Kulangkahkan kaki menapaki jalanan yang masih basah oleh air hujan. Aroma petrikor sangat jelas menusuk hidung. Diterpa sinar mentari yang hangat menyambut pagi. Dengan seulas senyum aku berangkat menuntut ilmu.
Hari ini adalah hari Senin, dimana anak sekolah sepertiku harus bangun lebih pagi agar tidak terlambat mengikuti upacara bendera. Aku melirik arloji yang melingkar di pergelangan tanganku, sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB.
Bel sekolah akan berbunyi 15 menit lagi, aku sudah tiba di depan gerbang SMA Pelita. Ternyata suasana sekolah sudah cukup ramai, rupanya hujan yang melanda subuh tadi tak menggoyahkan niat para siswa untuk tetap belajar.
Namaku adalah Aflyna Faradilla Quenzy, anak kelas XI-MIPA 1. Aku bukan primadona di sekolah ini, bukan juga anak dari pemilik sekolah, aku hanya seorang gadis lugu yang gemar membaca novel-novel fiksi.
Mungkin teman-teman menganggapku seorang cewek cupu karena aku lebih memilih ke tempat paling membosankan bagi anak sekolah yaitu perpustakaan daripada ke kantin untuk sekedar mengisi perut.
Tapi jangan bayangkan aku seorang cewek berkacamata minus dan berkepang dua, karena kenyataannya aku bukan seperti itu. Aku memang berkacamata walaupun mataku tidak minus, itu aku lakukan untuk menghindari tatapan tajam teman-temanku karena jujur aku tidak percaya diri
Suasana kelasku sudah lumayan sepi karena para penghuninya sudah menuju lapangan. Setelah meletakkan tas aku bergegas menuju barisan untuk mengikuti upacara. Upacra berlangsung khidmat walaupun masih banyak siswa siswi yang asyik mengobrol maupun bergosip ria. Surganya anak SMA adalah setelah dijemur dibawah sinar matahari selama 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan pelaran fisika yang gurunya killer abis.
Pak Joko melangkahkan kaki memasuki ruang kelasku dengan membawa setumpuk buku yang tebalnya setara dengan KBBI.
"Anjirr udah masuk aja Pak, gak bisa dipending dulu napa. Saya masih gerah ini Pak," ujar teman sebangku sekaligus sahabatku yang bernama Shinta. Seisi kelas menahan gelak tawa, memang sampai saat ini hanya Shinta lah yang berani melawan Pak Joko. Mungkin sahabatku yang satu ini adalah spesies langka di muka bumi.
"SHINTA! Jaga omongan kamu! Enggak ada hubungannya antara kamu yang masih gerah dengan pelajaran saya," jawab Pak Joko dengan kilatan emosi.
Shinta menyeringai "Ya jelas ada hubungannya dong Pak, secara saya masih gerah ditambah harus mikir berbagai rumus fisika bisa-bisa kepala saya meledak kayak gas LPG yang dijemur selama seabad Pak".
"Sok lo Shin, pake acara meledak segala, emang lo pernah pake pikiran lo buat mikir? Tiap pelajaran aja lo selalu molor," celetuk Rico. Seisi kelas tak mampu untuk menahan tawanya lagi.
"Udah Shin...udah..biarin aja," aku mencoba menenangkan Shinta yang sudah siap dengan omongan pedasnya untuk menghajar Rico.
Pak Joko menghela napas sebentar "Sudah cukup! Diam semuanya!" seluruh mulutpun bungkam, tidak ada yang membalas ucapan Pak Joko barusan. Shinta ingin membantah, namun aku menahannya. Aku tidak mau insiden ini bertambah panjang dan berakhir di ruang guru, dengan Shinta maupun Rico sebagai tersangka.
Pelajaran fisika akhirnya berlangsung dengan damai karena si pembuat ulah alias Shinta Amalia Handoko sedang tertidur dengan pulas di sampingku.
Pak Joko tengah asyik menuliskan berbagai rumus di papan tulis sehingga tidak memperhatikan bahwa ada salah satu muridnya yang sedang berimajinasi di pulau mimpi. Saat aku sedang sibuk menulis, tiba-tiba ada bisikan dari arah belakang "Shin bangun napa, tuh iler lo sampe ngebanjirin sekelas," dan ternyata itu adalah Rico.
Shinta yang mendengarkan bisikan itu tak terima, ia kemudia bangun dan langsung berbalik menghadap Rico. "Maksud lo apa?! Pake bilang gue ileran! Lo ganggu tidur cantik gue tauk! Bisa diem gak lo!" kesal Shinta.
Rico tersenyum licik "Wow... selow dong Shin, gue cuma beniat baik buat bangunin lo biar sekelas gak kebanjiran iler, itu doang niat gue... sorry kalau gue ganggu tidur cantik lo, tapi gue rasa lo gak cantik," Shinta dibuat geram oleh omongan Rico, ia hendak membalas tapi gagal karena lebih dulu dipotong oleh Pak Joko "Shinta! Rico! Sudah cukup! Kalian berdua selalu bikin keributan, sekarang kalian berdua ke ruangan saya!"
Shinta menatapku dengan pandangan meminta pertolongan, tapi apalah daya seorang Aflyna Faradilla Quenzy jika harus berhadapan dengan Pak Joko. Aku hanya bisa memandang kepergian Shinta dan Rico hingga keduanya keluar kelas.
Setelah meningggalkan segudang tugas, Pak Joko mengikuti jejak Shinta dan Rico keluar kelas. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika tiga orang dari kalangan yang berbeda tetapi mempunyai kekuatan adu mulut yang hampir sama dipertemukan. Apakah akan terjadi gempa bumi atau tsunami? Tetapi yang terpenting saat ini adalah bagaimana aku bisa mengerjakan semua soal yang diberikan oleh Pak Joko dengan cepat dan tepat agar aku bisa segera menemui Shinta.
Tepat ketika bel tanda istirahat berbunyi aku selesai mengerjakan 30 soal fisika yang di berikan Pak Joko tadi. Aku menutup buku dan melangkah meninggalkan kelas menuju ruang guru.
Aku ingin menemui Shinta, mau bagaimanapun dia adalah sahabatku. Hanya Shinta yang mau mau berteman dengan kutu buku sepertiku.
Memang, bukan berarti aku tidak mempunyai teman selain Shinta, tapi hanya Shinta yang bisa mengerti jika aku memilih sibuk dengan berbagi buku. Dua spesies yang jauh berbeda tetapi dipersatukan atas nama persahabatan.
Ketika aku akan melangkah masuk ke ruang guru, pada waktu yang bersamaan seseorang juga akan keluar dari ruangan itu.
Aku mundur satu langkah untuk memberikan jalan kepada orang itu yang ternyata seorang cowok. Dilihat dari seragamnya dia merupakan anak kelas XII.
"Ngapain lo berdiri di situ? Ngehalangin jalan gue!" ucapnya sarkas. Aku hanya bisa menunduk "Maaf Kak, saya gak maksud halangin jalan kakak, saya cuma mau masuk ke ruang guru."
Cowok itu memasukkan tangannya ke saku celana "Gue baru tau kalau ada anak alim yang dipanggil sama guru, and kalau ngomong itu lihat orangnya bukan lihat bawah." Belum sempat aku membalas cowok itu sudah berlalu dari hadapanku.
############
vote and komen, your critical help me to correct my story
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Fly
Teen Fiction...Cowok itu memasukkan tangannya ke saku celana "Gue baru tau kalau ada anak alim yang dipanggil sama guru, and kalau ngomong itu lihat orangnya bukan lihat bawah." Belum sempat aku membalas cowok itu sudah berlalu dari hadapanku... Kisah cinta ant...