Hembusan angin yg mulai melemah burung - burung yg mulai berterbangan ke sarang mereka, dan ku lihat sang surya telah pancarkan warna jingga kemerahannya. Perlahan kabut saat hujan yg sebelumnya menyelimuti gunung ketika pertempuran mulai menghilang, perlahan 7 warna yg indah mulai tercipta di udara meski samar-samar tetapi kami semua bisa melihatnya
Akan tetapi........?
Aku harus senang atau sedih..? Suasana dan pemandangan seperti ini seharusnya tercipta ketika ada kedamaian di seluruh tanah ini namun 19 tahun sudah kami berempat lahir dan hidup di tanah ini. Tetapi yg ku lihat dan ku dengar selama ini hanyalah tangisan dan teriakan seorang teman yg kehilangan temanya,,,,,,kekasihnya,,,saudaranya dan keluarganya, tubuhku mulai bergetar detak jantungku semakin cepat aku merasa ketakutan kini Seira berada di pangkuanku dengan banyak luka di tubuhnya kepalanya meneteskan darah tetapi dia tetap tersenyum melihatku meski darah melumuri wajahnya dan seragam kebanggaannya"hei.....kenapa kau menangis...?,aku tidak apa - apa jadi jangan sedih seperti itu" (seira tersenyum dan mencoba untuk duduk)
Aku hanya terdiam dan tersenyum kepadanya meski aku begitu cemas padanya dan tanpa ku sadari air mata ku keluar
"untuk apa kau menangis raff bukannya aku sudah bilang kepadamu bahwa aku akan slalu ikut kemanapun kalian bertiga pergi"(seira tersenyum ke kami bertiga)
Revan dan denis pun langsung memeluk seira mereka berdua sangat khawatir dengannya karena kami berempat memang berteman dari sejak kanak-kanak itulah yg membuat ikatan kami berempat begitu kuat
"hei hei hei kalian berdua main peluk-peluk aja.!!!! Aku kejepit di tengah niii..!!!"(seira menggumang)
"kami khawatir tau kamu sih bikin kami takut, pokoknya kami gamau kamu kenapa napa uuuuuaaaaaaaa..." (purak purak nangis)
"hei hei...kalian beneran kawatir atau gak....?nangis aja isi purak-purak, kita bukan anak kecil kayak dulu lagi yg bisa peluk sana sini, kita udah berumur 19th jadi jangan cari cari kesempatan kupret......!!!! Hyatttttttt"
Plakkkkk.......!!!!! (Tamparan maut cewek)
"aduuuuuhhhhhh sakit seira"(denis dan revan)Aku tersenyum dan tertawa melihat mereka berdua meski mereka sangat takut dan khawatir dengan seira tapi mereka bisa mencairkan suasana terlebih mereka masih tetap seperti dulu. Di antara umur kami berempat denis lah yg paling tertua, aku yg ke dua, revan yg ke tiga dan seira lah yg terkecil tetapi kami cuma beda bulan lahir saja, dan meski kami bukan dari 1 kluarga yg sama tapi kami merasa memiliki 1 ikatan , mungkin karena kami mengalami nasib yg sama
"seira kau membuatku khawatir tau, ku pikir telah terjadi sesuatu terhadapmu kau tak tahu betapa takutnya kami bertiga, kami mencarimu ke semua tempat ini dan tu............. Terutama si raff kayak orang gila saking bingungnya mencari mu" (denis sambil naikin 1 alisnya)
"hahhh??? Apa yg kamu bilang denis?aku kan gak sampai segitunya juga tadi"
"aaaaaaahhhhhh kau mengaku saja raff, aku suka ketika melihatmu kebingungan begitu tadi hahahahaha" (sambil mengoda)
"tapi kan bingung karena khawatir dengan seira" (mengalihkan pembicaraan)
"aaaaaaaaaaaa kau khawatir atau takut kehilangam seira???(semakin menggoda)
"huuuuuuusssssss"(malu)Denis memang pandai dalam mencairkan suasana kami bertiga yg awalnya merasa tegang, kini sekarang menjadi tersenyum - senyum sampai seira tertawa terbahak - bahak karena mendengar denis terus menggodaku sampai mukaku merah dan aku mulai malu. Revan hanya tertawa melihat kami berdua dia merasa melihat denis dan aku masih sama seperti dulu ketika kami masih kanak-kanak yg sering bermain di lapangan belakang rumah kami, waktu itu hampir sama seperti saat ini kami bermain kejar-kejaran dan seira terjatuh saat bermain. Kaki kanannya terluka dan berdarah dia pun seketika menangis saat itu revan mencoba tuk menenangkannya tetapi karena dia merasa bersalah dia juga ikut menangis dan saat itu aku dan denis mencoba untuk menenangkannya. denis dan aku pun berpura-pura saling ejek tentang kebodohan kami masing - masing, akhirnya mereka berdua berhenti menangis dan malah tertawa terbahak-bahak.
