Ruang Hati

186 15 2
                                    

Denting waktu semakin lantang terdengar di telingaku. Cicitan malam yang seolah mengejekku, membuat getaran hati semakin terasa. Sampai kapan ragaku harus terus bergeming seperti sekarang ini? Hawa dingin mulai menusuk lapisan luar kulitku.  Namun, hati kembali kokoh, menunggu dia yang akan memberi bahagia untukku.

Angin berembus pelan, menemani kesendirianku. Jalanan kosong menjadi pemandanganku. Bangku kosong disamping kutatap dengan sendu. Kembali teringat kenangan masa lalu. Dimana dia selalu mengejarnya tanpa tau waktu. Sekarang hanya Tuhan yang tau, apakah dia akan akan datang dan kembali padaku.

Aku memandangi sudut jalan itu lagi, dalam diam, berharap sosok itu datang dengan senyuman dibibirnya. Warna matahari senja mulai pekat dengan udara sore yang terasa dingin.
Aku masih menunggunya.
Seseorang datang, namun itu bukan dia. Ku keluarkan arloji dari balik jasku, pukul enam sore. Aku berusaha untuk tetap tersenyum sambil terus memandangi sudut jalan itu. Ketika hari sudah gelap, kulihat arloji kembali, pukul 7 malam.
Dan aku masih menunggunya ....

Kuhembuskan napasku perlahan, kembali lagi kutatap bangku kosong di sebelahku sendu. Di manakah kau berada? Apa aku akan datang seperti hari-hari sebelumnya?

Sekarang kusadar. Harapanku telah musnah. Hilang bersama waktu. Dan tenggelam bersama rindu.

Akankah semuanya seperti harapan, yang mengisi kekosongan? Atau ini hanya khayalan?Ku berharap, mimpiku jadi kenyataan.

Akupun melihat arlojiku kembali. Kini waktu mulai menunjukkan pukul 8 malam. Akupun mulai gelisah. Namun ketika melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit. Seketika aku terdiam dan tersenyum saat mengingat kembali kenangan ku dengannya tentang bintang. Hingga aku tak sadar kalau ia sudah berada disampingku. Namun saat aku ingin menyentuhnya tiba-tiba ia menghilang. Akupun tersadar kalau itu hanyalah khayalanku saja.

Kini aku kembali mencoba untuk menunggu nya sedikit lagi, waktu, nampak nya diriku masih membutuhkan mu untuk menunggunya, aku kembali menatap jalanan hampa itu, mencoba menunggu nya untuk kesekian kali.

Apakah kali ini penantian ku sia-sia? Apakah waktu kembali mempermainanku untuk kesekian kalinya?

Angin mengirimkan tanda saat cengkraman hangatmu sampai diujung pundakku. Semua guhdahku hilang dibalut senyum indah itu. Saat buluh perindu di sisi hati masih berbatang lebat, kini dia telah merekah menjadi sebuah bunga tercantik yang menghangatkan seluruh jiwa. Aku tau tentang janjimu dan aku menunggu masa merekah tersebut sejak lama.




PRESENT BY

rikakurnia11
Peregam
Yusako_Konohachimari
Aseept
Leonitachristiany
AzimaKohr
mukhdatulsyaafiah
Aira_Ira

Antologi PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang