Abilene Halls
Mulutku terbuka lebar setelah mendengar jawaban dari seorang pria di depanku. Pria yang merasa dirinya berperan penting di kehidupanku. Well, bukan maksudku untuk berkata jahat, Nick memang salah satu orang terpenting di hidupku namun itu bukan berati dirinya mampu mengontrol siapa yang akan dan yang tidak akan ku kencani.
Ini konyol.
Nick baru saja menolak izin dari Blake yang akan mengajakku keluar. Blake bahkan tidak bilang untuk mengencaniku, Ia hanya mengatakan akan mengajakku ke sebuah restoran, makan malam dengan layak dan normal. Tidak ada hal yang aneh atau yang harus dicurigakan, bukan?
"Kau bercanda" ujarku saat Nick menjawab 'tidak' beberapa detik yang lalu.
"Tidak. Aku serius. Kau tidak bisa mengajak Abby makan malam atau kemanapun. Sorry, dude" jawab Nick mengarah kepada Blake yang ekspresinya saat ini sama sekali tidak bisa kubaca.
Aku dan Blake merupakan teman satu kelas di beberapa pelajaran kami, Blake merupakan kapten untuk tim sepak bola di sekolahku. Blake memiliki wajah yang tampan, bertubuh tinggi dan berbadan atletis, ah! Juga rambut yang indah. Hampir seluruh gadis di sekolahku tergila-gila padanya, termasuk aku. Lagi pula, bagaimana tidak? Selain penampilannya yang hampir sempurna dan wanginya yang selalu harum, Blake merupakan orang yang ramah kepada semua orang, juga menyenangkan. Kami sering saling mengirim pesan dengan kata-kata manis. Yeah, we're flirted. Kami bahkan sering makan siang bersama di kantin, dan sejauh yang ku tau, Blake tidak berbahaya. Ia aman, kau tau?
"Seriously?" Tanya Blake tidak percaya, pandangannya berpaling ke arahku. "Abby?" Ia memanggil namaku, mengharapkanku untuk mengatakan sesuatu.
"Nick, kau tidak bisa--"
"Ya. Aku bisa, dan malam ini kau tidak pergi kemanapun, Abby. Pembicaraan selesai" sahut Nick yang tiba-tiba memotong kalimatku. Aku tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasa kesalku terhadap Nick saat ini. Oh, rasanya aku ingin menelannya hidup-hidup saat ini juga.
"At least, i tried" ujar Blake kala mengangkat kedua bahunya ke arahku, membuatku mendesah berat setelah Ia berbalik badan dan meninggalkanku dengan Nick masih di depan kelas Nick.
"What the fuck, Nick? Mau sampai kapan kau bertingkah seenaknya terhadapku seperti ini?" Ocehku setelah memastikan Blake sudah berada cukup jauh dari kami. "Kau benar-benar keterlaluan! Aku sudah muak dengan tingkahmu yang seperti ini, kau tau?"
Nick dengan ekspresinya yang santai mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik sesuatu disana sambil menjawabku. "Suatu saat nanti kau akan tau kenapa aku tidak mengizinkanmu untuk pergi bersamanya, Abby" jawabnya tanpa memandang ke arahku sedikitpun.
Dengan gerakan yang sangat cepat, tangan kananku merebut ponsel dari tangannya. Nick berusaha merebutnya kembali, namun aku tidak membiarkannya. Aku segera membuka pattern yang terdapat di ponselnya. Oh, well, aku tau pattern pada ponselnya, dan begitupun sebaliknya. Apa aku sudah pernah mengatakan bahwa sahabatku satu ini jauh lebih protektif dibanding Ayah atau kakak laki-lakiku sendiri?
Aku berhasil membuka pattern di ponselnya dan disuguhkan dengan sebuah foto yang dipasangnya untuk dijadikan wallpaper. Foto tersebut merupakan fotoku dan Nick, aku memakai kostum Rapunzel lengkap dengan wig blonde yang super panjang dan Nick dengan kostum Iron Man nya. Aku ingat foto tersebut di ambil saat pesta Halloween tahun lalu. Kami berdua terlihat sangat bahagia di foto tersebut.
