Enam bulan sebelum pertunangan.
Audrey menegak gelas ketiganya. Hari ini dia sedang pusing karena pekerjaannya yang menumpuk. Menjadi sekretaris perusahaan properti cukup melelahkan apalagi saat bos meminta meeting ditunda dan dia mendapat omelan client. Benar-benar Audrey tak bisa berkutik. Ditambah dengan pekerjaan lainnya yang membuat kepalanya terasa makin pecah.
"Dree. Sendirian aja lo?"
Audrey yang hampir teler mendongak dan mendapati wanita berkaca mata yang sekarang duduk di hadapannya. Dia lalu menyandarkan kepalanya di atas meja, tak peduli dengan kehadiran Kina sahabatnya.
"Gue capek, Kin. Kerjaan lagi numpuk," jawab Audrey mengeluh.
Kina terkekeh melihat sahabatnya yang mengeluh itu.
"Semangat dong Dree. Kan ini cita-cita lo," ucap Kina menyemangati Audrey.
Audrey mendongak menatap sahabatnya yang seorang penulis itu. Terkadang dia iri dengan waktu yang dimiliki Kina. Kina bisa pergi ke sana ke mari tanpa dimarahi atasan sedangkan dirinya tak bisa keluar seenaknya saat siang hari. Saat malampun dia juga terbatas jam malam yang diberlakukan kedua orangtuanya. Demi Tuhan Audrey sudah dua puluh empat tahun, dia merasa bisa menjaga diri.
"Kin, kita tukeran kerjaan yuk."
"Lo udah teler ya, Dree?"
Kina menyentuh kening di depannya lalu memukulnya. Membuat Audrey seketika mendongak sambil mengusap keningnya.
"Gue pengen nggak dibatesi jam kerja. Bangun siang, bisa bebas pergi ke mana-mana," jawab Audrey dengan pikiran menerawang.
"Lo kayaknya butuh liburan deh, Dree."
Bibir Audrey mengerucut mendengar usulan sahabatnya itu. "Sayangnya jatah libur gue tahun ini udah habis."
"Ya udah nggak liburan."
Audrey mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Ingin rasanya dia menghilangkan diri sejenak tapi sayang dia tak bisa melakukan itu.
"Gue pengen pinjem pintu ke mana sajanya Doraemon!!" teriak Audrey tak peduli orang-orang di sekitarnya.
Teriakan itu membuat Kina melotot. Pasalnya pengunjung kafe sekarang tengah menatap ke meja mereka. Kina lalu memajukan tubuhnya ke Audrey.
"Nggak usah teriak kali, Dree. Sekarang kita jadi tontonan umum tahu," ucap Kina lirih.
Audrey menoleh. Benar kata Kina, hampir seluruh pengunjung menatapnya. Audrey sedikit membungukkan kepala seolah sedang meminta maaf. Saat tatapannya ke pojok ruangan, dia melihat empat pria menatapnya dengan senyum meremehkan. Audrey seketika menoleh ke Kina.
"Sejak kapan Dean CS di sini?"
Kina mengernyit, tak paham jika ada Dean CS ada di kafe yang sama dengannya. Dia lalu menoleh ke sudut ruangan melihat Dean CS menatap ke arahnya dengan senyum mengejek. Kina tahu pasti para pria itu sedang mengejek Audrey.
"Gue juga nggak tahu, Dree. Tapi gue rasa udah lama deh. Liat aja mereka ngeliatin kita sambil ketawa ngejek gitu. Lo sih aneh-aneh aja pakai teriak," ucap Kina menyalahkan Audrey.
Audrey menggeleng tak terima disalahkan . "Gue nggak tahu kali kalau ada mereka. Kalau gue tahu udah pasti gue pulang duluan."
Audrey melirik ke meja pojok melihat Dean masih menatapnya dengan senyum mengejek. Dia mengangkat jari tengahnya ke arah Dean. Bukannya takut atau marah, Dean CS malah tertawa terbahak-bahak.
"Ck! Gue males kalau ada mereka. Gue balik aja deh," ucap Audrey.
Audrey berdiri dari posisinya yang diikuti oleh Kina. Saat hendak melangkah Kina menoleh dan mendapati salah satu anggota Dean CS melambaikan tangan ke arahnya. Kina mendengus lalu mengikuti Audrey yang telah mencapai pintu keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only One
General Fiction[#1 THE ONLY SERIES] [TERSEDIA DI DREAME] Audrey paling tidak suka dengan pria sok kegantengan dan playboy. Menurutnya tak ada yang bisa dibanggakan dari hobi mempermainkan wanita. Namun sepertinya Tuhan menguji Audrey dengan mendatangan Dean teman...