"Nadine sayaang banguun nak." Teriak perempuan setengah baya sambil menuju tempat tidur putri tunggalnya.
Nadine mengeliat "Hmmm jam berapa ma?" Tanyanya dengan nada serak khas bangun tudur.
"Jam 5 nak, ayo bangun mandi terus jangan lupa sholat." Jawab mama Mila dengan lembut.
Nadine bangun dan menuju kamar mandi sementara itu mama Mila berjalan ke arah dapur untuk memasak.
Setelah Nadine selesai sarapan dia berpamitan pada kedua orangtuanya.
Nadine mencium tangan kedua orangtuanya "Ma, Pa Nadine berangkat ya Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam hati-hati sayang." Jawab mereka.
Nadine berjalan menuju halte tempat biasanya dia menunggu bus mini untuk berangkat ke sekolah.
Nadine memang anak tunggal tetapi dia terbilang cukup mandiri jika dibandingkan dengan anak-anak tunggal yang biasanya manja.
Nadine sudah beberapa kali melihat jam tangan berwarna baby blue yang melingkar di lengan putihnya4, namun sudah 10 menit bus belum lewat juga biasanya dia akan mendapatkan bus hanya dengan menunggu paling lama 5 menit.
Nadine berdecak kesal "Elaah bus kemana lo?gue tunggu malah gaada." Umpat Nadine kesal.
Nadine tersenyum kegirangan ketika ia melihat bus dari kejauhan. "Nah itu dia" .
Dia menghentikan busnya dan langsung saja menaiki bus itu, namun begitu dia naik, dia tidak kebagian kursi dan terpaksa dia harus berdiri.
"Lo duduk aja." Ucap pria dengan bomber jaket berwarna hitam dan earphone yang terpasang di telingnya. Pria itu bangkit dari kursinya dan menyuruh perempuan dengan ransel berwarna pink itu untuk duduk.
Nadine menolak tawaran pria itu
"Eh gapapa gue udah biasa kok.""Gue cowok dan gue harus ngalah sama cewek masa iya gue biarin cewek berdiri dan gue duduk." Jawab pria itu sambil tersenyum.
Nadine tersenyum lalu dia duduk di tempat pria itu duduk tadi, dan sekarang pria itulah yang mengganti posisinya untuk berdiri.
"Makasih kursinya." Kata Nadine pada pria itu sambil tersenyum.
Setelah hampir 10 menitan penumpang sebelah Nadine turun, Nadine bergeser ke tempat penumpang itu, dan dia menyuruh pria yang memberikan kursi padanya untuk duduk.
Pria itu duduk disamping Nadine dan dia menatap lurus ke arah kursi didepannya. Sedangkan Nadine menatap ke arah kaca.
Setelah mereka saling diam sejenak Pria itu mencoba membuka suara.
Dia bertanya pada wanita disampingnya " Gue boleh nanya nama lo kan?"
Nadine menoleh ke arah pria itu dan tersenyum "mhehe boleh kok, nama gue Nadine. Nadine Anatasnya lengkapnya hehe."
Pria itu tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya "Dih gue kan belom nanya."
Nadine mengerutkan keningnya bingung
"Lah itu tadi apa? nanya kan?" Katanya penasaran."Gue kan baru minta izin belom nanya nama lo." Jawab pria itu sambil tersenyum.
Nadine mengangguk-anggukan kepalanya "Haha iya juga sih, yaudah deh sekarang gue yang nanya, nama lo sendiri siapa?" Tanya Nadine sambil tertawa pelan.
"Gue Andre. Andre Fandi Nugraha." Jawabnya.
"Oh salken Andre." Nadine mengulurkan tangannya pada Andre dan mereka pun berjabat tangan.
"Lo sekolah dimana?" Kata mereka serempak.
"Eh lo duluan aja." Kata Nadine dengan senyumnya.
"Lo aja ladies first." Jawab Andre.
Nadine menjawab dan tertawa pelan "Haha iya deh iya, Lo sekolah dimana?"
"Gue sekolah di SMA Nusantara." Jawab Andre.
"Ohh iya iya, hmm sekarang giliran lo." Katanya sambil menunjuk Andre.
"Pertanyaannya sama sih, Lo sekolah dimana?" Tanyaya lembut.
"Gue di SMA Pertiwi." Jawab Nadine.
"Mmm eh gue duluan ini udah mau depan sekolah." Kata Nadine sambil tergesa-gesa meninggalkan pria itu.
Akhirnya Nadine pun sampai di kelas tercintanya dan dia disambut meriah oleh sahabat terbaiknya Tania.
"Aaaa Nadine selamat pagi." Teriak Tania saat Nadine baru memasuki kelas.
Nadine menjawabnya dengan riang " Pagi Tania, Pagi semuanya."
Nadine duduk disamping Tania.
"Eh tan gimana? Bisa ga nanti nganter gue?" Tanya Nadine."Duh maaf banget Nad gue ga bisa, gue ada rapat osis nanti." Jawab Tania dengan nada kecewa.
Nadine memang tipe-tipe sahabat yang pengertian, dia sangat pengertian pada Tania walaupun Tania sudah janji padanya akan mengantar ke Gramedia untuk membeli novel terbaru. Namun dia harus mengerti, Tania adalah pengurus osis yang biasanya sibuk dan sering ada rapat mendadak.
Nadine tersenyum dan menjawab Tania dengan tak ada perasaan kecewa "Gapapa kok Tan gue ngerti ko."
"Tapi gue ga enak jadinya, kan gue udah janji sama lo." Kata Tania kecewa.
Nadine memeluk sahabatnya "Gausah gitu Tan aslian deh gue gapapa."
"Iya deh iya Nad, ntar deh lain kali kita hang out ya itung-itung gue bayar janji sama lo." Kata Nadine sambil tersenyum.
"Oke siap Bos" Ucap Nadine sambil tertawa pelan.
****
*Halo semuanya ini chapter pertama dan mohon maklum kalo gaje dan sangat gaje malah😂 dan chapter ini pendek soalnya baru pengenalan hehe
Dan jangan lupa Vote+Comment nya ya makasii💗💗💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU
Teen Fiction"Selama kita kenal lo anggep gue apa?" Tanya Andre penasaran. Nadine berfikir sejenak " Hmm gue anggep lo pangeran kodok" jawabnya datar. Andre mendengus sebal mendengar jawaban Nadine "Cih gue nanya bener juga." Nadine tersenyum tak berdosa "Lah...