bagian 1- Jepit merah muda

55 0 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah ada badai apa sepagi ini seorang Rasel Regardion sudah berada disekolahnya, Rasel berjalan menyusuri setiap lorong kelas, entah apa yang sedang dicari oleh Rasel, alunan suara biola sayup-sayup terdengar olehnya, ia memperlambat langkah dan menuju kesumber suara sampailah ia di depan sebuah pintu coklat dibalik pintu ini adalah ruang music lama yang sudah tidak terpakai, tapi kenapa ada alunan biola dari dalam sini, Rasel berfikir positif akan hal itu, ia tak percaya jika yang didengarnya hanyalah suara dari hantu atau hal aneh lainnya, ia melihat sekitar cukup sepi untuk ukuran sekolah, Rasel segera mencari tempat persembunyian untuk mengawasi ruang itu, ia terus mengawasi sampai alunan biola berhenti, ada langkah kaki seseorang yang Rasel dengar, dan keluarlah seorang perempuan Rasel tak dapat melihat siapa itu ,umgkin karna mata minusnya dan jarak yang lumayan jauh, hanya saja ia dapat melihat jepit rambut lucu milik gadis itu,

"aneh apa dia masih balita kenapa jepit rambutnya seperti milik adikku, tapi melihat tinggi dan seragam jelas dia seorang siswa sama sepertiku" gumam Rasel dalam hatinya.

Rasel masih mengawasi gadis itu sampai hp yang berada disakunya bergetar, Rasel pergi dari tempat itu, ia menuju taman sekolah yang berada didepan rasel duduk dan membaca isi dari pesan yang dikirimkan seseorang padanya,

"sial, gara-gara gadis itu" umpat Rasel pada gadis yang bahkan ia tak kenal, deengan seddikit berlari Rasel tiba dilapangan Basket disana sudah menunggu Rangga and the Genk, entah apa lagi yang mereka inginkan darinya, dipinggir lapangan juga ada Gea gadis yang berstatus pacarnya sekarang.

"mau ngapain lagi" tanya Rasel dengan dingin pada Rangga.

"lo, udah ngerebut cewek gue, nyadar gak sih lo" Rangga berkata dan menunjuk muka

Rasel.

"wait, apa..?, dengerin ya, cewek lo tuh yang nembak gue jadi gue gak salah apa-apa" Rasel berniat meninggalkan lapangan tapi, bola basket yang sedari tadi ada ditangan salah satu anak buah Rangga melayang kepada Rasel dan mengenainya.

"sorry bun" Rasel berbalik seolah ia tak kesakitan sama sekali, Rasel berlari menuju Rangga sebuah pukulan, dua pukulan, tiga pukulan, sebuah tendangan ia layangkan pada Rangga, teman Rangga ikut maju dan mengeroyok Rasel, tapi mereka melawan orang yang salah ini adalah Rasel, dia bahkan mengepalai genk yang jauh lebih besar dari Rangga cs, satu persatu lawan Rasel tumbang,

"persetan dengan akibat" rasel bergumam dalam hatinya.

Dengan baju yang sudah kusut dan tangan yang berlumuran darah entah darah siapa Rasel berdiri, ia pergi menuju motor sport nya, mungkin hari ini dia akan bolos dan pulang kerumah kakek atau sepupu-sepupunya.

Disinilah Rasel sekarang dirumah salah satu sepupunya, Arlen, dia adalah sepupu Rasel yang palik terbuka dan gak terlalu ribet soal apapun.

"apa lo berantem lagi kalau tante sampai tau tamat riwayat lo bro" Arlen menepuk punggung sepupunya itu, Arlen memberikan kotak obat pada Rasel.

"gue tau, tapi api gak akan pernah nyala kalau gak ada penyulutnya"

"serah lo dah, mending lo pindah aja kesekolah milik kakek, toh disana lebih baik dari pada sekolah lo"

"males gue, ketemu sama orang-orang yang sama"

"udah deh terserah percuma ngomong ama batu, gue berangkat sekolah dulu terserah lo mau ngapain"

"jam 9 ?" tanya Rasel.

"emang sekolah mulainya jam segini kali, ngapain jam 7 toh yang dilihat hasilnya nanti"

Rasel termenung sendiri ia membersihkan luka-lukanya telaten, mungkin karna Rasel terbiasa dengan semua ini, ia hidup dijalanan sejak usianya 11 thn, cukup muda tapi ini hidup yang keras tinggal kapan sadar dan terbangun dari zona nyaman saja, sekarang ia memikirkan tentang apa yang dia lihat pagi tadi, jepit merah muda, Rasel mengambil secarik kertas ia menggambar sebisa mungkin dengan tangan yang masih diperban, cukup bagus mirip seperti apa yang dikenakan gadis itu.

"Rasel apa kau ada disini ?" teriakkan ini, Rasel tau jika dia tidak akan aman lagi, masalah menyebar cukup cepat.

Bugh.. sebuah pukulan melayang kepipi sebelah kiri Rasel yang tadi memang sudah terkores, kini mengeluarkan darah segar lagi.

"lo bisa gak kalau mukul pindah kekanan aja, lo tau gue baru selesai ngebersihin ini" kata Rasel enteng seperti permen kapas.

"ini bukan waktunya bercanda"

"gue gak pernah bercanda"

"kalau kamu, mau jadi sampah, ya jadi aja, tapi jangan libatin bunda, ayah dan semuanya"

"gue gak pernah nyuruh mereka terlibat"

"kamu tau aku udah muak, begitu juga bunda dan ayah, stop nyari-nyari masalah, kamu tau bunda terluka lagi Sel"

"gue tau"

"kalau kamu tau, hadapin semuanya dan jangan kabur ini sekolah terakhir kamu di tahun ini, bunda dan ayah mau kamu lulus disekolah itu"

"Sen, bilang ke ayah, bunda gue minta maaf"

"ok, bro jaga baik-baik diri mu, dan hidup mu, tata itu kembali"

Rasen pergi menigalkan Rasel, Rasel menatap kepergian saudara kembarnya itu, bisa diibarkan mereka berdua adalah White prince dan black prince, Rasen seolah dikelilingi dengan kebaikan sedangkan Rasel dikelilingi dengan aura suram.

sorry for typos 

just for fun 

makasih yang udah baca, 

semua karakter didalam cerita ini hanya fiksi belaka apabila ada yang merasa ceritanya sama dengan apa yang ada didalam sini saya harap diberitahukan secara personal kepada pemilik akun, semua ide dan karakter murni dari pemikiran sendiri.

Ice GirlWhere stories live. Discover now