Kilasan 2

120 47 52
                                    

Esoknya, pagi-pagi sekali Arimbi sudah sampai di sekolah. Ia menuju kelasnya untuk menaruh tas lalu kembali ke lapangan belakang sekolah yang menjadi tempat favoritnya.

Lalu ia mulai mengeluarkan secarik kertas dan pulpen. Perlahan ia mulai merangkai kata demi kata yang terlintas dibenaknya. Hingga ia tak sadar bahwa sedari tadi ada seseorang yang mengawasinya.

"Hei!" sapa orang itu

Arimbi yang terkejutpun menjatuhkan kertas dan pulpennya.

"Oh maaf, aku tak bermaksud membuatmu terkejut" sesal orang itu sambil membantu merapikan kertas dan pulpen yang dijatuhkan Arimbi.

Arimbi pun mendongak untuk melihat siapa orang yang telah membuatnya terkejut.

"Ternyata kamu Bima, iya tidak apa-apa kok. Salahku juga tadi melamun." balas Arimbi

Bima hanya diam saja menatap wajah Arimbi dari jarak yang cukup dekat membuat jantungnya berdebar cepat.

Tiba-tiba bel masuk sekolah pun berbunyi, mereka berdua sama-sama terkejutnya.

Bima menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali karena merasa canggung dengan suasana sebelumnya. Lalu suara Arimbi memecah keheningan.

"Bima, aku duluan ya dah.." ucap Arimbi terburu-buru tanpa sadar bahwa kertasnya tertinggal.

Setelah Arimbi menghilang dari pandangannya, Bima pun mengambil dan membaca kertas itu.

Debaran Hati

Wahai hati
Mengapa engkau berdetak cepat sekali
Tatkala ia tak sengaja memandangi
Memberikan euforia yang menyesakkan hati

Wahai hati
Mengapa engkau berdetak cepat sekali
Tatkala mendengar suaranya mengalun indah bagai melodi
Melodi yang menyejukkan hati

Wahai hati
Mengapa engkau berdetak cepat sekali
Tatkala dirinya singgah melewati
Memberikan senyum manisnya saat pagi

Arimbi P.

Entah mengapa hati Bima ikut berdebar saat membaca puisi milik Arimbi yang tertinggal. Hingga nampak seulas senyum miliknya terbit. Ia mempunyai sebuah rencana.

                           ✳✳✳
Bel pulang sekolah berbunyi Bima bergegas menuju kelas Arimbi. Tampak gadis itu hendak pergi meninggalkan kelas. Namun, suara Bima menghalangi niat gadis itu.

"Arimbi" panggil Bima

Gadis itu menolehkan kepalanya tatkala mendengar suara orang yang memanggilnya.

"Bima, ada apa?" jawab Arimbi

"Bisakah kamu ikut denganku sebentar, ada yang perlu aku bicarakan?" pinta Bima.

Arimbi hanya mengangguk sebagai balasannya.

Mereka berduapun berjalan beriringan menuju parkiran.

"Arimbi, tidak apa-apakan kalau kita perginya naik sepeda?" tanya Bima

"Tidak apa-apa kok, Bima." jawab Arimbi

Akhirnya merekapun pergi dengan menggunakan sepeda dimana Bima yang membonceng Arimbi.

Merekapun sampai di danau buatan dekat taman kota. Letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah mereka berdua.

LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang