2

110 22 13
                                    

Mohon like, comment, dan sarannya, ya ^^ Selamat membaca~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mohon like, comment, dan sarannya, ya ^^ Selamat membaca~

.

.

.

Apa aku melakukan sesuatu yang buruk sama Joochan?

Sungyeon mengetuk-ketuk ujung pulpen ke atas buku biologi yang terbuka di hadapannya. Sikap Joochan padanya benar-benar mengganggu konsentrasi sekalipun Sungyeon sudah menyugesti diri agar ia tidak memikirkannya.

Joochan tidak mungkin dendam padanya karena semester lalu Sungyeon berhasil mendapat nilai sempurna di laporan hasil belajar. Toh anak itu juga mendapat nilai yang sama. Joochan juga lebih cerdas dalam pelajaran kimia dan ilmu sosial, dua mata pelajaran yang jadi kelemahan Sungyeon.

Lo nggak pernah bercermin, ya?

Sungyeon menatap pantulan wajahnya pada cermin kecil di dalam tempat pensilnya. Ia menarik senyum berkali-kali. Tampaknya tak ada tanda-tanda senyum yang ia tunjukkan setiap hari adalah palsu. Sejak kecil, beginilah cara Sungyeon tersenyum.

Who is that girl I see staring straight back at me?

Sepenggal lirik reflection yang hampir setiap hari ia nyanyikan secara sembunyi-sembunyi di rooftop gedung sekolah, tiba-tiba terngiang di telinganya.

Sungyeon tertegun. Ia kemudian dibuat bertanya-tanya dengan pantulan wajahnya di cermin. Sosok siapa yang ia lihat? Bae Sungyeon yang bermimpi menjadi penyanyi atau dirinya yang ingin menjadi dokter seperti harapan kedua orang tuanya?

Sungyeon sayang, sekarang kursus vokal-nya berhenti dulu, ya? Gimana kalau Sungyeon ikut bimbingan belajar? Nanti ayah panggilkan guru privat ke rumah.

Wajah gadis dengan rambut bergelombang itu berubah murung. Pandangan matanya mengawang, seolah membawanya terbang berbalik pada suatu masa di tahun-tahun lalu.

Kak Hayeon pingin banget jadi dokter seperti ayah, tapi sekarang Kak Hayeon udah nggak ada. Sungyeon mau kan, jadi seorang dokter demi Kak Hayeon?

Kali ini kata-kata ibu yang terngiang. Sungyeon jadi ingat bagaimana wanita itu berlutut padanya dan menatap dengan penuh harap, saat usianya masih lima tahun, satu bulan setelah kakaknya meninggal karena kecelakaan.

Sungyeon tidak lupa bagaimana wajah ayah selalu berseri-seri setiap kali Hayeon berkata ingin menjadi dokter. Juga masih jelas tergambar dalam kepala saat laki-laki yang selalu terlihat tangguh di keluarga itu, menangis hebat saat pemakaman Hayeon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who I Really AmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang