Kepada para pembaca yang masih belum puas dengan keganjilan dari chapter 1. Silahkan menikmati.
~~~~
KLING. KLING.
Lagi-lagi kudengar suara lonceng itu. Lonceng itu selalu terdengar disetiap sudut ruanganku.
KLING. KLING. KLING.
Aku menengok sekitarku dan tak mendapati apapun. Lagi-lagi seperti itu. Hanya halusinasi. Kulanjutkan sekali lagi kegiatanku yang sempat tertunda karena suara lonceng itu.
KLING. KLING. KLING.
Lonceng itu lagi. Kenapa selalu lonceng itu mengganggu!? Setiap kali aku mendengarnya selalu saja bayangannya muncul dalam benakku. Seketika itu juga air mataku selalu tumpah. Jika diperbolehkan aku sangat ingin bertemu lagi dengannya lagi. Tetapi, aku tetap tak bisa. Sekali lagi malam ini ruanganku terpenuhi suara isak tangis.
~~~~
KLING. KLING. KLING.
Aku menengok ke sekitar berharap ia telah kembali, hanya saja disekitar tak ada apapun selain angin dingin yang berhembus. Aku kembali kepada pintu yang belum kututup sama sekali. Aku segera menutupnya dan mengunci 2 kali. Kumasukkan kuncinya ke dalam saku jasku. Menuruni anak tangga dan melihat keadaan sekeliling sambil berjalan tentu saja.
Aku segera melangkahkan kakiku menuju sekolah yang tak begitu jauh dari apartemen yang kutinggali. Kugosokkan kedua tanganku dan memasukkannya lagi ke dalam saku jasku. Hawa hari ini benar-benar dingin.
KLING. KLING.
Sekali lagi aku mendengar lonceng itu. Disekitarku banyak sekali siswa siswi yang memakai seragam sama denganku hanya saja ditambah beberapa jas ataupun jaket. Aku melihat sekeliling dengan perasaan berharap. Dan akhirnya aku menyerah, bagaimanapun juga ia tak akan kembali lagi bersamaku.
Aku meneruskan jalanku yang sempat terhenti menuju arah sekolah. Aku berjalan menundukkan kepala, manahan agar hati ini tak sakit lagi setiap kali mendengar lonceng itu. Lonceng kucing itu.
"Risa!"
Aku menengok ke belakang dan mendapati seorang gadis seumuran denganku. Rambutnya ia ikat ponytail dengan kuncir berwarna biru polkadot. Ia melambai-lambaikan tangannya sambil berlari ke arahku.
"Selamat pagi!"sapanya riang.
"Selamat pagi Yuka"balasku.
Kami akhirnya berjalan bersama sampai kelas. Sepanjang perjalanan Yuka dengan semangat menceritakan berbagai hal. Misalnya tentang eskul renang yang ia ikuti sampai dengan ia yang sudah lama menyukai kakak kelas yang menjadi penjaga perpustakaan. Aku hanya bisa tersenyum mendengar seluruh ceritanya. Setiap kali Yuka bersamaku terkadang aku lupa sesaat tentang dirinya dan lonceng itu.
Yuka menatapku. Ia ingin bertanya sesuatu tetapi sepertinya ia enggan untuk menanyakannya. Aku menatapnya balik dan tersenyum ke arahnya sambil sesekali berbicara 'aku mendengarkan semua ceritamu kok' seperti itu. Entah hanya perasaanku saja tetapi aku kerap mendengar Yuka menghela nafas kecil.
Yuka adalah orang yang mengetahui tentangku, tentangnya dan lonceng itu. Bagaimana aku dan dia dulu bisa seperti itu. Dan juga bagaimana ia pergi meninggalkanku. Memberikan banyak kenangan yang membekas di setiap ingatanku. Yuka juga tahu, bagaimana keadaanku saat ia pergi meninggalkanku. Yuka tahu betul semua itu. Dan Yuka juga merasakan hal yang sama denganku. Hanya saja, Yuka tak menyukai orang itu. Yuka memang seperti itu. Jika aku sakit dia juga merasa sakit. Jika Yuka sakit aku juga merasa sakit. Seperti inilah hubungan kami berdua sebagai seorang sahabat dari kecil hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonceng Kucing [COMPLETE]
Kurzgeschichten[Romance] Risa, gadis yang telah lama ditinggalkan oleh seorang pemuda. Yuichiro Sakuya, tepatnya. Setiap kali mendengar lonceng kucing berbunyi setiap kali pula ia mengingat kenangannya bersama pemuda itu. Suatu hari ia bertemu kembali dengan pemu...