01

147 3 0
                                    

"kak,apa yang sedang kamu lakukan?"

"merancang sebuah furniture untuk ibu hamil dan menyusui"

"furniture? apa yang dibutuhkan oleh mereka?"

"kursi goyang."

"mengapa kau tak membuat baju renang atau bikini? bukankah mereka membutuhkannya. Lihatlah jaman sekarang,water birth sangat panas belakangan ini. Setidaknya kau bisa memproduksi nya dan menghasilkan uang dari itu."

"kau akan merasakannya saat kau menjadi ibu hamil dan menyusui"

"cih! memangnya kau pernah merasakannya?"

"ya suatu saat nanti"

Aku kembali menatap laptopku,merancang sebuah kursi goyang demi skripsi ku. Aku seorang mahasiswa disalah satu universitas swasta di kotaku. Ini tahun terakhirku,dan aku harus menyelesaikan sebuah kewajiban seluruh mahasiswa,Skripsi.

Aku memiliki target lulus. Ya hanya lulus,tidak harus menjadi lulusan terbaik. Sungguh mungkin kau akan menyerah memikirkan betapa rumitnya thesis,proposal,penelitian,analisis data,ash! gila! belum lagi dosen pembimbing yang menyebalkan,tidak tau waktu,asal coret sembarangan,dan sebagainya.

Dan sialnya itu terjadi padaku, dosen pembimbingku sedang melanjutkan kuliah s3 nya di Paris untuk beberapa waktu. Padahal,tak lama lagi aku harus mendapatkan gelar sarjana. Sungguh menyebalkan bukan?

"hei! bukakan aku pintu!"

"siapa kau? berani-beraninya berteriak dari bawah sana!"

Aku keluar dari kamar ku dan menuju balkon,dia Ong Seongwoo. Kawanku,sahabatku,dan bisa dibilang saudara beda rahim. Kami berteman sejak masih di angan orang tua kami. Berlebihan? biarkan saja,aku memang sangat menyayanginya.

"apa susahnya membukakan pagar ini untukku?"

"ya susah! aku harus membuang waktu berharga ku untuk membuka pintu kamar,menuruni tangga,membuka pintu rumah,dan bertemu kamu"

"pemalas!" Ong mengacak-acak rambutku.

"aish! mengapa kau mengacaukan rambutku? aku sudah bersiap-siap semalaman untuk hari ini Ong!"

"mau kemana? bertemu dosen pembimbing lagi?"

"ya siapa lagi yang aku temui selain dia."

"hei! apa kau lupa bahwa Tuan Minhyun sedang ke Paris untuk melanjutkan studinya!?"

"ya,aku tidak lupa. Untuk kali ini aku harus menuju ke Jakarta untuk menemui dosen pengganti"

"universitas yang aneh"

"demi kelulusanku Ong,mengumpat bukan jalan untuk menggapai kesuksesan"

"Aku mengenal satu orang ahli dalam bidang kesenian"

Ong memberikan kartu nama kepadaku.

tertulis nama,alamat,dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

"Kang Daniel?"

"iya,namanya Kang Daniel. Ada masalah?"

"hanya Kang Daniel? tidak ada gelar apapun? Bachelor of Art? atau M.Sn-lah setidaknya?"

"haruskah menuliskan gelar segala di kartu namanya? ayolah setidaknya kau mengetahui namanya"

"apa kau gila? Sistem di kampusku tidak sama seperti kampusmu Ong!"

"kau melupakan satu gelar, Master of Art"

"tolonglah Ong,pikirkan bagaimana aku bisa percaya padamu kalau dia adalah Master of Art jika di kartu namanya saja hanya tertulis namanya,tanpa embel-embel apapun"

"Sudahlah,percaya saja. Lagipula ini rekomendasi dari dosenku."

"tidak,aku tetap akan ke Jakarta untuk menemui dosen pembimbingku yang baru."

Aku menuju ke kamarku untuk berkemas. Laptop,thesis,proposal, make up, dan wifi portable. Meskipun aku ke Jakarta,tak menutup kemungkinan bukan jika ada pemadaman listrik dan tiba-tiba koneksi internet mati? Ayolah,manusia mana yang sanggup hidup tanpa koneksi internet. Tak lupa,aku berpamitan dengan mama dan meminta doa agar aku selamat sampai tujuan.

"mau kuantar?"

"tidak,aku sudah memesan taxi untuk menuju ke Stasiun"

"ditengah kota sedang ada demo,lebih baik kau bersama Ong. Mama lebih tenang melihatnya."

"ayolah ma,aku sudah menghubungi supir taxi itu sejak 20 menit yang lalu. Sekarang dia sudah perjalanan"

"bener kata mama kak,marak terjadi penipuan dan pelecehan seksual loh di taxi. Hih ngerinya!"

"aku lebih siap daripada supir itu"

"lalu bagaimana dengan taxi yang kupesan? jika aku membatalkannya aku akan kena denda di pemesanan berikutnya! aku tak akan membiarkan uang ku melayang untuk itu Ong."

Ong menarikku ke mobilnya dan akhirnya aku terpaksa membatalkan pesananku.  Aku harus merelakan 20ribu ku. Biaya yang aku keluarkan untuk skripsi mungkin sudah bisa melampaui harga tiket konser. 

Memang apa yang dikatakan Mama itu benar,ada demo di tengah kota dan kami terjebak kemacetan panjang. 

Suasana canggung antara kami berdua? Kami tidak mengenal kata-kata itu. Kami tertawa terbahak-bahak melihat album foto masa kecil kita yang selalu disimpan di mobil Ong.

"lihatlah wajahmu! HAHAHAH"

"perhatikan betapa culunnya kau saat SD dulu!"

"apa kau tak sadar bahwa wajahmu sangat konyol saat SMP"

"YA!" Aku menjitak kepala Ong,jitakan ku mungkin terlalu kasar hingga Ong meringis kesakitan.

"Awas saja kau jatuh cinta padaku!"

"tidak akan! siapa yang tertarik dengan pembuat kursi goyang sepetimu"

Aku mengepalkan tanganku,untung saja Ong langsung merangkulku. Setidaknya aku tidak meluncurkan satu pukulan ke bahunya.

"YA! APA KAU KIRA INI JALAN NENEK MOYANGMU!? AYOLAH KAMI TERBURU-BURU"

Pengemudi dibelakang mobil Ong sudah mengumpat kami. Ternyata sejak tadi penyebab kemacetan ini adalah kami.

"AKU JUGA MEMBAYAR PAJAK UNTUK JALAN INI PAK!"

"Sudahlah Ong,ayo kita maju saja. Aku juga keburu!"

Setelah melewati kerumunan demonstran di tengah kota,kami tiba di Stasiun 

TWIG ;ongnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang