Prolog

24 3 0
                                    

Hari pertama memijakan kaki di SMA Satu lengkap dengan seragam putih abu abu yang ia kenakan membuat senyumnya tidak pernah pudar. Pancaran binar pada kedua bola mata indahnya membuat siapa saja tepat menebak jika keadaannya lebih dari baik pagi ini. Name tag bertuliskan Cinta Widya Febriana terpampang jelas di seragamnya, gadis yang kerap di sapa Cinta ini begitu antusias dengan hari pertanya sebagai anak SMA.

Tentu saja, setelah bergelut pada tumpukan buku UN beberapa bulan yang lalu membuahkan hasil baginya, hingga perempuan ini mampu diterima bersekolah di SMA Satu. Sekolah idamannya sejak dulu.

"Wahhhh.... Akhirnya aku sekolah disini" Cinta tersenyum gembira hingga menunjukkan deretan gigi putihnya, benar benar persis seperti seorang anak umur 5 tahun yang baru pertama kali datang ke arena bermain.

"Woi!!"

Menoleh, Cinta mendapati seorang perempuan dengan satu lesung pipi pada pipi kanannya tengah berkacak pinggang menatapnya.
"Hai Dinda." kemudian Cinta melambaikan tangannya kepada Dinda

"Ciee yang udah pake rok abu abu.." Cinta kembali menggoda temannya itu seperti hari hari sebelumnya. "Gak usah galak atuh.. Ntar kamu cepat tua, hehe"

Kini kawasan parkiran sudah mulai sepi, tinggal segelintir orang dengan seragam yang sama tengah memarkirkan kendaraannya dan Cinta juga Dinda yang masih setia berada di sana. "Kamu kayak orang kampungan!" Dinda mencibir, kemudian berjalan memasuki lobby meninggalkan Cinta yang awalnya sebal hingga terkikik geli mendengar ucapan tadi. Apa Cinta kelihatan malu maluin?

"Tungguin!!!" Cinta sedikit berlari untuk menyamakan langkah kakinya dengan Dinda, hingga bola matanya menangkap pergerakan satu makhluk sepertinya. hanya berbeda jenis saja.

Rahang yang kokoh, alis tebal, dan senyum menawan terlihat dari kejauhan. Itu Seananta Andara. Cinta memperhatikannya, cowok yang berstatus sebagai kakak kelasnya itu tengah terbahak dengan kedua sahabatnya entah sedang berbicara apa sampai bisa sebahagia itu pagi ini. Yang Cinta tahu, kedua sahabat Sean itu bernama Alfathan Prayoga dan Tirta Putra Sutomo. Cinta bahkan tahu jika ketiganya sudah berteman sejak SMP.

"Tata?!Helloww.." Dinda menjentikkan jarinya. "Itu mata dikontrol neng." seolah sengaja menyindir Cinta yang tengah menatap penuh terhadap tiga ciptaan tuhan yang sempurna di hadapan mereka saat ini.

Klek..

"Ishh,,, auhhh.." Cinta menggosok gosok dahinya akibat ulah temannya ini. "Gak usah pake sentil juga. Sakit tau!" ringisnya.

Dinda yang mempunyai tinggi lebih unggul dibanding Cinta itu berdecak, "yaa kamu sih dari tadi dipanggil gak nyahut. Tata..  Tata.. Udah yah jangan terlalu berharap sama kak Sean, dia gak bakal kenal sama kamu. Emang keterlaluan sih sebenarnya, masa dia gak kenal kamu sama sekali padahal kalian tetanggaan." ucap Dinda

Tatapan binar Cinta meredup, "mau gimana lagi kalo dia gak kenal aku, lagian hanya sebatas kakak kelas dan dirumah hanya sebatas tetanggan doang kan." ucap Cinta sendu.
Wajah Dinda memerah antara kesal dan gemas, tak habis pikir dengan Sean yang segitu anti sosialnya sampai tetangganya saja tidak kenal. "Masa sih?, padahal kalian udah berada di satu lingkungan yang sama selama kurang lebih Delapan tahun. dan sampai saat ini, itu cowok gak pernah kenal kamu sama sekali? itu dianya yang anti sosial atau kamunya yang terlalu sibuk nontonin jejeran oppa oppa di youtube. Sampe gak keluar kamar." cerocos Dinda panjang lebar.

Cinta menghela napas. "Entahlah, mungkin dua duanya..."

Neighbor Is My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang