Pagi hari dengan langit biru di kota Alvadore, begitu cerah dan menyejukkan. 2 orang anak berumur 15 tahun sedang berjalan di pinggir trotoar. Yang satu berambut hitam dengan gaya Grasir dan yang satu berambut coklat dengan gaya slicked back, berbeda gaya rambut tetapi memiliki wajah yang serupa, mereka cukup tampan. Mereka mengenakan pakaian sekolah, ya mereka sedang munuju ke sekolah.
Sesampainya di sekolah semua mata tertuju pada mereka berdua, baik itu laki - laki atau pun perempuan. Terutama yang perempuan.
"Yo.. Jasderro, lu duluan aja ke kelas. Gua masih ada urusan." Devitto menyuruh Jasderro dan langsung lari meninggalkannya.
"Ta-tapi nanti kau bisa telat kak!" Sahut Jasderro yang tidak di hiraukan oleh Devitto.
Ya, mereka kembar. Tetapi sifat mereka berbeda, Jasderro orang yang pintar dan pemalu sedangkan Devitto sang kakak adalah orang yang ambisius tapi pemalas, dia termasuk cerdas bahkan Jasderro masih di bawahnya, percaya diri yang tinggi dan juga suka berbuat masalah.
Jasderro POV
Aku berjalan melewati lorong dengan menunduk karena para murid lain selalu menatapku, aku heran kenapa setiap kali aku lewat semuanya menatapku. Aku agak risih selalu diperhatikan seperti itu. Dan aku juga tidak suka menjadi pusat perhatian. Aku hanya ingin sendiri, maksudku tidak benar - benar sendiri. Yang kumaksud adalah sendiri dengan kakak, aku merasa lebih nyaman berada di sampingnya, mungkin karena waktu kecil aku selalu di lindungin olehnya.
Dug..
"Woy! Lu kalo jalan liat - liat dong bangsat!" Teriak seorang pria yang ternyata seniornya. Bajunya basah karena minuman yang dia pegang tumpah.
"Ma-maaf kak, sa-saya tidak se-sengaja." Aku terbata, gugup karena takut. Dan ini juga salahku berjalan sambil menundukkan kepala.
"Maaf maaf! Baju gua basah begini emang bisa kering kalo lu minta maaf, huh?!" Bentak laki - laki tadi.
Aku hanya bisa tertunduk, takut dan malu. Takut pada seniorku dan malu pada semua murid yang memperhatikan kita.
"Sa-saya akan membersihkannya kak." Jawabku sambil menunduk. Mataku mulai berkaca - kaca.
"Duit lu aja sini! Semuanya!" Senior itu meminta uang padaku, tetapi aku tidak punya uang. Aku hanya membawa roti yang di kasih oleh Ibu panti.
"Ta-tapi saya ti-tidak punya uang kak." Jawabku semakin terbata.
"Halah! Alasan mulu! Kalo gua cek ada, awas aja lu!" Senior itu mulai mengecek setiap kantong yang ada di baju dan celanaku, bahkan di tasku juga.
"Apaan nih?! Lu sekolah cuma bawa ginian doang?! Payah banget lu!" Senior itu menginjak roti yang kubawa sebagai balasannya.
Aku mematung, hanya roti itu yang bisa ku makan untuk nanti siang. Aku tidak bisa membeli apa - apa di kantin.
Tap... tap... tap...
"Woy senior bangsat!!" Teriak seseorang yang berlari dari belakangku.
Senior itu menengok ke arah suara tadi dan.. Duugg... orang yang berlari tadi memukul senior itu hingga terjatuh, tidak sampai disitu. Dia terus memukul senior itu walaupun sudah terjatuh. Saat aku melihatnya.
"Ka-kak.. apa yang kau lakukan kak?! Berenti kak! A-aku tidak apa - apa." Aku mencoba menghentikan kakak yang mengamuk memukuli senior itu. Tapi dia tidak mendengarkan.
Duugg...
2 orang teman senior itu datang dan menendang kakak hingga terjatuh ke belakang. Aku mencoba mambantunya untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasdevi : The Twins Killers
HorrorJasderro dan Devitto, anak kembar yang tinggal di panti asuhan sejak mereka kecil hingga beranjak remaja. Hingga suatu ketika mereka berdua berjalan pulang menuju panti asuhan dan di hadang oleh 3 senior di sekolah mereka. Karena suatu kecelakaan ya...