a.n: hai, ini chapter terakhir. enjoy!
----------
Luke
"Aku akan pergi sebentar." aku bangkit dari kursi. Kebetulan Georgia juga sudah menunggu di depan pintu. Ia bingung memandang wajahku yang terlihat sangat sedih. Tapi ia memutuskan untuk tidak bertanya.
Aku berjalan melewati koridor, otakku terus memikirkan hal terburuk
takut esok hari
tak melihatmu lagi
Dadaku sesak, semuanya terasa terhimpit. Aku mendorong pintu rumah sakit. Mau kemana aku memangnya?
Langit jingga sore hari tampak sangat indah. Sayang, hatiku sedang kacau. Sayang, Ia tidak disini bersamaku.
Matahari belum tenggelam, tetapi hampir. Matahari. Otakku mencoba berfikir lebih jernih.
Matahari?
Aku memandang langit lagi, dan tiba-tiba
Dang!
Otakku menangkap sesuatu.
Kebun Bunga Matahari.
-----------
Aku berlari, berharap ketika aku sampai disana matahari belum terbenam. Jadi pemandangan akan lebih bagus. Ya, aku pergi ke kebun bunga matahari.
Aku masih ingat jelas jalannya. Sekarang aku melewati tempat dimana aku dan Heather dulu sempat berhenti sebentar. Waktu itu aku membuatkannya flower crown dari heather.
Aku tersenyum. Lagi-lagi senyum pahit yang menyedihkan dan menusuk hati. Aku terus mengikuti jalan ke kebun bunga matahari. Sekarang aku sudah sampai di pertigaan jalan antara rumah Heather, tepi jurang, dan kebun bunga matahari. Sesuatu mengentikanku.
flower crown.
Aku menemukan flower crown yang waktu itu kubuat untuk Heather. Pasti waktu itu ia menjatuhkannya saat ia berlari pulang.
Waktu itu, saat aku menghancurkan hatinya.
Aku melangkahkan kaki ke arah jalan menuju kebun bunga matahari. Entah kenapa hatiku bergolak kencang. Matahari sedikit lagi hilang. Aku memutuskan untuk berlari.
Dan, akhirnya aku sampai lebih cepat.
Pantas saja Heather menyukai berada disini.
Benar, kebun ini cantik sekali. Matahari belum tenggelam dan kilauan matahari itu membuat bunga matahari ini terlihat jauh lebih cantik. Pasti ayah dan ibu Heather sudah menanam kembali kebun ini dengan baik. Heather ikut membantu tidak ya?
Aku berjalan ke tengah kebun lalu duduk sambil menikmati pemandangan. Andai dia disini.
Tapi entah mengapa aku merasa tidak sendirian. Mungkin bunga matahari ini membuatku merasa ditemani. Heather pasti juga merasa begitu.
Bunga matahari ini memang belum tumbuh sangat besar. Tetapi mereka tetap terlihat sangat indah. Aku bangkit lalu berjalan lagi ke tengah kebun. Tepatnya lebih ke tengah.
Srek.
Apa itu?
Bunyinya seperti kertas. Aku melihat kearah sesuatu yang kuinjak. Dan benar saja, ini kertas. Kertas itu menyembul dari salah satu akar bunga matahari. Buat apa ada kertas disini? tidak mungkin ada yang membuang sampah disini kan?
Aku memungut kertas itu. Ternyata ini sebuah amplop. Eh, ada tulisannya.
'Dear Luke, I let you go.'
..
..
Ini apa? pikiran pikiran langsung memasuki otakku. Ini namaku kan? aku terus berpikir keras. Semoga jangan..
Aku membuka amplop itu dan menemukan sebuah kertas. Aku melihat kertas ini sekilas, sepertinya ini sebuah puisi. Lantas aku langsung membuka dan membacanya.
Aku benci kita.
Aku benci bagaimana
kita bertemu
dan sejuta sel di tubuhku
berubah
menjadi serpihan serpihan cahaya
yang aku tidak tahu
mengapa
dan bagaimana bisa
Kau pergi
dengan setumpuk luka di hati
tak bersisa selintas pun
bayanganmu
meninggalkan semerbak aroma
di jaket merah muda
Aku tahu kita bukan
ditakdirkan bergandeng tangan
karna aku bukan untukmu
dan sebaliknya
kita mungkin memang
tidak pernah ditakdirkan untuk
bersama
Aku tahu kau tidak pernah
menyadari betapa seluruh tangis itu
apakah sia-sia?
puluhan puisi cinta
apa ada gunanya?
aku ingin mengakhiri
antara kau dan aku
yang bahkan tak pernah bermulai
Dan aku benci
kenapa semua ini tercium seperti
selamat tinggal
Mungkin memang begini
jalan yang harus dilalui
Dan dengan semua asa,
jerit rindu di pagi buta,
bunga matahari berjumlah tiga,
Aku akhirnya
melepaskanmu
dengan dia.
Hatiku tercenung. Rasa sakit memasuki dadaku. Hawa panas terasa mencekat di seluruh tenggorokanku.
Aku jatuh terduduk. Merasa menjadi orang paling bodoh di dunia ini. Telah membuat hatinya pecah berkeping-keping. Bahkan ia lebih kuat dariku. Ia bisa merelakanku dengan dia, atau lebih tepatnya Elle. Heather, maafkan aku.
Aku tak siap untuk kehilangan, tidak pernah siap. Tapi akhirnya aku menyadari, di dunia ini kita harus selalu siap untuk kehilangan.
Senja ini, tepat saat matahari sempurna terbenam, aku melepaskanmu.
Untuk pergi.
----------
a.n: tenang, masih ada epilog c: btw gimana? please vomment! :3
-ann
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Sun
Teen Fiction"maybe you have to learn about letting go" -- Kau yakin akan membohongi perasaanmu sendiri? lalu menyesal di akhir. Atau menyatakannya tapi harus berani akan kenyataan terburuk? lalu menangisi hasil. Aku yakin kita adalah takdir, kita tak tahu bagai...