Sebuah notifikasi dari sebuah aplikasi pesan muncul tiba-tiba. Dengan segera aku membukanya.
Can't wait for tonight, Robson. :*
Mataku terbuka lebar saat melihat isi pesan tersebut dan melihat siapa pengirimnya. "Really, Nicholas? Katly?" Tanyaku tidak percaya. Katly merupakan Regina George di sekolahku. Aku tidak mengerti dan tidak pernah menyangka bahwa Nick dekat dengan seseorang seperti Katly.
"Hey, aku bahkan tidak--"
Aku memotong kalimat Nick. "Aku tidak pernah melarangmu untuk berkencan atau keluar dengan siapapun. Tapi, Katly? Bagaimana bisa kau--" aku tidak mampu menyelesaikan kalimatku untuk beberapa detik selanjutnya, aku mendesah berat kala memijit pelipisku. "Kau bahkan tau dia yang memfitnahku waktu itu, Nick! Demi Tuhan, kau tau itu!"
Seketika ingatanku terlempar pada kejadian 2 bulan yang lalu. Aku di skors selama 1 minggu karna Mr. Norman menemukan beberapa ganja di tasku saat Ia sedang melakukan pemeriksaan rutin. Aku tau bahwa Katly yang melakukan itu karna beberapa teman sekelasku melihatnya dan karna aku bahkan juga tau bahwa Katly memang sering memakai ganja tersebut. Hatiku remuk saat mengingat beberapa waktu lalu sebelum pemeriksaan itu, aku menemukan Katly, Nick dan beberapa teman berandalnya tengah memakai barang itu di belakang sekolah.
Nick memang sahabatku dari kecil. Dia pelindungku. Aku sangat mengenalnya, tapi itu dulu. Saat ini, aku sudah tidak mengenal sosok itu lagi.
"Abby, kau tau Katly tidak bermaksud untuk melakukan itu kepadamu dulu. Dia hanya cemburu karna kau sahabatku dan kau sangat dekat denganku. Dia hanya cemburu dengan kedekatan kita, dan akhirnya dia melakukan itu kepadamu"
Aku menatap wajah Nick dengan alis yang bertaut dan ekspresi tidak percayaku. Benarkah orang yang didepanku saat ini adalah Nick? Aku sama sekali tidak mengenalnya.
"K-kau membelanya?" Tanyaku dengan suara yang gemetar. Aku tidak bisa menahan emosiku lagi. Inilah yang terjadi jika kekesalanku sudah memuncak, dengan payahnya aku hanya akan meluapkannya dengan tangisan dan bukan malah memukuli Nick habis-habisan.
Aku menyerahkan ponselnya kembali kepadanya. Dengan langkah yang bingung, aku meninggalkannya disana. Mengacuhkan Nick yang terus-terusan memanggil namaku. Aku menunduk saat beberapa tetes air dari mataku mulai jatuh. Merasa malu, aku menunduk lebih dalam membiarkan rambut panjangku menutupi wajah. Aku berlari kecil menuju toilet dimana aku bisa menenangkan diri dengan menangis selama mungkin.
Di koridor saat aku berlari tanpa sadar bahuku menabrak seseorang. Aku menatap sekilas ke wajah orang yang tidak sengaja ku tabrak tersebut. "Maaf" ujarku pada orang itu, Ia tampak sedikit terkejut ketika melihat ekspresiku. Tanpa fikir panjang aku segera meninggalkan laki-laki bertubuh tinggi itu dan kembali berlari ke arah kamar mandi.
Sesampainya disana, beberapa wanita yang ada disana melihatku dengan kaget. Aku menutup pintu kamar mandi dan segera menangis sekencang-kencangnya, tidak perduli apa yang mereka bicarakan tentangku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Overprotective Best Friend
FanfictionAbilene Halls tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan serumit ini. Bagaimana tidak? Nick Robinson yang merupakan sahabatnya sejak kecil itu tiba-tiba membuat peraturan konyol yang mengatakan bahwa siapapun yang hendak mendekati dan berkencan deng...