Sore berangkat menuju gelap, semilir angin berhembus menuju arah yg tak tentu, langit pada waktu itu sudah ingin mengeluarkan isi nya, menanda kan bahwa semesta pun masih saling bergantung peran satu sama lain.
Pemuda kurus berbaju lusuh, dengan rambut mendekati mata, celana jeans robek di kedua sisi lutut, menjadi ciri kuat setiap orang yg memandang nya. Ia sedang menuju ke tempat perkumpulan para lelaki malas, berada di pemukiman kumuh, yang memakan lahan tanah bekas jalur rel kereta api.
Di tempat itu, banyak lelaki pemalas berkumpul menghabiskan waktu nya dengan bercerita tentang hal percuma, tidak penting, bahkan menjurus kriminal.
Sore itu, menjadi hal wajib bagi mereka untuk menikmati daun terlarang, karena hanya dengan cara itu mereka mendapatkan kepuasaan khayalan, dapat menepis mimpi buruk akan masa depan yg sudah pasti jauh dari kata mapan.
"Hei dari mana aja?" Sapa salah seorang yg berada di atas pohon mangga.
Pemuda kumal ini melihat ke atas, dari mana suara itu berasal.
"Dari rumah, suntuk!" Sahut nya.
"Kalau suntuk aja baru kelihatan ya bos?" Sembari turun dari atas pohon mangga.
"Jack mana?" Tanya pemuda itu.
"Biasa lagi beli daun"
Pemuda itu pun duduk di antara ban bekas yg sudah di bentuk sedemikian rupa menjadi bangku.
Dia menghela nafas, sambil bersandar di batang pohon mangga. dia tebar pandangan ke arah rumah tua tak jauh dari tempat ia duduk.Lamunan nya terhenti ketika seorang teman nya memukul bahu pemuda kumal itu dari belakang.
"Waw sang dewa pujangga uda di sini rupanya" sambil tertawa suasana di situ pun semakin ramai. Satu persatu teman nya datang, seolah-olah tempat itu menjadi tujuan wajib di singgahi, dengan tidak perduli dari mana, sehabis apa, bagi mereka itu sebuah wadah terbuka bagi orang-orang yg mau, jiwa-jiwa pemberontak, mencari kebahagiaan dengan nyali yg optimal.Hati nya berdebar di saat salah satu teman nya membuka sebuah bungkusan plastik, satu persatu isi dari bungkusan itu pun di keluarin.
"Dapat dari mana barang itu?" Pemuda itu bertanya dengan nada suara berbisik.
"Tadi aku baru operasi, eh dapat nya beginian".
"Sudah lah, jangan lagi berbuat merugikan orang lain, uda cukup masa depan kita yg kelam, orang lain jangan!" Pemuda itu berusaha menyadarkan bahwa perbuatan teman nya itu salah.
"kami di sini bukan mau dengar ceramah kau, kau kira hidup ini gampang" celetuk teman nya.
"Aku mau ke sini karena mau gitaran, diskusi tentang rencana kita yg mau gotong royong bersihin tempat ini, bukan mau jd saksi perbuatan tak terdidik ini" pemuda ini membentak.
Suasana jadi panas, satu sama lain terlibat emosi, tiba-tiba datang dari kejauhan suara motor yg melaju sangat kencang mengarah ke tempat mereka berkumpul. Semua yg berada di situ berlari, saling berpencar menghindar dan menjauh dari tempat perkumpulan itu, karena mereka tau siapa yg datang, yaa..yang datang adalah petugas kepolisian, dimana pengakuan dari kepolisian itu sudah dapat laporan bahwa di tempat ini sering di jadikan nya basecame para pelaku kriminal.Pemuda itu tidak lari, hanya dia yg masi menetap di tempat itu, polisi pun memeriksa setiap jengkal badan nya, dengan santai dia mempersilahkan polisi tersebut memeriksa dirinya, di sini pemuda itu yakin bahwa dirinya bersih dari benda terlarang, dan selama benar kenapa harus takut dari itu semua, mungkin itulah isi kepala nya.
"Maaf bisa perlihatkan KTP ?" ujar petugas polisi.
Pemuda itu pun meraih dompet dari saku nya, dan memberikan identitas diri yg di minta polisi.
"Nama kamu fana sastra sukoja?"
"Iya pak"
"Di foto ini wajah kamu kok berbeda?"
"Maksud bapak? Mencurigai saya bahwa itu data palsu?"
"Anda tenang dulu, saya cuma memperjelas, dan hanya bertanya"
Pemuda itu hanya diam tak menyahut, dia coba menghargai petugas.
"Ngapain anda di tempat ini?"
"Ini tempat masa kecil saya pak, dan hak saya juga mau ke sini".
"Kenapa yg lain pada lari?"
"Saya tidak tau pak"
Pemuda itu pun di suruh pergi meninggalkan tempat itu, dan ia pun menyetujui arahan polisi tersebut.Fana sastra sukoja, nama yg tertera di KTP pemuda kumal itu. Ke-esokan harinya fana mulai semakin tertekan dengan keadaan yg di hadapi, teman menjurus kriminal, keluarga tak acuh, semua hal itu memutar otak dan tenaga nya. Fana ingin merubah jalan hidup nya yg masih pudar, hari-hari nya penuh dengan kepalsuan, penuh dengan drama yg dimana dia harus menjadi pelakon tunggal di cerita buruk tersebut. Terbesit hasrat nya untuk keluar dari cerita mainstream ini, dia cari cara, dia buat peluang agar dirinya bisa di pandang baik oleh keluarga dan orang di sekitar nya, bahwa dia bukanlah pemuda kriminal, bukan lelaki pemalas yg hanya membuang waktu masa muda nya, dia hanya ingin berteman kepada siapa saja, tanpa terpengaruh oleh dari siapapun, bagi fana penampilan bukan hal substansi dalam tolak ukur untuk sebuah kejahatan. Dia cuma ingin mengexpresi kan masa muda nya dengan sebuah karya, fana lelaki yg lihai bermain musik, banyak bakat terpendam dalam dirinya, fana menguasai kesenian apapun secara otodidak (alami), karakter dirinya terbentuk karena ilmu pengetahuan seni nya terlalu luas, wajar saja orang awam menilai nya sedikit aneh dan berantakan, fana selalu tak hirau kan pendapat masyarakat tentang dirinya, menjadi orang baik itu tanpa syarat, tidak harus begini, harus begitu, fana seorang pemuda yg mau mematahkan stigma itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelacur Kata-kata
FantasyMenertawakan masa lalu dengan cara menghargai sejarah nya, bukan membenci, apalagi melupakan, bahwa pujian dan perhatian bagian dari wajah yg menipu.