Hari itu seperti biasa aku bermain text, bercanda kesana kemari tak tentu arah dari mulai yang garing, menerbangkan perasaan sampai yang bikin jungkir balik di tempat tidur malah hampir bisa bikin loncat dari atas rumah.. (maaf hiperbola, but it’s real ♥)
“kamu apa ngga bosen textingan sama aku vin ?” tanya nya terlihat dengan sedikit ‘hehehe’ simbolic dari tawanya yang manis.
“hah ? sapose ? aki ? nggak lahh ngaposeng boseng textingan ami kamw, tulisanmw ajd bagus” jawabku dengan bahasa yang disebut paling gaul saat itu.
“cuocotee.. bosomu boso dewa, rak ono boso seng liyo ? . ki smsan vin, opo ketok nek tulisanku apik ? pekok “ jawabnya dengan sedikit menampar tapi ini tamparan bahagia.
“muatamuu.. aku cah gawl rak trimo balek!. Sangar po rak, mata batinku limo ! “ jawabku dengan elusan halus.
Nah, dari situ aku bisa tertawa bahagia lupa akan segala bentuk hutang yang mengikat dan segala bentuk galau yang tidak penting. Sedikit kata buat menggambarkan dia itu, dia putih, manis, mancung, matanya eye shine banget, rambutnya cute. Kalo dari mataku sih dia mirip Dera ‘idol’ apalagi senyumnya wuuhhh bisa buat aku kejet kejet. Tapi itulah dia, aku suka sangat suka dan semakin suka.
Lebih dari 3 bulan aku selalu ada di inboxnya. Begitu sebaliknya dia juga selalu memberi warna warna di hapeku yang sedikit remuk ini. Aku mau sih nembak tapi buat apa, aku berprinsip siap pacaran, maka siap sakit hati. Ya, jika disebut gila aku memang gila. Aku melahirkan sejuta prinsip prinsip tapi aku lupa sendiri satu per satu. aku memang gila karena dia, juga karena masa lalu yang bodoh, kelam, gelap, dan pengap. Aku memang gila karena gila merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Tapi inilah aku dengan labilku dengan segala childish ku aku belum ingin disebut dewasa sebelum aku membuat sesuatu yang menggebrak semua orang termasuk orang tuaku. Sesungguhnya sifat showtime itu memang dimiliki semua orang apalagi remaja sepertiku. Aku menyadari kalau aku masih sebatas ini, dengan gobloknya aku berfikir bekerja, dan dengan gobloknya juga aku berfikir untuk hidup sendiri. Padahaal disini adalah surga duniaku, disekitar orang yang sayang kenapa aku harus mengadakan rasa gengsi ? yap.. salah satu prinsipku Persetan rasa Gengsi !. aku gapernah malu untuk menonton film di bioskop dengan kedua orang tuaku, dan aku pun gapernah malu masuk starbuck bersama orang tuaku. Apalagi belanja di Clothing fest yang berada di admiral aku malah ingin mengajak orang tuaku, kenapa ? simpel karena duitnya banyak selain itu juga ingin mendoktrin mereka untuk beli produk produk anak muda, karena produk tua kebanyakan sudah punah. Aku juga biasa berfikir masa bodoh, jika semua orang malu dengan mengajak teman errorku “restu” ke tempat umum ya lebih tepatnya Mol. Sebaliknya aku tidak malu karena memang aku tidak punya malu. Mungkin ada 1001 konspirasi didalam diriku yang aku sendiri pun tidak mengetahuinya.
Itulah segelumit cerita mengenai diriku dan namaku adalah pincok, maaf nama asliku Alvin. Yuk kembali lagi ke pokok permasalahan.
Dia memukau bagiku dia selalu ada ketika aku meng-klik tombol tengah di hapeku. Mungkin 1 sms dan mungkin 2 atau bahkan lebih dari 5 untuk membangunkanku. Karena memang aku pernah berpesan, aku suka udara pagi hari dan dibalik rutinitasku menyiksa mata di depan layar PC ku aku susah untuk menikmati udara itu. Maka datanglah peri pembawa tongkat berbintang itu membangunkanku dengan seribu sihir kasih untuk membuat mataku terbuka dan membalas sapaanya “Selamat pagi Cahayaku”. Ya bisa dibilang begitu, aku selalu memiliki sebuah ungkapan kepada teman dekatku itu, dengan semua sahabatku pun begitu, apalagi dengan adik adiku aku membuat suatu nama ejekan yang jelek untuk mereka karena rasa sayangku.