RAISA

21 0 0
                                    

BAB 1

Malam Pertemuan


Bapak, itu siapa?

Itu Ibumu, nak...

Sejak saat itu, aku merasa bahagia karena bisa mengenal dan melihat Ibuku sendiri. Ibuku seorang TKI yang bekerja di Malaysia saat aku berumur dua tahun sampai sekarang aku berumur sepuluh tahun. Artinya, sudah delapan tahun lamanya Bapak mengurusku seorang diri.

Terlihat senyum Bapak merekah menyaksikan Ibuku yang tetap terlihat manis walaupun dia sudah banyak berubah, kata Bapak. Ibu yang dulunya mempunyai rambut berwarna hitam sekarang berubah menjadi cokelat, badannya yang dulu kurus kering sekarang menjadi berisi dan kulitnya terlihat lebih cerah, mungkin di Malaysia mempunyai cuaca yang bagus, pikirku.

Aku mencoba mendekati Ibuku yang sedang asyik dengan telepon genggamnya.

"Ibu..." Aku mendekati Ibu sambil tersenyum.

"Oh, anakku. Sebentar ya nak,"

Ibu masih tetap asyik menekan-nekan huruf pada layar smartphonenya. Aku memutuskan untuk menunggu disampingnya. Namun, setelah satu jam, Ibu belum juga melepaskan smartphone itu dari genggamannya. Lalu aku meninggalkannya karena mengantuk. Sebenarnya banyak yang ingin aku tanyakan kepadanya, seperti kenapa Ibu bekerja ke Malaysia, apakah disana menyenangkan, apakah Ibu mempunyai banyak teman disana dan yang terpenting bagaimana cuaca disana aku sangat ingin tahu bagaimana Malaysia itu. Tapi, sudahlah besok saja aku tanyakan pada Ibu, lagipula aku lihat memang Ibu sedang sibuk. Terbukti, dia tidak bertanya kepadaku kenapa aku beranjak dari sisinya.

Aku memasukki kamarku dan melihat Bapak sedang menata dan membersihkan tempat tidurku.

"Terima kasih, Bapakku sayang..."

"Iya, anakku sayang. Pokoknya Raisa harus bisa tidur dengan nyenyak biar di sekolah nggak ngantuk. Oke?"

"Siap, Bos. Hahaha..."

"Raisa, ngobrolnya sama Ibu cepet banget?"

"Nggak jadi, Pak. Ibu kayaknya lagi sibuk."

"Yaudah sekarang Raisa bobok sini. Bapak punya buku baru." dengan semangat Bapak mengeluarkan buku baru dari balik punggungnya.

"Yeyeee...akhirnya Bapak beli buku baru."

"Bilang apa?"

"Alhamdulillah." Aku dan Bapak mengucapkannya bersamaan.

"Kali ini, cerita tentang apa, Pak?"

"Tentang yuyu kangkang yang mendapat rejeki."

"Wah, kayaknya seru Pak."

"Iya dong, sini agak deket sama Bapak."

Setiap sebelum tidur, Bapak selalu menceritakanku dongeng-dongeng penuh pesan moral yang bisa diambil dari setiap adegan dalam cerita. Walaupun tidak setiap malam bisa mendongengkanku karena Bapak harus berjualan mie ayam keliling kampung, namun Bapak selalu memberikanku nasihat-nasihat yang baik. Aku sangat menyayangi Bapak.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 27, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RAISAWhere stories live. Discover now