"ternyata kalian berdua memang tak pernah berubah ya kalian tahu harus berbuaat apa di saat situasi sedih seperti ini" (sambil tersenyum)
"itu pasti revan karena aku dan raff sudah kenal kalian dari kanak-kanak dulu jadi kami berdua tahu apa yg harus kami lakukan"
"mencairkan suasana sih boleh-boleh aja denis, tapi itung -itung juga dong kita ini sudah dewasa masak aku di jadiin sasaran empuk gitu, aku kan jadi malu sama seira" (membela diri)
"wahhh wahhh, adik gua sekarang udah besar ya hihihihihihi udah tau malu ama cewek padalan dulu waktu kecil dia mau-mau aja tuh di bilang pacarnya seira wkwkwk" (semakin menggoda)
"huuuuuuuusssss eeeeeee denis kamu jangan bilang yg dulu-dulu kayak gitu dong" (malu level dewa)
"heiii kalian berdua gak sopan banget, udah-udah masak aku ada di depan kalian, kalian malah jadiin aku bahan lelucon kayak anak-anak gitu"( kesal )
"hahahaha maap-maap seira abisnya dari dulu aku suka kerjain si raff, liat aja dia mudah malu-maluan gitu"
Sebenarnya aku memang menyukai seira dari dulu tetapi aku tak pernah berani menyatakan perasaan ku kepadanya, aku hanya berani melihatnya dari belakang jika aku sedang berhadapan dengannya pasti aku akan menundukkan kepalaku entah kenapa, tapi banyak hal yg membuatku menyukainya selain dia cantik dia pemberani lemah lembut dan pandai. Yaa mungkin suatu hari nanti aku akan berbicara kepadanya
"hei kalian ini udah - udah tidak tepat kita bercanda sekarang di saat seperti ini kita harus menolong yg lain dulu"
Kami pun bangun dari duduk tadi dan tiba-tba.... gleduuukkkk
Seira terjatuh dan pingsan mungkin karena luka di kepala seira terlalu banyak mengeluarkan darah, seketika aku dan denis terkejut aku langsung menghampiri seira dan membawanya ke tenda para medis di belakang medan tempur garis depan, saat ku lihat jam tanganku ternyata sudah menunjukkan pukul 19 : 38 malam karena banyaknya teman - teman yg lain terluka para medis menjadi kesulitan merawat semua orang yg terluka. Beberapa saat kemudian pada pukul 20 : 00 malam surat perintah datang dari markas besar militer yg menyatakan akan mengirim 400 plajurit ke garis depan bagian barat. Akhirnya pada saat itu kapten pasukan pertahanan barat membuat keputusan untuk membawa teman - teman yg terluka dan sakit turun dari gunung dan menandu mereka ke rumah sakit militer di kota Akira, dengan alat yg seadanya dan pengawalan dari teman - teman yg masih bisa berjalan dan sanggup menandu kami akan turun dari medan tempur. akhirnya pada pukul 21 : 09 malam seluruh pasukan bantuan baru muncul merekalah yg akan menggantikan kami di garis depanAkhirnya kami pun turun dari puncak gunung kami sama sekali tidak menggunakan penerangan baik itu lampu, senter dan obor. agar musuh tidak dapat mengetahui posisi kami ketika kami berpapasan dengan pasukan bantuan mereka sudah mencapai puncak. Sama seperti saat pertama kami mencapai puncak,,,mereka terkejut melihat keadaan garis depan barat yg begitu porak - poranda bau lumpur kayu yg terbakar dan darah semua bau itu pasti mereka cium. Dan mereka tambah terkejut saat melihat muka para prajurit yg akan turun gunung yg begitu kosong dan kesedihan teraut jelas di muka kami semua
Baca lanjutannya di bawah ini
KAMU SEDANG MEMBACA
AKIRA
Fantasykisah tentang perjuangan segelintir pemuda dan pemudi yg ingin mempertahankan kota mereka, yg berawal dari terbunuhnya ayah2 mereka yg mempertahankan kotanya dari serangan musuh. dan membuat mereka ingin balas dendam dengan bergabung menjadi prajuri...