1 - Hari Tersial Donghyuck

2.8K 231 37
                                    


Sore hari di ibu kota Korea Selatan yaitu Seoul, matahari sama sekali tidak tampak. Gumpalan awan hitam dan abu-abu menghiasi langit yang biasanya cerah itu. Udara sudah sangat lembab. Menunjukkan dalam beberapa saat lagi hujan akan turun. Lee Donghyuck, seorang jurnalis muda berusia 22 tahun baru saja pulang kerja. Langkah kakinya yang biasanya lambat ia percepat karena ingin cepat pulang. Alasan sebenarnya, ia tidak bawa payung dan tidak ingin kehujanan.

"Ayolah, jangan dulu hujan. Jangan dulu hujan ya Tuhan," Donghyuck terus merapal bagaikan seorang dukun, sambil menyalip di antara ramainya orang-orang yang juga baru pulang kerja sepertinya. Sebal sebenarnya, karena biasanya ia memang selalu membawa payung -nasehat ibunya- dan entah mengapa hari ini ia bangun kesiangan sehingga melupakan semuanya, termasuk tas berisi payung yang biasanya selalu ia bawa. Belum lagi di tas itu juga ada flashdisk berisi laporan hasil wawancara dengan girlband Red Velvet kemarin. Jadilah ia jadi bulan-bulanan Lee Taeyong, kepala divisinya tadi. Ah, hari ini benar-benar hari sial bagi Donghyuck.

'Tes. Tes. Tes.'

Tetesan hujan mulai turun membasahi ramainya jalanan. Tak lepas coat coklat yang tersampir di pundak Donghyuck juga turut terkena air dari langit itu. Topi baret birunya juga nampaknya basah. Donghyuck kehujanan.

"Sialan!", Donghyuck memaki sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk meneduh di emperan toko. Dan sama sepertinya, cukup banyak orang juga yang turut mengikuti tindakan Donghyuck. Jadilah tempat Donghyuck berdiri jadi penuh sesak. Donghyuck yang memang sudah bad mood jadi berlipat ganda kemarahannya.

Donghyuck yang sudah lelah dan muak hanya punya permintaan sederhana: ia ingin pulang, mandi dan tidur. Karena itulah ia menggertakan giginya, berbisik kecil "Sialaaaan!" dan dengan langkah kasar membelah kerumunan orang di depannya untuk berlari saja ke stasiun.

Akhirnya di bawah rintik hujan deras Donghyuck pun berlari. Biasanya butuh waktu 15 menit berjalan santai dari kantornya ke stasiun. Dan dengan berlari mungkin bisa jadi lebih cepat. Donghyuck menjejalkan kaki berlapis sepatunya ke jalanan becek guna menambah laju tubuhnya. Di depan ia harus belok kanan, Donghyuck bersiap-siap untuk berbelok, di pikirannya ia membayangkan dirinya sebagai seorang pelari profesional. Tapi belum juga Donghyuck mewujudkan apa yang ada di kepalanya, mukanya menubruk dada seorang lelaki.

Saking kerasnya hantaman yang terjadi, kedua orang yang bertabrakan tersebut oleng dan bahayanya, keduanya terancam jatuh ke arah yang sama.

'Bruk.'

Mata Donghyuck membelalak kaget. Parahnya, tubuhnya terbujur di trotoar Seoul yang jadi kotor karena air hujan. Lebih parahnya, lelaki yang ditubruknya tadi menghimpit tubuhnya dari atas, kakinya mengurung kaki Donghyuck yang terbungkus celana coklat. Tangannya untungnya menahan bobotnya sendiri sehingga tidak langsung jatuh di atas tubuh Donghyuck.

Paling parahnya, bibir lelaki itu jatuh pas di atas bibir Donghyuck.

Butuh beberapa detik bagi Donghyuck untuk memroses kejadian itu sampai tangannya dengan refleks (refleks yang lamban, sayang sekali) memukul pipi lelaki itu sehingga ciuman mereka langsung terlepas. Pria yang ternyata berambut hitam itu rupanya baru berhasil memroses apa yang terjadi, karena Donghyuck bisa melihat matanya membulat, ah mulutnya juga. Persis ikan koi.

"Apa-apaan kau?!" Donghyuck langsung berdiri dan turut menarik dasi lelaki tadi, memaksa sehingga mau tidak mau jadi ikut berdiri juga. Bukannya minta maaf, Donghyuck malah memarahi lelaki tadi. Yah mau bagaimana lagi. Sudah sejak pagi Donghyuck diterpa kesialan dan kejadian ini membuatnya tambah kesal, sangat malah.

Namun tanpa Donghyuck perkirakan, orang tadi malah berjongkok menumpu di satu lututnya, menarik tangan kanan Donghyuck yang mencekik lehernya (tanpa sengaja karena Donghyuck menarik dasinya kencang sekali) dan memegangnya dengan kedua tangan. Kemudian ia berucap, "Aku telah merampas sesuatu yang berharga bagimu. Aku harus bertanggung jawab. Menikahlah denganku."

Donghyuck yang tidak mengerti lantas mengerutkan keningnya. Apa-apaan ini? Apa lelaki ini sedang melakukan suatu lelucon? Donghyuck yang takutnya salah mendengar akhirnya membalas, "Ya?"

Mata lelaki di depannya nampak kaget dan setelah beberapa detik ia kemudian menarik tangan Donghyuck sehingga tubuh Donghyuck berada dalam dekapannya. "Dalam dua minggu kita akan menikah. Tolong maafkan aku. Sekarang biar kuantar kau ke rumahmu." Donghyuck melotot, ia kaget betul mendengar apa yang lelaki itu katakan. Pasti lelaki ini tuli atau telinganya tidak mendengar dengan jelas.

Tadi kan ia bertanya, bukannya menjawab pertanyaan lelaki itu. "Ya! Lepaskan aku! Aku tadi bertanya bukannya setuju denganmu!" Donghyuck berusaha sekuat tenaga lepas dari lelaki yang nampaknya bukan asli Korea ini-Donghyuck memperhatikan cara lelaki ini berbicara-. Tapi sepertinya perkiraan Donghyuck bahwa lelaki ini tidak bisa mendengar dengan baik adalah benar, karena pelukan lelaki ini bahkan tidak melonggar sedikitpun.

Well Lee Donghyuck, sepertinya hari ini memang benar adalah hari tersialmu. 


-TO BE CONTINUED-


Halo wattpad reader~ Salam kenal dengan saya, pendatang baru di dunia Wattpad MarkHyuck. Ini fanfic pertama saya di sini. Fanfic berchapter pertama saya juga, karena saya memutuskan untuk menantang diri saya sendiri untuk bikin romance berchapter. Kita sama-sama lihat apakah saya berhasil menaklukkan diri saya sendiri atau tidak wqwq. Terimakasih sudah membaca, komen akan sangat memotivasi saya untuk melanjutkan cerita ini. Sekian. 'Markhyuck bagaikan nasi, selalu di hati tak dapat terganti' Kibar bendera NCT, kibar bendera Markhyuck. Bye~ 

💖MARKHYUCK💖 💍MARRY ME?💍 💖MARKCHAN💖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang