"Alysa, Devin sudah menunggu di depan nak," teriak menggema Anita selaku ibu dari Alysa Saveera.
Ia mengikat tali sepatunya dengan terburu-buru karena tidak ingin membuat orang yang selama ini ia sayangi menunggunya dengan lama.
"Iya ma, lysa berangkat dulu ya ma, Assalamualaikum.""Iya hati-hati ya, Devin jaga anak tante ya,"ujar Anita dari depan pintu rumah yang terbilang sangat minimalis dan classic bila dipandang.
"Siap tante!" ucapnya dari balik helm yang digunakan layaknya hormat ke pembina upacara.
"Nih pake helmnya nanti lo kenapa-napa lagi," perhatian yang seperti ini lah yang membuat sebuah hubungan persahabatan menjadi sebuah perasaan yang terlarang serta sakral bagi persahabatan antara pria dan wanita. Alysa sebenarnya telah menyukai Devin sudah dari zaman SMP, ketertarikan dan juga rasa perhatian yang lebih Devin berikan kepada Alysa membuat hatinya luluh.
Memendam rasa seperti ini memang terlalu sulit,karena terdapat dua pilihan yang akan dia ambil jika ia menyatakan perasaanya.
Diterima dan selalu bersamaAtau
Ditolak dan dijauhi
Sangat sulit bagi Alysa untuk jauh dari Devin, karena mereka telah bersahabat hampir 9 tahun lamanya. Ia belum siap menerima kenyataan bahwa Devin hanya mengganggapnya sebagai sahabat dan tidak lebih.
"Ly, udah sampai nih,"cukup menempuh waktu 15 menit bagi Devin untuk sampai di sekolahnya. Devin membantu Alysa turun dari motornya dan merangkul pudaknya secara posesif."Lepasin Dev, banyak orang yang melihat kita," bisiknya dengan pelan karena selalu risih melihat tatapan orang-orang yang tajam.
Devin Prayoga merupakan anak sulung dan juga anak satu-satunya. Banyak sekali perempuan di SMA Harapan Anugrah ini mengejarnya, bahkan pernah sekalipun mereka pura-pura terjatuh di depan Devin (Caper). Tapi, Devin cuek serta tidak perduli dengan mereka-mereka, mungkin itu berbeda untuk Alysa. Ya, karena dia satu-satunya perempuan yang paling dekat dengan Devin selain ibu Devin. Devin telah menganggapnya sahabat, tapi Alysa ingin lebih dari seorang sahabat.
Mungkin ini yang dinamakan friendzone atau bertepuk sebelah tangan, yang pastinya Alysa tidak akan menyerah walaupun harus mengorbankan 1 lemari kumpulan novelnya untuk disumbangkan agar Devin dapat menjadi kekasihnya. Terdengar berlebihan namun berkorban demi orang yang dicintai memang bukanlah kesalahan bukan?
"Nanti gua gak bisa bareng lo ya, biasa mau bareng doi," ujarnya dengan mengedipkan sebelah mata, mungkin mudah baginya mengatakan seperti itu, tapi bagaimana hati Alysa yang sudah terbiasa mendengar kalimat pahit yang selalu keluar dari mulut Devin.
"Semangat, semoga doi peka ya," lirihnya dengan gembira tanpa menunjukan bahwa didalam senyum manis tersebut terdapat sekeping kesedihan yang selalu bertambah.
"Thanks, gua masuk duluan ya,"ujarnya sambil berlalu dan menghilang di lorong kelas IPA. Alysa anak XI IPA 1 sedangkan Devin XI IPS 1,gedung mereka pun terpisah bagai jarak persahabatan dan cinta.
Alysa bergumam sedikit lalu masuk kekelas dan menatap horror semua siswa siswi dikelasnya melakukan aktivitas menulis sesuatu di buku.
"Emang ada pr apa?" gumamnya yang didengar oleh Hendri selaku 'kunci jawaban berjalan'. Dia mendapat julukan tersebut dari temanya Toni selaku 'pemberi julukan', entah darimana tapi memang Hendri adalah orang yang paling jenius dikelas, bahkan disekolah, dan juga dikota, sampai diprovinsi lalu ketingkat nasional dengan lomba cerdas cermat .
"Heh, cepetan kerjain Alysa nanti Bu Wati masuk lagi," lirih Angel kasihan melihat chairmatenya yang tidak mengetahui bahwa ada pr kimia yang tergolong banyak.
"Waktu tinggal 20 menit sebelum bel masuk!!!" teriak Aldo selaku 'ketua kelas kece' karena selalu dapat mengambil hati semua guru, kecuali guru yang tua.
"Cobaan apalagi yang hambamu dapatkan tuhan," lirih Alysa sambil terjatuh kelantai dan menangis tak kuat mendapat cobaan yang besar ini.
"ALYSA LO NGAPAIN NANGIS,MENDING LO CEPET KERJAIN NIH PR SEBELUM BU WATI MASUK!!!" Teriak teman sekelasnya siapa lagi kalau bukan Tasya yang dijuluki 'Si toa'.
"Astaga, heh gua izin foto jawaban Hendri oi," gaduhnya karena melihat teman-temanya melingkari meja yang terdapat buku dari sumber penyelesaian masalah. Siapa lagi kalau bukan buku Hendri, si empunya malah membaca buku persiapan sbmptn jurusan IPA. Ternyata orang pinter sama orang bego jelas berbeda.
20 menit kemudian...
Teng.... Tengg...
Terdengar bel berbunyi dan para warga di XI IPA 1 menatap horror ke pintu kelas mereka. Banyak yang bergulat dengan pikiran mereka masing-masing, ada yang berpikir senang karena pr nya telah selesai, ada yang berpikir pr nya sedikit lagi selesai, dan ada juga yang berpikir belum selesai mengerjakan pr nya salah satunya Alysa yang belum selesai mengerjakan pr nya.
'Duh mati gue, pr kimia belum selesai nanti gue kena apa. Apa kena push up? Atau scoot jam? Atau lari lapangan 10 kali? Atau hormat tiang bendera, tapi dari semua kemungkinan itu jangan sampai disuruh menyalin ulang pr 2 kali lipat. Jangan sampe amit dah uban gue pada tumbuh nanti,' lirihnya dalam hati pasrah dengan semua kemungkinan yang terjadi.
Tokk.. Tokk...
Terdengar bunyi suara langkah sepatu hak milik Bu Wati yang menuju kemari. Membuat semuanya menelan salivanya dengan susah kecuali Hendri tentunya.
Ceklek....
Pintu terbuka dengan sangat perlahan membuat semua siswa didalam Xl. IPA 1 menutup mata tidak kuat melihat aura dari bu Wati yang sangat menyeramkan. Dan..... Yang muncul adalah wali kelasnya yaitu bu Erna dengan menatap semua muridnya menutup mata layaknya berdoa dengan khusyuk, kecuali Hendri.
"Kalian kenapa?"
Mendengar suara bu Erna membuat semua siswa membuka mata dengan spontan dan melotot menatap tajam ke bu Erna.
"YEYYYYYY," ujar Tasya dengan suara toa nya membuat semua siswa kembali ke alam bawah sadarnya dan ikut berteriak gembira mendengar bu Erna selaku wali kelasnya lah yang masuk.
"Ada apa kalian teriak?"
Deg....
Muncul suara yang menyeramkan dari belakang bu Erna dan tak lain tak bukan ialah suara guru kimia nya yaitu bu Wati. Sontak membuat mereka semua melotot kearah belakang bu Erna tak terkecuali Hendri yang terkejut akan kehadiran dan suara dingin yang dikeluarkan bu Wati.
"Ibu keseni cuman mau panggil Alyssa kok, Alyssa kamu kemasi semua barang-barang mu dan segera menemui bapak kepala sekolah," ucap bu Erna dengan tegas dan membuat tatapan kecewa dari siswa siswi nya.
"Ada apa bu?" tanya Alyssa sambil menuruti perintah dari bu Erna yaitu mengemasi semua buku di laci meja nya.
"Nanti kamu akan tau," balasnya tersenyun gembira seperti ada sesuatu yang membuat dirinya bangga dan itu semua disebabkan oleh Alyssa.
~~~
Sesampainya di depan pintu sebuah ruangan yang dinamai ruang kepsek,
Alyssa terdiam sambil menarik nafas sebanyak 3 kali dan berdoa selagi berharap bahwa tidak ada masalah yang membuatnya dipanggil kepala sekolah.'oke Alyysa lo bisa,'
Dia mengetuk pintu sebanyak 3 kali dan setelah mendengar jawaban dari dalam, barulah dia membuka pintu untuk melangkah masuk.
"Kamu Alyssa Saveera anak kelas XI. IPA 1 kan,"
"Iya Pak, ada apa ya?"
"Saya menawarkan kamu untuk ikut dalam program pertukaran pelajar ke Amerika,"
-----------------------------------------------------------
Oke salam kenal, baru first time nulis. Comment dan like serta promote cerita aku ya. Tak lupa untuk vote juga jika kalian suka cerita ini.
-Rzk. A ☜☆☞
KAMU SEDANG MEMBACA
SILLY
Teen FictionSekeping hati yang tak tahu kemana tuanya akan menuntun kembali. Sepucuk kisah romantis yang membawa kesan nyata terhadap empunya. Sepenggal masa lalu yang membekukan hati. Secarik kertas penuntun menuju jalanya kehidupan. Kisah pilu kesah Alyssa...