Jisoo. Ia bingung. Kalau saja ia tidak berbohong waktu itu, Jisoo sudah menjadi miliknya.
"Jisoo lepas dari tanganmu juga ulahmu sendiri, Taeyong. Kenapa kau tidak jujur saat Jisoo mengatakan perasaannya padamu. Kau bodoh sekali malah mengatakan kalau kau gay."
Damn.
Taeyong tahu ia bodoh tapi semua sudah terjadi.
©Ting tong
Ting tong
Ting tongTaeyong mengusap wajahnya dengan kasar. Ia kesal karena tidurnya terganggu. Siapa yang membunyikan bel di tengah malam begini.
Dengan malas, ia menghampiri pintu depan tanpa memakai kaos. Dengan boxer hitam selutut dan bertelanjang dada.
Hati Taeyong langsung melengos begitu pintu apartemennya ia buka. Disana Jisoo berdiri dalam keadaan basah kuyub. Taeyong yakin gadis itu menangis dari mata yang memerah.
"Jisoo."
Dengan cepat Taeyong membawa Jisoo masuk. Gadis yang biasanya berisik itu hanya diam tak bergeming. Gadis itu mengikuti Taeyong dengan pasrah.
"Apa-apaan kau ini? Kenapa bisa basah kuyub. Kau bisa sakit, bodoh!" omel Taeyong. Ia mengambil handuk dan baju ganti yang ditinggalkan Jisoo di apartemennya. Sejak pengakuannya tentang dirinya gay, gadis itu sering menginap. Dan itu ujian terberat bagi Taeyong.
"Ganti bajumu!" perintah Taeyong.
Taeyong tertegun. Biasanya Jisoo selalu melawan jika ia suruh-suruh. Tapi kali ini gadis itu tak melawan sama sekali. Sepatah kata pun tak keluar dari mulutnya.
Ada apa dengan Jisoo nya?
©Taeyong berdiri tak sabar di dapur. Jisoo terlalu lama di kamar mandi. Itu membuat Taeyong cemas. Dengan nekad, ia menyusul ke kamar mandi.
Deg
Jisoo berendam di bak mandi milik Taeyong yang besar. Dengan kepala di tenggelamkan di air.
Dengan panik Taeyong menarik tubuh Jisoo dari bak mandi. Rasa malu dan tak enak ia usir jauh-jauh. Nafsu nya pun kalah akan rasa cemasnya. Ia melepas baju yang menempel di tubuh Jisoo dan membalutnya dengan handuk.
"Jisoo-ya, apa yang terjadi? Kenapa kau seperti ini?" bisik Taeyong pelan.
©"Apa yang terjadi?" tanya Taeyong pelan.
Semalaman ia menunggui Jisoo yang terlelap. Ia tidak tahu apa apa dengan Jisoo. Tapi gadis itu benar-benar kacau.
Sekarang gadis itu bergelung padanya. Memeluk tubuhnya seolah ia guling. Jika ia jujur tentang status bohong gay nya. Ia yakin Jisoo sudah menghajarnya. Ini deritanya setelah kebohongan itu. Jisoo sering memeluknya. Taeyong harus ekstra menahan diri untuk tidak menyerang gadis itu.
"Pernikahannya batal," kata Jisoo pelan. Tangan mungilnya sibuk mainkan kancing baju Taeyong.
"Apa?" Taeyong tidak salah dengar bukan?
"Suho sudah memiliki anak dengan Irene. Itu kenapa dia pergi ke Jepang. Dia mempermainkanku, Taeyong."
Taeyong tidak tahu harus senang atau sedih. Bolehkah dia senang karena Jisoo masih bisa ia perjuangkan?
"Dia bilang karena wajahku mirip dengan Irene, dia menikahiku. Dia jahat, Taeyong. Aku membencinya."
Taeyong memeluk erat tubuh Jisoo yang bergetar. Ia benci air mata Jisoo. Ia tidak ingin Jisoo menangis. Tapi apa yang baru gadis itu alami cukup menjadi alasan.
©Butuh waktu satu bulan penuh untuk mengembalikan senyum Jisoo. Taeyong berusaha keras untuk itu.
Sebulan penuh juga ujian bagi Taeyong. Jisoo memilih menginap di apartemennya. Taeyong tidak bisa mengelak. Entah berapa kali ia harus mandi air dingin karena Jisoo merengek untuk tidur di kamarnya. Dan gadis itu clueless tentang itu.
Seperti sekarang.
Jisoo duduk di samping Taeyong dengan kepala bersandar di pundak Taeyong. Keduanya sedang menonton film.
Taeyong rasanya ingin meledak. Ia tidak tahan jika terus menahan perasaannya.
"Taeyong, kenapa kau gay?"
Pertanyaan tiba-tiba dari Jisoo menyentakkan Taeyong ke dunia nyata. Dimana Jisoo begitu dekat dengannya.
"Damn it."
"Ap-hmmmph"
Taeyong mencium Jisoo tanpa jeda. Ia mengulum bibir tipis itu dengan lihai. Ia terus memimpikan bagaimana rasa bibir itu. Sweet. Bibir manis itu akan menjadi candu baginya. Ia enggan melepas ciuman itu tapi ia butuh oksigen.
"Taeyong," kata Jisoo pelan. Ia menatap Taeyong dengan shock.
"Aku tidak gay, Jisoo. Aku menyukaimu."
1
2
3
Jisoo mencoba memprosesnya.
"Ya Tuhan. Kau membohongiku. Aku selalu .... ah Taeyong. Kau menyebalkan. Aku bahkan hanya memakai pakaian dalam didepanmu."
Well
Hari itu Taeyong menderita memar di lengannya karena pukulan Jisoo.