Bab 2

11.5K 424 1
                                    

"Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat." Rheana merasakan tepukan di bahu kanannya kemudian ia mengerahkan senyum tipis. Kepalanya menggeleng pelan sambil menyantap kembali makanan di depannya.

Vanessa, saudaranya itu hanya menghela napas kemudian mengambil tempat di sampingnya. Untuk seorang Rheana yang mempunyai kata-kata pedas dan gerakan terlampau aktif, ini adalah hal yang tidak biasa.

Beberapa menit dalam diam, dua perempuan dengan tampang yang tak kalah kusut turun untuk sekedar mengisi perut mereka dan akan pergi bekerja seperti robot. Tidak sulit menebak bahwa hampir semua dari mereka dalam keadaan kacau.

Diawali dari meninggalnya Cesaro Wilbert yang merupakan orang tua angkat mereka dan fakta terkuak bahwa laki-laki tua bangka itu ternyata telah menjual kelima anak perempuannya demi mendapat banyak uang. Sekitar dua bulan yang lalu Cesaro ditemukan meninggal akibat kecelakaan, pemakamannya memang mengundang tangis namun kejadian beberapa hari lalu membuat Rheana ingin meminum kembali air mata yang sudah dia keluarkan. Rasanya sangat hina menangisi orang tua tidak tahu diri itu.

Tidak sampai situ saja, dirinya dan keempat saudaranya juga harus menjalani serentetan hari di tempat yang tidak mereka ketahui. Sudah dibilang bahwa mereka telah dijual bukan? Bayangkan seperti perdagangan anak dibawah umur tapi kali ini diganti dengan perempuan matang yang dapat dijadikan pelacur jika diinginkan.

Kemudian timbul alasan bodoh saudara tertua mereka yang bernama Kailyn karena secara tidak langsung memilih menjadi jaminan dengan embel-embel tanggung jawab agar yang lainnya dapat kembali bebas sedangkan ia tetap ditahan di tempat yang tidak bisa mereka jangkau.

Melaporkan polisi juga tidak berpengaruh. Rumah yang mereka tempati sekarang hanyalah menjadi tumpangan karena si pembeli dengan baik hati memberikan tempat tinggal dengan pelayan dan tak lupa penjaga yang diperintahkan untuk mengawasi gerak-gerik mereka setiap saat.

Rheana sangat marah. Dia kira orang yang dulu dipanggilnya sebagai papa adalah penyelamat hidupannya, tapi ternyata dia sama seperti kebanyakan orang lainnya. Busuk dan tamak harta. Menukarkan semua putri angkatnya dengan uang? Hell, bahkan pikiran manusia sekarang sudah tidak bisa disebut waras. Uang terlalu mempunyai kendali untuk menggerakkan pikiran setiap orang yang mempunyai setitik perasaan ingin diakui dan dipandang.

"Aku akan pulang malam." Alejandra menyudahi sarapan singkatnya dengan dentingan garpu ringan dan sedikit kata-kata akhiran.

"Aku lembur," tambah Laqueena.

Rheana kembali mengunyah makanannya dan membiarkan Vanessa yang mengambil ahli. Selama ini yang mempunyai pikiran paling jernih memang perempuan itu. Rheana tahu Vanessa juga khawatir terhadap Kailyn, tapi sungguh ekspresi yang terlampau bagus untuk menyembunyikan agar terlihat kuat di depan saudara lainnya.

"Kalian butuh tidur yang cukup. Al, teruskan makanmu. Dan semuanya harus pulang sebelum jam 11 malam. Jangan dikira aku tidak tahu bahwa kau semalam menghabiskan waktu di kelab Queen." Jika keadaannya tidak terasa buruk seperti saat ini, mungkin Rheana akan terkekeh sarkatis. Rasanya sedikit aneh melihat Vanessa yang biasanya diam kini bertransformasi menjadi ibu-ibu pemarah dengan serentetan ceramahan yang ditujukan kepada anaknya karena ketahuan melakukan kesalahan.

"Rhea saja mengambil cuti, kenapa kalian tidak?" Mendengar namanya disebut, Rheana menelan pelan suapan sereal yang sudah menjadi lembut akibat kinerja dari giginya.

Tangannya meraih segelas orange jus dan melancarkan isi kerongkongan. "Sebenarnya, aku ada jadwal peragaan busana ke Paris."

Vanessa mengalihkan kepalanya dengan sangat cepat hingga Rheana takut akan terjadi sesuatu dengan lehernya. "Paris? Dengan keadaan fisik dan mental seperti ini? Aku pikir semua orang yang melihatmu nanti malah akan sakit mata."

The Scandal [SH-2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang