"Kring.......kring........." suara bel alarm membangunkanku dari tidur lelap.
Aku bangkit dari singgasana dengan muka bantal yang masih terlihat jelas. Hal pertama yang aku lakukan ketika bangun pagi yakni cek notif di handphone.
"Gak ada apa-apa" ungkapku sambil melempar handphone ke kasur.
Malas rasanya bangun di pagi senin di negara hina ini dimana korupsi ada di mana-mana. Dan yang bikin tambah males hari ini adalah hari MOS pertamaku di sekolah.
"Bi....., air panasnya nyala bi ?"
"Iya den udah"
Aku tinggal di rumah ini bareng keluargaku, papa, mamah, dan aku, ditambah Bi Enok pembantu dirumahku. Tapi faktanya aku ngerasa cuma Bi Enok dan aku yang ada di rumah ini, mamah sudah berangkat ke kantor bersama papa dari jam setengah 6 karena takut macet dan pulang jam 8 malam.
Aku kadang merasa cemburu sama papa dan mamah yang lebih mentingin kerjaannya dibanding aku. Bahkan saat pertama masuk ke SMA orang tua gak ngedampingi aku.
"Bi, Rio pergi dulu yah" sahutku sambil nyalain motor matik, dan berangkat menuju sekolah.★★★
"Wih anak baru bawa motor" ungkap seorang kaka kelas yang parkir disamping motorku, dan aku bales dengan senyuman keterpaksaan.
Aku berjalan menuju gerbang sekolah dan ditunggu oleh kakak kelas dengan wajah kesal.
"Kamu anak baru kenapa baru dateng !? Bukannya udah di bilangin berangkatnya pagi" ujarnya sambil marah-marah.
"Yah gimana lagi kak jalanan macet"
"Alah banyak alesan"
Dan seperti hal umum lainya peserta MOS yang telat dapat sanksi dan ocehan tak berfaedah dari kakak kelas. Dan aku ga ngedengerin sedikit pun ocehan ocehan itu. Setelah hukuman beres kita yang telat langsung disuruh masuk ke gugus masing-masing, tepi sebelum masuk ke kelas aku di tahan karena gak bawa atribut MOS.
"Heh tunggu, mana atributnya !?"
"Di tas kak" lesku supaya gak kena marah sama burung perkutut ini.
"Adit coba cek !" perintah kakak kelas tadi kepada temannya.
"Ok Dra"
Akhirnya ketahuan aku ga bawa atribut dan kembali mendapat ocehan tak berfaedah lainnya, dan yang paling nyebelin aku gak bisa ngelawan saat itu. Ngenesnya aku juga dikasih pr tergaje sepanjang sejarah hidupku.
"Tulis seratus kata, AKU BERJANJI TIDAK AKAN MELAKUKANNYA LAGI" tutur kata kakak kelas yang dipanggil Dra tadi.
Singkat cerita aku balik ke gugusku. Saat buka pintu kelas tatapan semuanya langsung menuju ke arahku.
"Kenapa lihat-lihat" ungkapku spontan.
"Namanya siapa ?" Tanya seorang kakak kelas OSIS cewe pendamping kelasku.
"Kenapa ? Mau di point ? Udah tadi di depan, gak usah di catet lagi"
"Eh bukan gitu kemarin-kemarin semua kesini nyiapin persiapan MOS, tapi saya gak lihat kamu ? Kamu yang namanya Rio bukan ?"
"Udah tahu masih nanya" ungkapku sambil duduk di bangku kosong paling belakang.
"Oh iya tanyain ke temennya peralatan yang harus di pake yah, besok pake" ungkapnya dengan kata lembut seperti malaikat.
Dalam hati aku bilang, seandainya kakak ini bukan OSIS gue jadiin pacar. Kata-kata yang hanya akan menjadi harapan semata.
Saat bel istirahat berbunyi, dan semuanya keluar untuk ngumpulin tanda tangan, aku malah diem di kelas tanpa kegiatan yang jelas. Aku diem karena aku ngerasa berbeda disini gak ada yang aku kenal disini, semua temen sekolahku masuk ke SMA negeri dan cuma aku yang ke swasta.
"Yo... gak minta tanda tangan ?"ungkap kakak kelas tadi.
"Enggak kak, males, buat apa ?"
"Laras, nama ku Laras salam kenal, kamu mau panggil teteh atau kakak terserah, asal jangan dipanggil tante aja" ungkapnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
"Hahahhahah" sontak gue tertawa dengan kata perkenalan yang aneh tadi.
"Kenapa ketawa ?"
"Abis lucu kak masa dipanggil tante"
Di sela sela percakapan kita datang seseorang OSIS lainnya yang tidak lain adalah orang rese yang di panggil Dra tadi.
"Ras lagi apa ?"
"Lagi diem aja, emang kenapa Hendra ?"
"Oh namanya Hendra..,"ungkap gue dengan nada pelan.
"Laras dia anak didikmu ? Yang sabar yah ngadepin anak istimewa kayak gini"
"Emangnya kenapa masalah buat kakak ?"
"Eh lo berani yah sama kakak kelas ?"
"Udah... udah jangan berantem"
Untung ada kak Laras disana, kalau enggak pasti bakal ricuh disana.
"Kenapa kamu gak nyari tanda tangan ?" Timpanya.
"OGAH" jawabku dengan penuh kekesalan.
"Eh lu makin ngelunjak yah ?!"
"Udah ih jangan ribut mulu, Dra mening kamu keluar aja biar ga ricuh"
Dengan keterpaksaan Si Hendra itu keluar.
"Wleeee"
"Udah Rio"
"Hehehhe iya Kak"
"Oh iya kak BTW kok kakak bisa sih deket sama orang rese kayak dia ?"
"Owh gini, Hendra itu temen kakak dari SMP jadi udah kenal lama. Eh sebenernya Hendra itu orangnya baik loh"
"What ?! Baik dari mananya, dilihat dari pucuk monas juga gak ada baik-baiknya, dari jaman fir'aun pake sareng sampai pakai kolor boxer pun ga ada sejarahnya kelakuan kayak gitu dibilang baik"
"Ih bener Hendra itu baik, baik banget. Dia suka bantuin temen-temennya, dia itu solid banget"
"Terus kenapa sekarang jadi kayak gitu Kak ?"
"Dia kayak gitu karena tugasnya, dia totalitas dalam mengerjakan sesuatu, karena dia ingin orang tuanya memperhatikan dia"
Sejenak aku merenung, "ternyata ada juga orang yang orang tuanya kayak aku. Apakah sebaiknya aku minta maaf aja yah"
"Rio kenapa bengong ?"
"Gak kenapa-kenapa kak, oh kak keluar dulu beli karton buat bikin peralatan buat besok"
"Oh iya"
Aku keluar sambil mikirin perkataan kak Laras tadi, dan aku merasa bersalah akan kelakuanku tadi. Stelah membeli barang-barang aku coba buat perlatan di kelas.
"Hi aku Nayla" tiba-tiba ada seorang cewe di depanku
"Hi aku Rio"
"Lagi ngerjain peralatan ?"
"Iya"
"Bisa aku bantu ?"
"Oh boleh"
Nayla langsung bantuin aku nyiapin peralatan MOS di sampingku.
"Eh SMP dari mana Rio ?"
"SMP Negeri..."
"Eh SMP Negeri" potongnya
"Iya"
"Kenapa gak lanjut ke negri lagi, malah ke swasta"
"Hehehhe biasa masalah nilai"
"Oh, udah beres nih, nanti tinggal di laminating aja biar awet"
"Makasih yah ehm.."
"Nayla"
"Iya makasih yah Nayla"
"Iya"
Bel masuk pun berbunyi dan semua masuk ke kelas buat nerima materi selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Yang Ku Pilih
Teen FictionPerjalanan seorang pemuda bernama Rio yang mencari jati diri, menemui berbagai hambatan, perasaan cinta, kesedihan, dan keputusasaan. Bisakah Rio melalui semuanya ? Temukan jawabannya dari series cerita ini