PEREMPUAN BERKAKI BELUT LISTRIK

183 32 7
                                    

Suatu pagi yang suram membangunkan seorang perempuan di kamar bercat abu-abu.

Kamar itu gelap. Hanya sedikit cahaya yang bisa masuk, itupun berupa garis-garis tipis yang menembus papan-papan yang dipaku serampangan menutupi jendela. Tidak ada kursi, hanya satu meja yang tidak lagi seimbang kakinya dan sebuah lemari pakaian berukuran kecil yang tak lagi punya daun pintu. Satu cermin pecah menggantung di dekat lemari.

Cat dinding kamar perempuan itu mulai mengelupas dan terkumpul, bercampur dengan kelembapan udara menjadi massa lembek di lantai. Benda itu bergerak-gerak dan mencari bentuk.

"Sumi, mau makan ndak?

Dalam hitungan detik kamarnya dibanjiri air keruh hingga ke langit-langit. Perempuan itu menahan napas, sambil melayang-layang di tengah kamar. Dalam hati ia terus memanggil ibunya. Massa lembek di lantai bergerak lebih leluasa di dalam air dan mulai membungkus kedua kakinya.

Lama kelamaan kaki perempuan itu berubah menjadi belut-belut listrik yang suka menyetrum.

Maka berusaha keluarlah ia dari sana, berenang sekuat tenaga dan membuka pintu kamarnya hingga air dari kamarnya dipaksa keluar sampai-sampai meluap membasahi ruang tamu dan ruangan lainnya. Ia jatuh terseret dan tertelungkup hampir menabrak tembok di depan pintu kamarnya.

***

Dari atas meja makan yang tak ikut terbasahi, ia ambil sepotong ubi rebus dan sambal terasi, yang bagi masyarakat tempat dia tinggal adalah makanan paling dibenci.

Dia berjalan ke tengah kota, mendekati semua orang yang selalu ke mana-mana naik ranjang masing-masing. Malah tak ada manusia yang tak bepergian naik ranjang bermotornya. Mereka tak percaya kalau mereka bisa berjalan kaki, dan mereka tak percaya kaki bisa digunakan untuk berjalan. Perempuan berkaki belut listrik berdiri di tengah kerumunan dan menyetrum mereka semua. Mereka lalu diberikan ubi rebus dan sambal terasi oleh perempuan itu. Perlahan serat-serat logika mereka terjalin di udara dan mulai memasuki otak masing-masing. Mereka mulai menyadari kaki memiliki fungsi, bukan hanya dua organ tambahan di bawah perut. Mereka pun berlarian, kegirangan dan terkesima akan keajaiban baru di tubuh mereka.

Perempuan berkaki belut listrik menoleh ke belakang, ke arah kerumunan di taman bermain. Rupanya ada lomba memasak di sana. Ia dengan semangat menyetrum mereka yang sedang berkerumun, saat masih duduk di atas ranjang kelana masing-masing. Semua berubah ekspresi, lalu melompat-lompat dengan kaki dan menggagahi tanah yang masih basah oleh embun pagi. Taman bermain itu seketika jadi sepi, dan perempuan berkaki belut listrik menemukan keju belatung hasil lomba yang belum sempat dicicipi. Warga di situ sangat suka keju belatung, merupakan makan paling berkelas yang ada di sana.

Ah, keju belatung itu membuatnya penasaran. Mengapa penduduk di sini begitu menyukainya? Maka iapun memakannya sepotong.

Kejunya sudah habis dimakan oleh perempuan itu. Perutnya bergetar, kakinya gemetar. Terdengar suara belatung-belatung yang bersorak dari dalam lambungnya. Mereka meneriakkan kata-kata yang tidak ia kenal. Mula-mula ia nyaman-nyaman saja dengan konser para belatung. Namun, makin lama ia makin lemah karenanya. Ia memutuskan untuk pulang dan kembali berbaring di atas tempat tidurnya yang basah. Ia merangkak karena lemahnya, merangkak lesu sampai ke atas ranjang.

Perempuan itu sekarat setelah memakan sepotong keju belatung yang disukai orang banyak. Rupanya molekul-molekul perusak logika dalam sepotong keju belatung itu yang perlahan membunuhinya, ia tak lagi percaya kalau kakinya adalah belut listrik yang suka menyetrum. Ia melongo menunggu kematian datang menjemput.

Kakinya lemas. Dua belut abu-abu itu lemas. Sedikit meronta dan berharap bisa tetap hidup jika melepaskan diri.

Bahu perempuan itu diguncang oleh tangan tak terlihat. Ia melihat dua malaikat muncul dan selanjutnya ia diwawancarai oleh dua malaikat gendut yang sedang makan keju belatung itu. Malaikat itu menawarkan kejunya.

"Kau harus lebih logis. Matikan perasaanmu."

Perempuan itu menolak penawaran mereka. Semangat hidupnya kembali. Tangannya mengambil ubi dan sambal terasi dari sakunya, memakannya dengan lahap seperti sedang ikut lomba makan. Matanya terbuka dan ia kembali menghidupkan kaki belut listriknya. Ia berdiri dan menyumpal mulut dua malaikat itu dengan potongan ubi dan sambal terasi. Dua malaikat itu mematung lalu berubah menjadi api berwarna biru tua dan seketika lenyap entah ke mana.

Perempuan itu berlari keluar dari kamarnya. Ia menatap rumah tetangganya, lalu memutuskan berlari dan memasukinya. Dua menit kemudian terdengar suara teriakan dari dalam. Kemudian, lima orang berlari dari dalam rumah itu, dengan wajah terkejut seusai mengetahui fungsi kaki yang sesungguhnya.

Sekarang perempuan itu sibuk melakukan pekerjaan barunya. Menyetrum semua orang yang menolak percaya pada segala yang tak masuk akal soal kaki, sekaligus melenyapkan malaikat-malaikat gemuk yang mengkhotbahkan logika dari keju belatung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 11, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PEREMPUAN BERKAKI BELUT LISTRIKWhere stories live. Discover now