Tas gendong Jansport hitam tergantung pada bahu kanannya dan berjalan layaknya jagger. Pintu toilet itu langsung ia dorong. Para gadis menatap Cecilia tanpa mata berkedip dengan mulut menganga dipantulan kaca besar. Dia tersenyum menyeringai. Kemudian Cecilia hanya melewati dengan santai dan langsung memasuki bilik. I am the princess but i feel slave inside.
Setelah selesai, ia segera keluar dari bilik dan kemudian ia mendapati dirinya seorang diri di tempat itu. Tasnya ia langsung lemparkan pada wastafel. Membenarkan posisi t-shirtnya yang ia selipkan pada jeans abu-abunya. Ia menarik beberapa rambut didaerah wajahnya dan langsung ia ikat menjadi pony-tail dengan sedikit rambut yang masih tertinggal dibelakang kupingnya. Setelah semuanya sempurna iapun mengambil tasnya dan segera keluar. Matanya mengamati sekitarnya sebelum berjalan keluar. Well, all clear. Kemudian ia berjalan cepat di koridor sekolah termegah di California itu. Mereka mengenalnya dengan kata OHS a.k.a (Oakdale High School).
---
Cecilia berdiri pada lobby sekolahnya yang ramai oleh anak-anak membubarkan diri. Ada yang bersiap menaiki School Bus maupun jemputan masing-masing. Tangannya dikibaskan pada leher yang mulai berair, sial. Well, minggu depan sudah memasuki liburan musim panas, bebas! celetuk hatinya girang.
Bruk!
Segerombol laki-laki menabrak bagian belakang Cecilia membuat ia tersungkur. Semua orang tertawa renyah di atasnya. Bagus, sekarang kau tontonan murahan batin Cecilia. Matanya tertutup menahan malu ditambah sakit pada lutut yang menahan bobot badannya dan ledakan kemarahan yang menjalar keseluruh tubuhnya. Cecilia mendongak dan perlahan mengangkat lututnya. Menahan malu sekaligus ingin menampar siapapun yang menyenggolnya. Mungkin pipinya semerah tomat.
Bruk!
"WHAT THE FUCK!?!" pekik Cecilia jengkel. Bagaimana bisa ia terjatuh lagi-lagi karena tersenggol seseorang di belakangnya?
Sekarang ia memutar badannya dan langsung melompat berdiri. Matanya memicing. "Maafkan aku," suara berasal dari sebelah kirinya.
"OH! So, it was you!?" tuduh Cecilia menarik suaranya. Semua orang memperhatikan seakan-akan di depannya akan ada tontonan baru di SMU itu. Pria itu terlihat sok memelas dan berakting Nerd. Cecilia tak akan bisa dibohongi bodoh. Pria itu menunduk, memainkan jari-jarinya.
"Ya, maafkan aku, aku tidak melihatmu dibawah tadi." kata pria itu. Pria itu menyembunyikan mata birunya di balik kacamata yang miring. "Lain kali liat-liat! dan hati-hati," ujar Cecilia sambil mengibaskan tangan kanannya. Pria itu mengangguk.
"Nona Elliot, silahkan masuk," potong seseorang dari belakang Cecilia. Pria berjas hitam rapi dan kepalanya yang botak dan kurus memecah lamunan gadis itu. Gadis itu mendongak dingin kepada pria itu. "Apa Ayah tau kau bekerja sangat lambat?" ketusnya diakhiri memasuki mobil BMW berjenis 310i. Gadis itu langsung meninggalkan pria berkacamata setelahnya.
Bola matanya membulat ketika ia melihat Peter-adiknya sedang memainkan video game. Ia mendengus keras. "Issac, apa kau sedang bermain-main denganku sekarang!?" tanya gadis itu menekankan tiap katanya pada supir yang baru saja mendaratkan bokongnya.
"Tidak, Nona. Maafkan saya, tadi Mr. Elliot meminta saya untuk menjemputnya dan Anda, nona," jelas supir itu membuat amarahnya lagi-lagi meluap. Tidak yakin apa yang membuatnya seharian mengalami mood yang buruk. Dengan gerakan cepat ia mengambil ponselnya dari saku celananya. Menuliskan 'Dad' pada daftar kontak.
"Dad, seriously?"
"What's happened honey?"
"Peter bersamaku, kau sedang bercanda?"
"Memangnya kenapa?" tanya Ayah sambil terkekeh.
"Aku sedang ti—"
"Sudahlah, lain kali aku berikan kunci mobil untuk anak Ayah ini." bagus, batin Cecilia.
"Baiklah" kemudian Ayahnya menutup telepon secepat kilat. "Asshole!" pekik Cecilia ke ponselnya.
Di perjalanan ia hanya meratapi luar kaca sambil mendengarkan lagu Blink 182 – Bored To Death. "OUCH NO!" hampir terdengar seperti jeritan. Issac-sang supir dan Peter-pun memutarkan kepalanya ke arah Cecilia bersamaan. Jari-jarinya meraba keras lututnya yang terbalut skinny jeans dan ada lumuran darah disekitar jins yang sobek. "Berisik kali," tegur Peter sambil melemparkan wajah datar. Cecilia hanya sibuk dengan lututnya tanpa menghiraukan adiknya itu.
Sialan Nerdie. Nama untuk pria bersikap nerd di LA yang akan ia selalu ingat untuk luka di lututnya. "wait?what." gumam Cecilia. Kecipratan sama si Nerdie. Sekarang dia terkekeh mengingat entah mengapa dia harus bersusah payah menghabiskan waktu dengan keadaan yang hampir selalu terjadi pada masa remaja. Gila!
TO BE CONTINUE.
KAMU SEDANG MEMBACA
CECILIA
Fanfiction"Gadis cantik sepertiku tidak menjamin kehidupan yang cantik juga. Tidak seperti cerita cinta lainnya, semuanya pasti berbeda dengan ekspetasi," - Cecilia Elliot. Setelah kematian Ayahnya, gadis itu hidup ketika dunia Zac dan Cecilia berhasil beruba...