1

367 1 1
                                    

Gadis itu tengah bersiap di belakang panggung, dengan sesekali memoles wajah nya yang cantik dengan blush on berwarna peach tipis. Mengenakan pakaian hitam yang ketat melekat sempurna di tubuhnya memamerkan setiap lekukan tubuh yang membuat iri semua gadis lain bila melihat nya, - ramping tapi tidak terlalu kurus - satu kata, sempurna.

"Viki, 2 menit lagi!" seru lelaki botak gagah menyingkap gordyn pembatas dibelakang panggung dengan walkie talkie tergenggam di tangan kanannya.

Gadis yang dimaksud hanya mengerling sebentar seakan tidak acuh lalu bangkit berdiri dari kursi nya. Melakukan stretching sederhana, merenggangkan tangan serta pinggul nya ke kiri dan ke kanan.

"it's time. Let's do this" ucap gadis itu seakan menyemangati dirinya sendiri. Ia pun melenggang keluar dan mulai beraksi dihadapan orang - orang yang sudah menantinya.

*****

Bagaikan ular yang meliuk - liuk lincah dan....... seksi. Itu lah pemandangan yang tersaji di depan puluhan pasang mata lelaki hidung belang di dalam NiteZone, sebuah nite club di bilangan Pusat Jakarta.

Para lelaki itu tak segan - segan dengan royal nya mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dan menyelipkannya di dalam pakaian -yang entah apa itu masih bisa disebut dengan pakaian melihat betapa minim dan ketat nya pakaian tersebut- dancer itu ketika mereka mulai melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di dirinya. Semakin banyak pakaian yang dilepas semakin mengalir lah uang yang diterima oleh para dancer itu.

Ya, mereka adalah para "dancer" atau striptier atau biasa disebut "tangju" ( tanggal baju ). Memang di NZ ini merupakan salah satu club yang menyuguhkan sex-tainment yang menonjolkan segi tangju nya. Dan Viki merupakan salah satu dancer disana, malahan bisa disebut sebagai Primadona nya NZ. Wajah yang cantik rupawan, tubuh yang sempurna serta keterampilannya dalam menari, sifatnya yang ramah, mudah bergaul membuat nya banyak memiliki pelanggan.

Namun tidak selalu para tangju mau diajak tidur atau one night stand , contoh nya Viki. You can watch but please don't touch adalah slogan gadis ini. Pekerjaan boleh saja di dunia kelam nan hina tapi itu prinsip. Take it or leave it.

*****

Viki's Pov

Lelah.

Satu kata yang dirasakan setelah melakukan tugas nya beberapa menit lalu sebagai dancer tangju. Aku memilih untuk duduk sendiri di bar sambil menghisap rokok .

"tequila nya satu ya biasa gk pake garam"

Sang bartender hanya tersenyum dan tak lama memberikan segelas tequila pesanan. "bete banget kayanya" Roni si bartender mulai membuka percakapan.

Segera aku menenggak tequila yang pahit itu dan mengolesi bibir ku dengan irisan lemon guna menetralisir rasa getir dari tequila, "segitu jelas kah, Ron?" aku mendecak sebal "satu lagi" kataku sembari mengangkat gelas tequila ku yang sudah kosong.kepadanya.

Ya memang benar tebakkan Roni, aku sedang kesal, bete mumet. Kepala ku rasanya pusing sekali. Bagaimana tidak aku sedang butuh uang untuk membayar pengobatan adikku. Yang sungguh membuat ku sesak nafas seketika. Sebuah alasan klasik bagi seorang gadis merantau ke Jakarta dan memilih pekerjaan di lembah hitam nan hina ini demi bertahan hidup dengan cara instan. Belum lagi membayar uang semester ku. Yap saat ini aku pun tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta. Dan asal kau tahu saja umur ku masih 23 tahun dan tinggal satu semester lagi aku lulus. Dan iya yang paling utama, aku masih perawan. Menilik dari pekerjaan ku sebagai "dancer" orang pasti berpikiran negatif namun itu semua tergantung dari orang nya. Dan aku tetap berpegang teguh akan prinsip ku. Prinsip kolot untuk para gadis kota hanya kepada suami ku lah aku berikan keperawanan . itu aku pegang terus.

Bila di pikir ulang lagi aku pun tidak mau bekerja sebagai "dancer". aku ingin bekerja layaknya wanit karir, kerja kantoran atau guru tari tapi guru tari saja tentu tidak cukup untuk biaya hidup sehari - hari di Jakarta belum lagi dengan biaya kedua adikku dan biaya kuliah ku. Maka dari itu hanya bermodal kan tampang serta tubuh sempurna bak model aku rela bekerja sebagai "dancer". Bila bisa memilih aku ingin hidup selayaknya gadis lain, hidup harmonis, tenang, damai, keluarga yang selalu mencintai. Namun itu semua hanya ada dalam sinetron picisan. Kenyataan nya terbalik, aku berasal dari keluarga yang berantakan. Ayah ku sering melakukan tindak kekerasan kepada ibu dan kami anak - anak nya. Hingga suatu hari aku tidak tahan dengan sikap Ayah yang terus menyakiti, aku memutuskan nekat pergi dengan membawa kedua adik - adik ku meski dengan berat hati aku meninggalkan ibu bersama ayah yang ringan tangan. Setidaknya aku masih bisa menyelamatkan masa depan mereka. Aku pun berjanji suatu hari nanti aku akan kembali dan membawa ibu hidup bersama ku yang tentu nya dengan kehidupan yang lebih baik.

Aku hendak memesan gelas ketiga tequila lagi saat seseorang menyapa ku dengan tiba - tiba "Boleh gabung? Daripada sendirian mendingan di temenin" ujar lelaki yang sudah duduk disebelah ku sekarang. Aku mengangguk tersenyum tipis sambil memperhatikan nya. Aku tersentak, terpaku. Wajah nya blesteran rupawan mirip salah satu artis papan atas yang sering aku lihat di televisi dengan kemeja yang di bagian lengannya sudah ia lipat sampai siku, lalu kerah kemeja nya yang ia kendurkan memperlihatkan dada nya yang bidang. Entah sudah berapa lama aku memperhatikannya seperti ini hingga akhirnya aku tersadar malu karena terus memandangnya. Padahal dilihat - lihat banyak pelanggannya yang memliki rupa seperti dia malah tidak sedikit pula yang lebih tampan namun seakan ada aura yang menyilau kan terpancar dari dirinya yang mampu membuat ku menaruh perhatian lebih padanya. Stop Viki! Biasa nya para lelaki yang terpesona oleh mu bukan sebalik nya. Ini tidak baik, batin ku. Dan akhirnya aku membuang muka, menetralkan degup jantung ku yang bertalu - talu ini.

"Aku yang traktir" ucap nya lagi saat tequila ketiga ku datang kepada Roni sang bartender. Roni pun tersenyum dan mengerling penuh arti padaku yang aku balas senyum tipis.

"Mike"

"Viki"

"aku gk ganggu kan? Aku bosan butuh teman ngobrol aja kok, tapi kalo kamu ngerasa ke ganggu. It's ok I'm leaving" ucap nya sambil mengeluarkan dompet hendak membayar dengan gesture tubuh hendak pergi.

"nope it's ok" tanpa sadar aku menahan tangannya untuk membayar. Mike tersenyum senang dan kembali duduk dengan nyaman di kursi nya. Cepat aku menarik tanganku dan tersenyum gugup. Sial batin ku, ck

Stay cool Viki.

"kenapa bosan? Kan banyak cewe yang bisa nemenin, tinggal tunjuk dijamin ilang deh bosannya" kata ku sambil menunjuk ke arah kelompok cewe yang bisa diajak tidur.

Mike ikut menoleh kearah yang aku maksud dan segera membuang muka nya, "gk tertarik" ujar nya acuh.

Aku yang kaget akan jawabannya barusan melotot kearah nya, ini orang aneh kan tujuan para lelaki berada disini untuk menghilang kan kebosanan, tapi dia malah gk tertarik. Apa jangan - jangan dia............

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DancerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang