Diskusi Perasaan

55 5 1
                                    

Hari itu tak henti-hentinya hujan menyerbu bumi. Ditambah lagi sore yang gulita itu menurunkan hujan es-nya.

Seharusnya aku sudah berangkat sore itu untuk berdiskusi tentang lingkungan. Tapi sayangnya hujan seakan menghalangi aku untuk berangkat.

Hingga jam 17:00 itu hujan mulai melemah. Secepat mungkin aku langsung berusaha mengabari kawanku yang akan berangkat bersama.

Dan akhirnya kawanku pun datang.
Lalu aku menjalankan kendaraan milik kawanku dengan cepat agar tidak terlambat untuk pemutaran film pendek tentang lingkungan dan diskusinya.

Ketika aku sampai ke sebuah cafe tempat diskusi tersebut tepat sekali adzan maghrib. Selang beberapa menit setelah adzan dimulai. Aku dan kawanku duduk ditengah diantara penonton yang lain.

Kulihat ada seorang gadis hanya berbeda beberapa meter denganku. Yang kudengar sebelumnya bahwa ternyata sang pembuat film tersebut diundang juga dan katanya masih teramat muda.Tetapi aku masih belum bisa menyimpulkan siapa pembuat film itu.

Film pun segera dimulai aku terfokus oleh film tersebut karena menurut aku film itu menakjubkan yang bagaimana menceritakan tentang penggusuran yang dilakukan demi kepentingan pribadi.

Dipertengahan film tersebut aku menoleh ke arah gadis yang hanya beberapa meter dari tempat duduk ku.

Aku bilang kepada kawanku bahwa gadis yang aku maksudkan itu cantik dan aku bilang juga bahwa aku menyukainya.

Gelapnya malam semakin menjadi jadi. Riuh angin pun berdesir disela-sela jemari.

Seiring jalannya film tersebut aku punya perasaan curiga bahwa si pembuat film adalah yang aku maksudkan cantik.

Karna ia duduk teramat depan dan sangat fokus.

Sebelum filmnya usai ia pun berdiri membawa biola dan masuk kedalam cafe untuk memastikan suara biolanya tidak salah. Tapi untuk apa ?

Ternyata setelah film usai ia berdiri didepan diantara para penonton. Dia segera memainkan biolanya.
Sendu suara deritan biola seakan berusaha menyamakan suasana riuh angin sisa hujan saat sore aku bilang pada kawanku yang bernama galih "lih cantikkk,jago main biola. Ini sih idaman semua cowo" dia pun menjawab "iya berisik,aku juga suka sama dia". Kujawab lagi dengan kasar "hahaha goblok".

Setelah usai bermain biola ia duduk kembali ke tempat semula dan mc acara pun datang memberi tepuk tangan.

Mc itu bilang "kirana juga ternyata jago untuk memainkan biola". Aku bertanya pada diriku sendiri."Kirana ? Bukannya dia itu pembuat film ini ? Hah tebakan ku benar karena sebelum aku datang ke kafe ini aku membacanya bahwa pembuat film ini bernama Kirana.

ternyata gadis yang duduk dekatku tadi si pembuat film 'menjadi pandu ibuku' huh". Rintik gerimis mulai berjatuhan. Aku dan kawanku keluar cafe untuk membeli minuman dan beberapa batang rokok. Saat jalan menuju cafe kembali hujan mulai deras akupun lari ke cafe secepatnya.

Hingga saat aku sampai digerbang cafe semua orang masuk kedalam ruangan untuk berdiskusi. 'Sial' aku menggerutu dalam hati. Aku bergegas masuk kedalam ruangan tersebut.

Aku duduk bersebrangan dengan gadis itu. Sangat jauh,dan aku menyesali kepergianku kewarung tadi.

Diskusi pun dimulai dan dibuka dengan obrolan santai untuk kirana maupun dari organisasi WALHI.

Dan sesi tanya jawab pun dimulai.
Aku yang sebelumnya sibuk memfoto dan video untuk aku sebarkan di sosial media ku. Sekarang aku sibuk memikirkan untuk memberikan pertanyaan kepada gadis itu untuk sekedar modus kalau boleh jujur haha.

Sambil aku berfikir untuk bertanya apa.
Obrolan atau pertanyaan lain terus berlanjut yang kudengar juga bahwa gadis itu telah menjadi penulis dan telah 7 buku diterbitkan.

Aku mengerutu lagi "17 tahun udah bikin 7 buku ? Terus buku pertamanya dibuat pas umur berapa kira kira ? Mungkin dia dari bayi sudah bisa baca tulisan cina kah ?" Dalam batinku berbicara.

