Bagian Dua

15 1 0
                                    

~Minta tolong~

"Satu ditambah satu sama dengan dua. Aku ditambah kamu sama dengan kita.."

***

Hujan di bulan Agustus begitu berharga bagi cowok ini, rasanya menikmati segelas cokelat hangat ditambah dengan sepiring biskuit begitu menggiurkan. Apalagi di luar sana langit begitu betah memuntahkan tetesan tetesan air tiada henti, membuat cowok itu semakin enggan atau bahasa kerennya mager mode on untuk melakukan sesuatu. Jarang jarangkan melepas penat sesaat.

Baru saja cowok itu ingin memejamkan matanya untuk masuk kedalam alam mimpi, suara khas seorang ibu mengintruksinya.

"YAN??!!"

"Yaa Bun.." jawab Sean dengan mata yang masih tertutup, membiarkan cokelat panasnya yang tinggal setengah jadi mendingin.

Ceklek..

Telinga Sean masih berfungsi dengan baik, buktinya dengan mata terpejam dan kesadaran yang hampir menghilang cowok itu dapat mendengar jelas suara langkah kaki seorang wanita setengah paruh baya mendekatinya.

"Bang Yan," ucap Diana— ibunda Sean.

"Kenapa Bun?" Sean membuka mata cokelatnya, lalu mengubah posisi yang tadinya bersandar pada kursi goyang kesayangannya menjadi duduk tegap menghadap Diana.

Senyuman hangat bak seorang ibu terpancar pada wajah Diana, wajah cantiknya serta kulit yang masih terawat hingga saat ini bagaikan tak keriput termakan usia. Mata cokelatnya serta senyuman khas yang persis sama dengan Sean. "Bunda ganggu waktu santai kamu ya.."

"Gak kok, ada apa?" Sean to the point

"Cuma mau minta tolong, anterin bolu pisang ke rumah tante Vana yah. Dari kemarin anaknya tante Vana katanya ngidam bolu, mumpung bunda buat banyak jadi disisihin dikit."

Sean bangkit dari kursi goyangnya, mengambil jaket serta payung yang berada disamping pintu. tanpa mengatakan apa apa, cowok itu meninggalkan Diana seorang diri.

Diana tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "dasar anak nakal. Masih belum berubah, main nyelonong aja."

***

Rasanya Cinta ingin lompat saja dari lantai dua, cewek ini sedang dalam mood yang sangat buruk. Rencana awalnya adalah pergi berbelanja dengan Dinda mengingat sudah sangat jarang mereka berdua memiliki quality time bareng, tapi semua rencana awalnya gagal sudah hanya karena Vana—Ibunya harus bertemu dengan client hari ini. Dan itu Mendadak. Jadinya, cewek itu tidak akan dapat izin sampai Ibunya pulang ke rumah.

"Apaan coba?! Kan udah kesepakatan dari semalem,.. ahkk!"seru Cinta frustasi, rambutnya sudah acak acakan akibat ia jambak sendiri. Persis seperti anak kecil.

Ting..tong..

Cinta menoleh, lalu dengan sigap berlari menuruni anak tangga tanpa peduli bagaimana penampilan dirinya saat ini. Persis seperti pasien rumah sakit jiwa.

"IYA!! SABAR NAPA, INI SMENTARA DI BUK—SEAN!!?" Saking shocknya cewek ini sampai terlonjak kebelakang beberapa langkah, "Gimana bisa kamu?!"

Dengan santainya Sean melewati Cinta yang masih setia dengan keterkejutannya di depan pintu. "Masih mau shock-shockan disitu, atau mau gue usir dari rumah lo sendiri?,.." tanya Sean membelakangi tanpa menoleh.

Neighbor Is My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang