Bulan sudah pergi
Simpan dingin berderu, tapi
Matahari belum terbelalak tegak di atas pagi
Subuh enggan berhenti, tapi
Dia tlah tinggalkan diri
sudah kukejar tapi tak tergapai
Dia yang hangat itu sesaat abu-abu
Aku sunyi tak bertuankan kehangatan darinya
Genggaman lenyap tanpa membekaskan sepatah dua patah aksara
Celotehan di antaranya tiba-tiba membisu terpejam
Aku beku terbelenggu dalam getaran pelupuk
Tak satupun kabar kudapat
Dia mati dalam tanyaku
Rindu yang berlarian tak terbendung lagi, tak sadar hanya percuma
Kerlingan matanya mengukir linangan di mataku
Bukan satu yang kupinta
Dia tahu, sadar dan ingat itu yang kukata
Dia, hanya itu saja mauku
walau susah untuk teraksarakan hanya sekali saja
Aku merindu tanpa sepi yang berujung
Memutar roda-roda yang tak mungkin berputar terbalik
Dia tahu aku itu, seperti bola-bola manis, katanya
Kemana ini dicari?
Belum lelah, padahal sudah
Hanya ingin bola-bola manis itu, kembali
Dia ingat lagi di hati, di getaran nadi yang menyatukan
Aku menanti di ujung lembayung
Kusemogakan untuk kembali,
kembali hangat dipelukan tanpa abu-abu lagi
Pengharapanku di ujung senja-Nya
Aku tahu hatinya tak kan mati, sadarlah!
Dia dirindukan bola-bola manisnya, aku yang berkata
hanya satu yang tak aku mengerti, mengapa
Dia mati sesaat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Mati Sesaat
PoetryAku tahu hatinya tak kan mati, sadarlah! Dia dirindukan bola-bola manisnya, aku yang berkata hanya satu yang tak aku mengerti, mengapa Dia mati sesaat? ----------------------------------------