Dan mc tersebut berbicara bahwa dia membuat buku pertamanya saat umur 7 tahun. Ok sekarang aku membayangkan saat umur 7 tahun. Aku bicara pada kawanku "Lih kamu umur 7 tahun ngapain aja ?" Dia jawab "Aku umur 7 tahun masih bermain kelereng didepan rumah haha" dia bertanya balik kepadaku "kalau kamu ?" Aku jawab saja "Lih umur 7 tahunku aku masih suka mandi diluar rumah pake bak kecil atau ember haha".

Mc tersebut juga bilang bahwa gadis itu belum pernah sekolah formal. Ia homeschooling. "Anjing,pantesan aja bisa gini ternyata anak rumahan haha"

Dan saat itu aku menemukan pertanyaan yang akan dilontarkan pada gadis itu bahwa "kedepannya dia akan membuat film tentang lingkungan lagi atau akan buat buku lagi".

Dan aku pun itu bertanya dengan gemetar dan grogi.

Setelah bertanya sepertinya hujan lebat pun menjadi reda seketika.Bahkan ketika bertanya pun lutut kaki ku kehilangan keseimbangannya.

Pertanyaanku ditampung untuk ke pertanyaan selanjutnya.
Aku mencoba membuka semua sosial mediaku untuk mencari sosial media gadis itu dan aku pun terkejut karena disemua pencarian sosial mediaku tidak ada nama gadis itu.

Aku menggerutu untuk kesekian kalinya "Gila nih cewe bener bener kutu buku akut kayanya nyampe ga punya sosial media. Ya tuhann jodohkan lah aku padanya. Atau setidaknya buatlah aku dengan dia menjadi akrab" sekilas dia dari hati secara tidak langsung haha.

Diapun menjawab pertanyaanku tadi.
Bahwa dia tidak akan dulu membuat film karena lelah harus serba sendiri.

Diskusi pun selesai ternyata ada sesi foto bersama juga. Aku langsung menggambil posisi dekat dengan gadis itu berharap ada kontak mata. Tapi dari aku pertama datang hingga ia pulang tak ada sama sekali kontak mata.

Berfoto selesai aku keruangan sebelahnya untuk berbincang dengan kawan-kawanku membicarakan tema apa yang diangkat untuk minggu depan. Sambil aku berharap dalam hati bisa berfoto berdua dengan gadis itu.
Ternyata gadis itu pulang dengan orangtuanya. Aku sedih tidak bisa berfoto terlebih dahulu. Tapi setidaknya aku bisa berkumpul dengan kawan-kawanku di saat suasana hujan.

Hujan tak kunjung reda padahal jam menunjukan sudah pukul sepuluh malam. Dan jam setengah sebelas malam pun aku bergegas pulang dengan kawanku walau harus diguyur hujan.

Dijalan aku selalu memikirkan gadis itu dan terlebih nama sosial medianya.

Hingga saat aku telah tiba di sebuah kostan milik kawanku. Aku menyempatkan berbincang dengan kawanku yang lain walau hati ini sebenarnya sudah tidak kuat untuk menahan rasa penasaran.

Aku menuju kamar kostan yang berada dilantai dua.
Gelap tidak ada lampu karena kebenaran lampu dikamar ini sudah mati.

Dua kawanku pulang karena mungkin tidak menyukai gelap. Sebelum aku mencari sosial medianya kembali aku menyempatkan untuk membakar satu batang rokok dan memutar lagu dari danilla untuk lebih rileks.

Setelah rokok ku habis. Aku memulainya lagi kucari disemua sosial media dan aku pun mencarinya di google untuk mencari tau nama nama sosial medianya. Dan ternyata yang keluar hanyalah 7 buku karya karya gadis itu dan foto-foto yang berkaitan dengan dia. Ada satu foto yang membuat aku terkejut adalah ketika dia berfoto di iran. Aku simpan foto tersebut hingga sekarang.

Dan akupun mulai lelah mencarinya aku mulai terlelap tapi sebelum terlelap aku berkata dalam hati "Terima kasih untuk diskusi perasaannya. Terima kasih juga untuk pertemuan singkat tersebut. Semoga suatu saat kita akan bertemu lagi. Dan jika boleh aku mengganti judul lagu diana buatan koes plus menjadi nama kamu ya ?" Dan aku mulai terlelap dalam gelap.
·
·
·
·
·
Haii. Malu sebenernya saya membuat cerita tentang nona satu ini.
Tapi saya berterima kasih untuk inspirasi dari pertemuan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diskusi PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang