Disaat senja menyapaku di tengah keramaian kota, aku terbakar hangatnya terik kala itu. Aku coba untuk menikmati betapa hangatnya seperti pelukanmu kala itu, sayang.
Disaat malam menghadiahkanku sebuah kegelapan, aku melihat terangnya bulan dikala itu. Aku coba menikmati terangnya yang menenangkan seperti kamu menenangkan aku dulu, sayang.
Disaat pagi dan matahari mulai menampakkan tahtanya, aku mencoba menikmati dinginnya sisa embun pagi kala itu. Rasanya menyejukkan seperti kata-katamu dulu tertuju kepadaku, sayang.
Disaat terik matahari siang mencoba menyapa kulitku, aku coba menikmati terbakarnya tubuh ini. Rasanya begitu panas dan terbakar seperti mengetahui dirimu tak sendiri lagi.
Semuanya tlah kulewati, dari pagi hingga malam hari. Ternyata benar, pikiran tentangmu akan selalu datang tanpa permisi dikala aku sibuk dengan duniaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisiku
RandomKumpulan banyak puisi yang telah diciptakan dan baru kali ini akan di tunjukkan oleh penulis ini. Berikanlah izin untuk penyair amatir ini untuk mampu mengekspresikan perasaan patah hatinya, kemalangannya maupun kegembiraannya. Pada nyatanya, penyai...