Kisah Akhir Sang Putri dan Pangeran

2.9K 388 70
                                    

Lampu yang kedapatan menyala saat ia memasuki ruangan itu mau tak mau membuat pikirannya langsung tertuju pada satu orang. Lelaki itu.

Dilara Niranjana melepaskan Prada merah setinggi delapan sentimeter miliknya di dekat pintu, kemudian melenggang melintasi ruang tengah menuju balkon yang terbuka, di mana seseorang yang berada di sana tengah mengangkat ponselnya sejajar wajah. "Aku nggak tahu apa harus senang atau menyesal sudah memberitahu sandi apartemenku ke kamu," katanya, bersedekap dan menyandarkan punggung di kusen pintu.

Ares menoleh dari balik bahu, menyunggingkan senyum separo dan mengedipkan sebelah mata; membuat Dilara memutar bola matanya sebelum pergi menjauh, sementara Binar yang melihatnya melalui sambungan video call ternganga-nganga. Gadis yang berada di benua berbeda itu sudah nyaris kehilangan napas saat Ares kembali mengarahkan atensi padanya. "Bi," panggil Ares.

"Ya," jawab Binar. Nadanya terdengar mengambang.

"Mengedip."

Spontan, Binar langsung melakukannya. Dan setelah itu... ia komat-kamit mencerocos panjang lebar, "Dilara Niranjana... oh my God, oh my God, oh my God. Erlangga nggak boleh sampai tahu hal ini, patah hatinya pasti bakal semakin parah kalau tahu kamu dan Dilara tinggal bersama."

Satu sudut bibir Ares naik tanpa niat. Matanya bergulir untuk melirik sungai Seine di bawah sana saat Binar meneruskan kalimatnya. Kenyataannya, Ares hanya sesekali datang ke flat Dilara, hanya di saat-saat ia ingin menepi. Dan kenyataannya, bukan hanya Erlangga yang patah hati-karena lagi-lagi pada kenyataannya, meski Erlangga yang mengalah, Ares masih menjadi pihak yang kalah.

Pembicaraan mereka, setelah terlepas dari Erlangga, berlanjut hingga entah berapa lama kemudian, tapi begitu Ares masuk ke dalam setelah teleponnya selesai, Dilara sudah berada di dapur dengan pakaiannya yang berbeda, jauh lebih santai dibanding setelan formalnya tadi, dengan kepala terbalut handuk. Wanita itu berdiri di depan kitchen island sembari mengaduk teh kamomil di cangkirnya. Alis Dilara naik sebelah saat melirik Ares yang mengambil tempat di sebelahnya.

"Kenapa kamu?"

"Lusa, aku bakal ke Indonesia," jawabnya setengah berbisik.

"Lalu?"

"Kamu mau ikut?"

*

"Aku memang tahu kalau kamu itu jomlo, tapi demi Tuhan, ya, Binar Alstromeria Tunggadewa, kamu nggak perlu juga kan bawa-bawa kucing sebagai teman kayak gitu!?"

Adalah kalimat yang diucapkan Erlangga saat ia berjalan menghampiri Binar yang berdiri di satu sudut ruangan dengan A, kucing Dilara, di gendongannya. Gadis itu mencibir, tapi begitu benaknya mengangkap selentingan ide, ia lantas membalas,

"Tapi kayaknya masih lebih beruntung aku deh, walaupun kucing, aku masih punya gendongan. Daripada kamu, nggak ada gandengan sama sekali. Uuuh, pasti sela-sela jari kamu dingin banget ya, Mas?"

Erlangga meliriknya tajam. Binar memeletkan lidah. Namun tak seberapa lama kemudian, keduanya terkekeh dengan Erlangga yang selanjutnya berjalan agar berada di sisi Binar dan merangkulkan lengan di pundak adik perempuannya itu.

"Ya abis gimana, ya? Istriku kabur nggak tahu ke mana," canda Erlangga, berbisik pahit. Tanpa tahu jika bisikannya itu membuat tatapan Binar sempat kosong untuk sedetik, memorinya berputar ke tiga hari lalu, di mana ia mendapati Dilara berada di satu frame yang sama dengan Ares, kakak tertua mereka. Napas Binar terhela pendek saat ia menurunkan pandangan agar mengarah pada A yang meringkuk nyaman di pelukannya. Ia bingung mau membalas apa sekarang.

Erlangga ikut menghela napas. Sebelah tangannya yang bebas menyusup ke saku celana. Kata-kata Binar tadi ternyata sedikit menyentil egonya sebagai lelaki. Dan seolah hal itu belum cukup, para wartawan yang datang untuk mereport acara yang diadakannya malam ini saling membisikkan nama Dilara Niranjana dan bersiap-siap dengan kamera yang mereka bawa. Dan di sana, wanita yang disebut-sebut namanya itu muncul bersama Ares dengan tangan yang mengait di lengan si lelaki. Mereka melenggang, mengabaikan pertanyaan wartawan yang di antaranya menanyakan kemana hilangnya Dilara selama dua tahun ini dan kenapa ia datang ke acara Erlangga bersama lelaki lain.

STILETTALE : Kisah Akhir Sang Putri Dan PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang