Cinta Abadi dan Cita Yang Kekal

22 2 0
                                    


Nama ku Franchy Anggita . Aku tak tau mengapa kedua orang tuaku memberikan nama itu. Tapi aku yakin. Ada makna tersebunyi dibalik nama tersebut. Aku dibesarkan dari lingkungan keluarga yang dibilang sangat mampu dengan Kekayaannya. Namun, Miskin akan Agama. 

Mungkin, itulah yang membuat suasana dirumah sangat Runyam dan Gerah. Hari ini, adalah Hari terakhirku melaksanakan Ujian. Seperti biasa, aku akan menghabiskan Ribuan bahkan Ratusan Ribu Rupiah. Hanya untuk menyenangkanku fikiranku setelah suntuk ujian selama seminggu.

Orang tua ku tak akan marah. Karena mereka tak pernah memperhatikanku. Jika Orang Tua ku sedang ke Ke Australia aku pergi ke Discoutic. Menghabiskan gelasan Miras untuk menghibur diri. Itulah yang kulakukan. Tak ada yang mengajariku tentang Agama. Termasuk Agamaku sendiri ISLAM.

***

Hari ini, seperti biasa aku pergi ke sekolah. Sebenarnya, aku sangat malas untuk datang ketempat seperti ini. Bagiku sekolah adalah Tempat Penjara. Peraturan dimana-mana dan kantin sebagai tempat pemerasan uang saku anak-anak culun yang kaya. Sering sekali aku masuk BK karena kelakuanku yang sering melanggar peraturan. Saat ditengah-tengah pelajaran yang membosankan aku akan pergi ke kantin menemui teman-teman dari kelas lain yang sepemikiran denganku.

"Hay! Franch sendirian aja Kamu" seseorang menepuk bahuku dengan pelan.

Ternyata  Dina sahabat ku. Aku bersahabat dengannya sejak kecil. Entah mengapa Dia mau berteman denganku. Yang jelas-jelas berlatar belakang jauh dengannya. Hidup Dina sangat sederhana. Namun, Keluarga dan Hati Dina sangat kaya. Dina dibesarkan di lingkungan yang mengerti Agama. Keluarganya sangat Alim. Bahkan Dina adalah Wakil ketua Rohis disekolah. Tak heran jika dia sering mengikuti perkumpulan-perkumpulan Islam.

"Aku boleh duduk nggak?" Aku pun menggeser tubuhku dan mengangguk sambil tersenyum.

"Gimana kabar kamu?" Tanya nya sambil melihat mataku. 

Manik mataku bertemu dengan mata nya. Aku merasakan ada cahaya teduh disana.

"Ya... seperti yang Lo liat aja Din. Gini-gini aja gue. Gak ada yang berubah." Jawabku sekenannya.

"Lo nggak masuk ke kelas Din?. kan belum waktunya istirahat?." Tanyaku bingung. Karena memang Aku dan Dina beda jurusan. dan setahuku Dina bukan anak pemalas sepertiku.

"Iya, soalanya nanti ada tambahan jam saat istirahat. Jadi disuruh istirahat duluan. kebetulan lagi jam kosong juga." Akupun hanya mengangguk. sambil meneguk jus yang kupesan tadi.

"Kamu sendiri?"

"Biasa Din. Males aja masuk kelas. Lagian kemaren juga baru usai ujiannya" Dina hanya menggangguk menanggapi jawabanku.

"Oh iya. Lo sama keluarga gimana? Baik semua kan?" lanjutku sambil mengalihkan pembicaraan.

"Alhamdulillah. Aku sekeluarga baik semua kabarnya Franch." 

Tak lama kemudian ke 3 sahabatku yang sifatnya tak beda jauh denganku datang. Mereka adalah Rifta, Anna, dan Fidya. Meskipun mereka tau bahwa aku bersahabat dengan Dina sejak kecil. Tapi, mereka selalu tak suka dan benci pada Dina.

"Hay Franch. Gue cariin Lo kemana-mana. Eh nggak tau nya lagi Nongkrong sama kamse disini" Ucap Rifta sambil melirik ke arah Dina.

Sedangkan kedua sahabatku yang lain tertawa. Aku melihat Dina murung dan pergi. Sebenarnya. ini bukan pertama kalinya mereka berucap seperti itu di depan Dina. Tetapi, kali ini aku tak bisa tinggal diam.

"Eh.. Kalian apa-apa an sih.!!!" akupun berdiri sambil menatap mereka dengan tajam.

"Udahlah Franch. Lagian Buat apa sih temen Kamse kaya dia di temenin terus" Kesabaranku semakin memucak. Tanpa sadar aku langsung memukul meja didepanku. kata-kata Fidya sudah membuat telingaku panas.

CINTA Abadi dan CITA yang kekalWhere stories live. Discover now