Lesson #3

7.8K 1K 35
                                    

I threw a wish in the well
Don't ask me I'll never tell
I looked at you as it fell
And now you're in my way
--Carly Rae Jepsen, Call Me Maybe

ⓜⓘⓢⓢ▂ⓕⓛⓘⓡⓣⓨ

Liburan akhir tahun segera datang, yeheett!! Aku sudah mempersiapkan jadwal panjang rencana akhir tahun. Bunda dan ayah kasih izin aku stay di rumah selama mereka menjenguk kakek di Kalimantan. Ngerti banget ortuku kalau anak perempuan mereka ini sedang sibuk pake bingits mengganti status non KTP-nya yang sudah bulukan. Lajang tanpa record pernah pacaran.

Syediiih hiks!

Karena itu sesudah acara Love in Blue, charity event yang diselenggarakan di sekolah hari ini, aku mengejar Kak Elfin. Mengusahakan kami bisa jalan keluar sepulang kerja nanti.

"Ayo, kak, kita jalan keluar lagi," rengekku sambil menarik-narik lengan Kak Elfin.

Kami sengaja berbicara di resources room biar nggak narik perhatian warga sekolah lain. Mbak Vel memang membahasakan karyawan di sekolah ini sebagai warga sekolah. Employment system di sini juga lebih asyik, teacher meeting sambil ngerujak dan sekali dalam sebulan teacher training diganti kegiatan senam atau yoga by youtube. Dinamis gitu pahamnya.

"Mau kemana emangnya?"

Aku sudah tebak Kak Elfin pasti nggak bisa nolak permintaanku apalagi dikemas pakai rengekan, melting deh hatinya yang nggak tegaan. Tangan dan mulutnya aja yang tega. Sisanya, ya bolehlah dia masuk kategori wanita lemah hati lembut jiwa -sesekali.

"Ke kafe waktu itu yang ada Christian Sugiono KW."

"Oh cowok yang di FX itu, kenapa lo sebut Christian Sugiono KW? Nggak ada miripnya ama lakiknya Titi Kamal," balas Kak Elfin yang asyik duduk di laci penyimpanan wooden blocks, soft blocks, dan lego.

"Biarin aja. Nggak mirip bukan masalah, yang penting hot-nya bikin maknyus." Lidahku menjilat bibir bagian atasku dengan gaya sensual.

Bukan pujian yang kuterima dari hasil latihan sekseh setiap pagi bersama Kak Sherly, melainkan sentilan di kening. Ini siksaan Kak Elfin bisa nggak sih dikreditkan buat ditukar pocki-pocki?

"Yodeh kita ke sana. Lo ada bawa mobil?"

"Ah, nggak bawa mobil. Pake grabcar apa taksi aja ya?" Aku benar-benar menyesali keputusanku pagi ini yang malas mencari kunci mobil bunda.

"Taksi aja, gue baru dapat vocer taksi dari Sherly. Digebet ama karyawan taksi doi. Mayan kita kecipratan."

Selain Kak Elfin yang mudah dekat sama orang asing, bukan bule loh tapi orang yang tidak dikenal. Kak Sherly adalah pengoleksi cowok. Model hubungan yang dianut Kak Sherly tanpa ikatan di dirinya tapi mengikat di si pria. Bingung? Aku juga bingung. Intinya, pria-pria yang dekat sama Kak Sherly itu bukan pacar tapi tugasnya kayak pacar, antar-jemput, bayarin ini-itu, disuruh macam-macam. Anehnya, mereka ikhlas digantung ikatan nggak jelas.

"Udah, yuk balik ke kantor. Tadi emaknya Louisa kasih kita layer cake. Kesukaan lo kan?"

Layer cake! Asyik, kesukaan banget kue pemberian emaknya Louisa. Gini nih nikmatnya pas ada school event, parents royal bagi-bagi makanan dan bingkisan. Pas Tujuhbelasan lalu, kami dikirimi hokben, domino pizza, jus buah aneka rasa, dan camilan ciki berbungkus-bungkus include pringles. Pas hari guru, kami dapat tas Longchamp. Event kali ini setiap guru dapat parfum Body Shop. Bikin nggak sabar graduation murid, dapat Loubi kah?

"Pada ngapain di resources?" Tanya Kak Sherly yang kebetulan melihat kami keluar dari sana.

"Gue ama Anyet janjian mau jalan ntar."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Start Under Your NoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang