prolog

95 6 1
                                    

Tin....tin....tin....

Suara klakson mobil yang terus terdengar dari halaman depan.

"Hey nak ayah sudah telat nih,ayah ada rapat penting nih cepetan sedikit donk".
ucap ayah yg dari tadi mengomeliku.

"Iya yah bentar lagi shari selesai kok",
ucap diriku sembari membenarkan hijab syar'i yang menutup kepalaku.

Braak....

Suara jatuh ku tepat di samping pintu mobil.
"Aduhh sakitt...".
Ucapku sambil memegang kaki ku yang berbalut kaos kaki itu,saat aku lihat ternayata kakiku memar.

"Aduh gak papa nak,mangkannya hati hati kalo jalan apa lagi kau sedang memakai gamis panjang seperti ini,ya sudah ayo masuk nanti biar ayah yang obatin apabila sudah sampai nanti".
Ucap ayah shari sembari menuntun tubuh mungil sari kedalam mobil.

"Yah sebenarnya kita mau kemana sih".
Shari terus mengulang pertanyaan yang sama karna tak kunjung di jawab oleh sang papa.

"Sudahlah nak turuti apa kata ayah saja,ayah melakukan ini demi kamu".

Susana di mobil itu hening seketika tidak ada yang berani memulai pembicaraan.

"Yah,kapan sari sekolah,ayah gak mau nyari sekolahan baru buat sari ya,shari kan orang baru di kota ini".dengan polosnya kata kata itu lolos keluar dari mulutnya.

Shari memperhatikan ayahnya yang tak kunjung menjawab pertanyaan dari dirinya.

"Ayah........"
Ucap dari lirih sambil memelas tanda  ia ingin ayahnya menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulutnya.

Sang ayah hanya tertawa kecil.
"Nak..kamu mau sekolah apa mondok?".
Itu pertanyaan sang ayah kepada shari anak nya.

"Iya yah shari pingin nya mondok,shari pengen mendalami ilmu agama shari".
Shari menatap ayah nya dengan tatapan menyelidik,bukankah ayah nya selalu melarang dan tidak mau berbicara soal pondok.

Mobil sudah terparkir rapi di depan gerbang.
"Yah kita kok ke pondok sih,ayah mau menjenguk sapa,ayah mau menjenguk anak teman ayah kah?".

"Tidak nak ayah mau mendaftar kan mu".
Mata shari berkaca kaca dan senyuman lebar yang menghiasi wajah cantik shari.
Shari yang sedari tadi diam mematung tanda tak percaya bahwa ayahnya akan mendaftarkannya ke pondok pesantren yang terkenal itu tiba tiba tubuh mungil shari memeluk erat erat tubuh kekar ayah nya itu.

"Terima kasih ayah....".
Shari terus berucap terima kasih kepada ayahnya sembari memeluk tubuh kekar ayahnya itu.air mata yang lolos keluar dari pelupuk shari tanda air mata kebahagiaan.
Tangan kekar ayahnya menyeka air mata shari yang berada pipi gembul itu.

Tap..tap..tap..
Suara langkah kaki yang sangat keras sampai sampai kami bisa mendengarnya.
"Ummi.....".
Teriak shari smbari berlari lalu memeluk umminya itu.

"Aku kira ummi tidak mau ikut,ummi selalu sibuk dengan kerjaan nya sih".

"Gak bakal lah masa tega ummi gak nemenin kamu daftar mondok".
Ucap ummi dengan lembut seraya mengelus pucuk kepala shari yang tertutup hijab.
****
"Mulai besok anak bapak dan ibu bisa tinggal di pondok pesantren ini bersama santriwati lainnya".

"Yes alhamdulillah".
Ucap shari yang begitu keras sehingga membuat semua orang yang ada di dalam ruangan tertawa dengan tingkah shari.

                             ****

"Nak....".
Ucap ummi anisya dengan sangat lembut sembari mengelus pucuk kepala yang berada di pangkuannya.

"Iyah ada apa ummi".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan Kau Rebut Masa KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang