*Ting.... Ting*
Terdengar suara dering telepon Ilma yang menandakan sebuah pesan masuk di ponselnya. Ilma perempuan yang bernama lengkap Ilma Sabrina Putri itu membuka mata, Ia mencoba bangkit dari tidurnya. Ia langsung berlari mencari sumber suara tersebut. Dengan lelah hati ia melangkahkan kakinya untuk membuka pesan tersebut. Ternyata pesan itu dari Nawal, seorang laki-laki yang bernama lengkap Fahmi Nur Nawal adalah manager perusahaan di mana Ilma bekerja. Ia mengirimkan sebuah lokasi untuk di datangi Ilma. Dengan rasa mengantuk yang menyerangnya, ia mencoba melawannya dan mulai bergegas menuju tempat tersebut.20 menit kemudian.
Taman lampion adalah tempat yang di kirimkan Nawal untuk di tuju Ilma. Kini ia telah berada di lokasi tersebut. Namun, ia belum menemukan sosok orang yang di carinya. Ia mencari kesana kemari, di tengah perjalanan nya Ia mendapati sebuah tempat yang indah dan menyejukan hati. Di saat Ia mendekati tempat tersebut terlihat sosok lelaki yang sedang menunggu seseorang. Semakin dekat Ia melangkahkan kakinya, Ia merasa tidak asing dengan sosok lelaki tersebut. Dengan wajah penuh penasaran Ia mencoba mempercepat derap langkah kakinya, sesampai di depannya.
"Nawal " panggil Ilma.
Nawal yang merasa bersalah dirinya dipanggil menoleh ke sumber suara yang memanggilnya itu. Dengan deretan gigi dan sepasang lesung pipi Nawal memaparkan sebuah senyuman pada Ilma. Dengan ragu ilma membalas senyuman itu." Apa ada urusan penting hingga kamu mengajak bertemu di sini ?"
Pertanyaan Ilma dengan spontan membuat Nawal terperangah kaget mendengarnya."Maaf. "
Sebuah kata yang membuat ilma bingung seketika. Ia merasa bahwa ada rasa khawatir dalam diri Nawal hingga dia memintanya bertemu di sini."Apa ada sebuah masalah hingga kamu tertunduk bingung? bila ada berceritalah, Insya Allah jika saya memiliki solusi saya akan mengatakannya. "
Pertanyaan Ilma sukses membuat Nawal mati kutu. Nawal merasa bahwa Ilma telah mengetahui niatnya dan mungkin alangkah baiknya apabila dia langsung menanyakannya."Ilma jujur saja niat saya meminta kemari bukan karena ada masalah, tapi saya ingin berta'aruf denganmu. "
Nawal mengatakannya dengan ragu karena takut Ilma akan menolaknya, seketika Ia melihat terkejut yang digambarkan oleh raut wajah ilma."Maaf Nawal, bolehkah Saya mempertimbangkan permintaan kamu itu? "
Pertanyaan Ilma yang di balas anggukan dan sebuah senyuman dari Nawal. Seketika pembicaraan mereka terhenti karena tiba-tiba seorang pelayan datang dengan membawa pesanan makanan mereka. Suasana seketika menjadi hening tanpa ada dari salah satu dari mereka untuk memulai pembicaraan. Hanya sebuah gercikan sendok dengan piring yang menghiasi keheningan tersebut.20 menit kemudian.
Setelah sekian lama sebuah gercikan sendok dengan piring yang mulai berhenti, dari tumpukan nasi kini habis terlalap oleh lapar, hanya busungan perut yang kian membuncit menandakan telah selesai mereka menyantap makan malam yang ada tanpa ragu dengan lantang ilma memulai pembicaraan mereka.
"Maaf Nawal saya sudah mempertimbangkan permintaan kamu itu. Saya memutuskan menerima permintaan ta'aruf kamu, Nawal. "
Spontan Nawal terperangah tidak percaya bahwa Ilma akan menerima dirinya . Ia sangatlah bahagia karena Ia sukses membuat ilma bangkit dari keterpurukannya karena masa lalu yang menghantuinya."Sungguh ?"
Nawal Mencoba memastikan apakah hanya mimpi atau hayalan semata, yang akan membuatnya memudar begitu saja.Dengan senyuman Ilma membalaskan sebuah pertanyaan Nawal. Ia melihat dengan jelas ada kebahagiaan di dalam diri Nawal dengan pernyataannya itu. Ia merasa harus melupakan pengalaman pahit yang dia rasakan pada masa lalunya dulu. Ia akan memulai hidup baru dengan orang yang benar-benar mencintainya, yang Ia yakini akan membawanya ke jalan benar surganya Allah kelak.
-Kelopak Senja-
Maaf banyak typo bertebaran.
Oh... Yaaa ini cerita pertamaku Semoga kalian suka yaa... 😉🙌🙌🙌😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelopak Senja
Teen FictionMenceritakan sebuah penolakan Ilma tak mampu membuat Ruri menyerah begitu saja, justru sebaliknya Ruri tetap kekeh untuk merubah Ilma ke jalan yang benar. Namun bagi Ruri, Ilma telah salah dengan memilih pacaran diusia yang dini. Bahkan, agama Islam...