Adelia merasa ada yang aneh pada tubuhnya akhir-akhir ini. Seperti pagi ini ia sudah beberapa kali merasa mual namun hanya memuntahkan air. Nafsu makannya berkurang dan ia mudah sekali merasa lelah.
"Apakah aku harus memeriksakannya ke dokter? Tapi ini memasuki tanggal tua sedangkan keunganku sudah menipis" tanyanya dalam hati.
Hidup sebatang kara memang tidak mengenakkan. Terkadang Adel merasa iri dengan orang di luar sana yang masih memiliki keluarga yang lengkap. Matanya berembun setiap kali mengingat kenangan tentang orangtuanya dulu.
Sekarang Adel harus menghidupi dirinya sendiri, orangtuanya tidak meninggalkan warisan uang sepeser pun. Mereka hanya meninggalkan hutang yang sudah Adel lunasi dengan mencicil perbulannya. Adel tidak menyesal dengan apa yang terjadi karena ia selalu percaya Tuhan pasti punya rencana yang indah untuk kehidupannya kelak.
Adel baru saja keluar dari cafe tempatnya bekerja dan langsung menuju apotek yang buka 24 jam yang tidak jauh dari apartemennya. Setelah membersihkan diri Adel teringat dengan benda yang dibelinya tadi. Karena tidak ingin penasaran terlalu lama Adel pun mencoba dan sekarang sedang menunggu hasilnya.
"Ya Tuhan aku gugup bercampur takut sekarang bagaimana jika-" Adel dengan cepat menggelengkan kepalanya setelah melihat hasil yang keluar. Ya Tuhan ia positif hamil.
Adel bingung apakah ia harus bahagia?Bagaimana jika kekasihnya tidak mau bertanggung jawab? Tidak-tidak Adel yakin kekasihnya tidak akan meninggalkannya dengan kondisi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only you
General FictionMy story! "Aku takut" ucapku "Aku akan bertanggung jawab jadi jangan menangis lagi. Okey! Aku menganggukan kepala dan sekali lagi aku percaya padanya. Cerita sendiri. Don't CoPas the story. ...