Flashback
Rani, perempuan itu sedang kesal, sebal, marah tingkat dewa tapi berusaha untuk menahannya dari 15 menit yang lalu.
Seandainya Rani tak ingat bahwa dihadapannya adalah atasannya mungkin ia akan menampar wajah tampan didepannya dengan keras. Agar sadar!
"Pak,"
"..."
"Bapak?"
"..."
"Bapak Alex?!" Perempuan itu berteriak di hadapan atasannya.
"E-eh? Apa?" Tanya Alex gagap. Ia berusaha untuk sadar. Dan mengingat-ingat apa yang tadi di bicarakan dengan bawahannya.
"Bapak gak denger saya dari tadi ngomong apa aja?" Tanya Rani dengan intonasi yang lumayan tinggi. Seharusnya ia tidak berani seperti ini, tapi karena gedek ia bisa melakukan itu.
Alex yang menyuruh ia lembur kemarin mengerjakan laporan dan akan di periksa hari ini, karena kemarin banyak kesalahan. Yang membuat Rani harus beristigfar sambil mengucap 'ganteng-ganteng mulutnya kaya rujak.' dalam hati.
Tapi apa sekarang? Rani hampir berbusa menerangkan apa isi laporan yang ia buat dan Alex diam seperti patung dan menanyakan 'apa?'. Tenggelamkan Rani sekarang.
"Saya denger kok, tapi kamu kurang jelas bicaranya, bisa di ulangi lagi?" Pinta Alex dengan nada seramah mungkin.
'Sabar, bentar lagi gajian!" Ucap Rani dalam hati berulang kali.
---
"Gimana Pak?" Tanya Dias kepada Alex Setelah menerangkan usulan tahap produksi yang lebih efisien dann efektif.
"Pak?" Alex tetap diam. Pandangannya ke arah depan tapi pikirannya hilang, melalang buana entah kemana.
Rani tepok jidat. Terulang lagi. Yang difikirkan atasannya itu apa sih sampai membuatnya terus melamun seperti patung.
"Ran, Pak Alex kenapa?" Tanya Dias sepelan mungkin Agar Alex tidak mendengar.
"Lo gak usah ngomong pelan kaya maling gitu Yas, daritadi juga Pak Alex mah udah kaya gitu. Lo seharusnya teriak dihadapnnya, biar dia sadar." Kata Rani.
"Teriak? Gila lo, enggak-enggak! Gue gak mau ya besok ada surat PHK di meja gue," Dias langsung menyingkirkan tubuhnya dan fikirannya dari Rani. Ia tak tak akan rela di pecat karena berteriak didepan manajer sekaligus pewaris perusahaan tempat ia bekerja. 'Sorry, gue masih pengen idup. Gue masih butuh gaji dari sini.' batin Dias.
"Re gimana ini?" Kali ini Dias bertanya pada Rega. Rega sosok paling bijak dan serius di divisi ini.
"Ada yang hapal ayat kursi?" Ucap Rega. Semuanya terdiam. Ayat kursi? Emang ada setan.
"Kok jadi serem sih," Raya yang terkenal 'lebay' langsung memeluk dirinya sendiri.
"Lebay," kata Rani. Tuh kan!
"Eh, bentar gue apal ayat kursi. Tapi... Buat apaan?" Kata Raya. Matanya melirik ke arah Rega.
"Bacain di depan pak Alex Ya,"
"Hah?!"
"Berisik Raya! Kuping gue sakit." Kata Dias. Suaranya memenuhi ruangan.
Akhirnya hening seketika. Raya, Dias, Rega dan Rani diam dengan pikiran masing-masing. Memikirkan apa penyebab seorang Alex bisa tak profesional dalam bekerja. Biasanya Alex paling gesit soal kerjaan. Mereka penasaran ada alasan penting apa yang membuat bos mereka seperti ini.
Alex masih diam di tempat. Tapi pandangannya berubah ke arah jendela besar yang menghadap pemandangan kota. Hanya tubuhnya yang bergerak. Tapi yang lain tidak. Percuma!