Blessed Messiah and the Tower of Ai

70 8 4
                                    

AAAK FUHA HEREEE~
First time publish heuheu :v
Ini pertama kali jadi ku sangat butuh kritik saran dari kalian untuk membenarkan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar (mabok mapel b.Indo :v)
Enjoy it~

Di sebuah negri yang sudah hancur, hanya anak-anak yang selamat. Mereka semua berpegangan tangan dan bangkit dari keterpurukan. Sakit maupun sehat, mereka berbagi kebahagian dan kesedihan.

Di dalam negri itu, karena ketamakan orang-orang dewasa yang mengira bisa menandingi dewa, diberikan hukuman darinya.

Pada suatu hari, diriku mendapatkan sepucuk surat−yang entah dari mana datangnya−kepadaku. Surat itu mengatakan bahwa diriku akan menerima ' 9 berkah' dari 'menara cinta' untuk mengembalikan kondisi negri kami.

"Wah! Kak Miku itu hebat sekali!" ujar pengembala kembar Rin-Len dengan semangat. Mereka itu kembar tak identik, ya perempuan dan laki-laki.

Luka sang penari tersenyum lembut, "apa kau keberatan jika kami membantumu?"

"Ya, Miku. Kita semua harus saling membantu 'kan? Lagi pula, jangan lupakan semboyan kita," Gumi berkata riang dengan sedikit terbawa bahasa 'puitis'nya.

"Kita berbagi senang dan sedih," Kaito sang kepala desa melanjutkan Gumi. 

Bulir-bulir air mata menghiasi ujung mataku, "teman-teman, terimakasih!"

Dalam perjalanan yang panjang menuju 'menara cinta' kami sering menghadapi banyak cobaan dan ringtangan. Tapi semboyan kami menguatkan kami semua 'kami berbagi senang dan sedih'.  

"Ayo! Miku! Sedikit lagi!" pendeta bernama Gakupo membantuku menaiki batu.

"Indahnya," Mayu, adik sang pembuat roti terkenal berdecak kagum.

"Kau benar," Ia sang kakak menimpali.

Mereka benar. Ketika kami semua berdiri diatas batu 'menara cinta' itu berdiri tegap  dikelilingi bebatuan yang sebagian tertutupi lumut. Mungkin bagi kalian, orang-orang di masa mendatang, menganggap ini hal yang biasa, 'toh, hanya batu dan lumut.' Tapi bagi kami, itu adalah hal yang menakjubkan. Negri kami mengalami kekeringan selama lima tahun terakhir, selama setahun terakhir sudah tidak ada hujan, bahkan lumut pun enggan melekat di batu, pohon saja tidak ada. Mengerikan kondisi negri kami sekarang, aku tahu.

"Meskipun perjalanan kita masih panjang, kita harus tetap maju! Ayo! Ayo!" Meiko yang dijuluki gadis pedang memimpin didepan dengan penuh semangat.

"Ayo!"

Setelah jatuh bangun dalam setengah perjalanan tadi akhirnya kami sampai di 'menara cinta'. Kami masuk kedalam menara itu.

Suara gemuruh pada lantai pertama itu membuat kami bergidik. Tiba-tiba pintu menara tertutup rapat dan untuk kemudian pintu berkah pertama terbuka.

Berkah pertama: [ombak yang mekar]. Suara gulungan ombaknya seperti memanggilku. Perlahan, aku melangkahkan kakiku kedalam ruangan berkah itu. Di dalamnya terdapat meja bundar yang sekiranya setinggi dadaku. Dari meja itu perlahan keluar cahaya berlambangkan ombak yang sedang bergulung.

Aku mendekat ke meja itu dan ingin meraih berkah itu.

"Kita berbagi senang dan sedih, Miku!" Kaito menarikku lalu mendorongku keluar ruangan dengan kencang.

Aku jatuh tersungkur. Sebelum pintu berkah itu tertutup Kaito tertawa sinis.

Apa-apaan itu. Berkah yang seharusnya menjadi milikku tercuri. Aku menoleh kebelakang melihat yang lain. Mereka terlihat saling membenci satusama lain dan berlari menuju lantai kedua menara.

Vocaloid Song Fiction~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang