begitulah hidup, menentukan segalanya sendiri, memilih menjadi apapun, tapi kau tidak bisa menghindari takdir dan kematian. karna sesungguhnya kematian sedang berjalan disamping mu, jika waktu nya telah tiba kematian akan merangkul mu.
gadis kecil di luar jendela yang sedang memakan coklat, di sebrang jalan seorang pria tua berjalan menikmati sore yang agak sedikit mendung. Laras bisa melihat kehidupan dari balik jendela kamar nya, dia bisa membayangkan bagaimana perasaan pria tua yang umurnya mungkin hanya sebatas beberapa tahun lagi, mungkin bulan atau hari, atau gadis kecil itu mungkin sejam lagi akan meninggal bisa saja itu adalah coklat terakhir yang dia makan. Pikiran laras melayang-layang bahkan ia memikirkan bagaimana jika dia di takdirkan menjadi kucing? atau dia di takdirkan menjadi seekor anjing? atau bahkan dia tidak pernag menjadi apa-apa, dan tidak pernah ada. Laras tidak pernah meniggakan kamar nya, baginya dibalik kaca jendela kamar nya sebuah dunia sempurna telah ia saksikan. Ia terlalu takut untuk keluar dan menyaksikan dunia sesungguhnya, dunia yang begitu luas, begitu brutal, begitu bising, begitu ramai. Ia adalah tuhan untuk dunia nya, laras tidak berdoa, laras pikir jika memang doa baik, kenapa ada permusuhan? apakah salah satu penduduk bumi berdoa akan kehancuran dan dikablukan? baginya ia tidak perlu tau apa-apa, yg ia percayai adalah apa yang benar, tp sampai saat ini laras tidak tau apa yang ia sedang percayai.
laras tidak bosan sendiri, dia tau bahwa setiap manusia dibumi ini adalah jiwa yang sendiri, mereka tidak pernah bersama-sama. jika memang mereka menikah dan akan memiliki keturunan, bagi laras itu adalah sebuah potret. Ketika roh mereka terlepas dari raganya, mereka akan menjadi sendiri, dan sendiri. Laras tak ingin dikenang, sebab itu laras sendiri. Ia tak ingin ada seseorang yang menangis di hari kematiannya, laras tak ingin ada yang mengunjungi kubur nya, laras tak ingin ada rindu-rindu yang tak bisa terbalas. baginya cukup aku dan diriku yang berduka.
kaca kamarnya kusam, musim berganti begitu cepat, gadis kecil yang laras liat telah menjadi sosok wanita dewasa yang berparas cantik dan tidak lagi memakan coklat karna mungkin takut badan nya akan gendut dan tak ada pria bumi yang memandangnya, itulah kehidupan orang dewasa. Mereka bisa memilih menjadi apa yang mereka mau, mereka penuh dengan kemunafikan dan ego, semua memenuhi kepalanya badannya bahkan hatinya. pria tua yang berjalan sore itu sudah tak ada, dan tak ada yg benar-bernar bersedih akan kepergianya. Anak, cucu bahkan cicit dari kakek tersebut, mereka telah memiliki alur hidupnya masing-masing. Hanya Laras yang sedikit bersedih, ia sedih karna mungkin ia akan hilang. Jendelanya akan lebih kusam dari ini.
Laras tidur, untuk pertama kalinya.