1st Chapter

4 1 0
                                    

"Hei, Ren Stanley!" seorang lelaki berperawakan tinggi dengan rahang tegas bernama Justin memanggil lelaki tan yang melintas di hadapannya. Ren--lelaki yang dipanggil tersebut, segera menghentikan langkah dan menoleh.

"Kenapa?" tanya Ren, lelaki bersurai brunette itu singkat.

Justin memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celana dan menatap Ren sejenak.

"Hari ini giliranmu sebagai ketua tim untuk keluar membeli makan siang. Aku hanya mengingatkan," ujar Justin.

Ren berpikir sejenak.
"Ah! Benar! Aku hampir lupa! Justin, terima kasih sudah mengingatkan," lelaki 22 tahun itu hanya bisa tersenyum kikuk.

Sungguh ia lupa!

Andaikata tidak ada Justin, mungkin bawahan timnya hari ini akan mati kelaparan karena tidak dibelikan makan siang.

Justin yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa seorang Ketua Tim WO yang merupakan tim utama di gedung biru malah pelupa seperti ini.

Tapi, meskipun ia kerap kali melupakan hal-hal kecil, ia adalah tipe workaholic. Ia tidak akan melupakan apapun tentang pekerjaan ataupun misi-misi timnya, sekecil apapun itu.

Setelah berpamitan dengan Justin, Ren segera turun ke basement karena ini sudah hampir jam makan siang. Ia harus bergerak cepat jika tidak ingin terkena amukan bawahannya yang kelaparan.

Ren segera menaiki Lykan Hypersport Blue Metal-nya dan melaju keluar dari kawasan elit Blue House.

Other Place---

Seorang gadis 20 tahun dengan surai magenta sepunggung melangkah keluar dari gerbang universitasnya. Hari ini ia harus pulang dengan bus, tanpa motor maupun mobilnya. Dua otomotif kelas kakap miliknya itu kini sedang berlibur di bengkel.

"Ahh! Ini terlalu panas dan tidak ada tempat kosong dalam bus jam segini. Aku harus menelpon kakak," desis gadis beronyx caramel keabu-abuan tersebut. Jemarinya merogoh saku, mencari smartphone-nya.

"Siapa sasaranku kali ini?" tanyanya pada diri sendiri sambil memainkan benda persegi panjang pipih tersebut. Ia bingung, diantara semua kakak-nya siapa yang harus ia jadikan tumbal untuk menjemputnya hari ini.

Jemarinya mengetikkan beberapa huruf hingga keluarlah sebuah kontak atas nama 'Kak Elden'.

Lama ia menunggu setelah mendekatkan benda tersebut dengan telinganya. Hingga...

"Kak Elden~" terdengar nada manja dari bibir mungil Jia, gadis manis tersebut. Ia akan merayu salah satu kakak laki-lakinya ini agar mau menjemputnya.

"Ada masalah apa, Jia?" tanya suara di seberang line telepon. Jia yang mendengar sahutan itu menyunggingkan sebuah senyum manis.

Kena kau, Vanelden!

"Kaaak... Kau tahu kan, mobil dan motorku masih di bengkel. Bisakah kau menjemputku?" tanya Jia.

Ia tahu Elden saat ini pasti sedang sibuk dengan pacar-pacarnya, tapi pemuda playboy itu mau tidak mau harus meluangkan waktu untuknya.

"Menjemputmu? Eumm... Maafkan aku Jia, saat ini aku sedang bersama Luna, setelahnya aku harus mengantar Hani ke supermarket, dan Lucy juga memintaku ke apartemennya. Terlalu banyak tugas hari ini,"

Jawaban panjang Elden hanya menimbulkan helaan nafas pasrah dari Jia.

Tuh, kan...
Vanelden si Playboy Kelas Kakap Cap Tulen tidak akan punya waktu untuk hal lain kecuali pasukan kekasihnya.

Tapi... hey, Jia Shirley tidak akan pernah menyerah. Ia sudah memilih Elden dan akan memaksa pemuda itu untuk mengutamakannya daripada yang lain.

Sebuah smirk ringan terukir di bibirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CreptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang