Semua berawal dari usahaku yang ingin kuliah di Los angeles, Amerika. Namun tak kusangka keberangkatanku bakal serumit ini. Yang amat kusayangkan adalah kerumitan ini datang dari orang terdekat yakni orang tua ku apalagi Ibu. Padahal sebetulnya aku ingin menjadikan permintaan izin ini sebagai surprise bagi mereka, bahwa putra keduanya telah mendapat beasiswa untuk kuliah di Amerika negara Paman Sam. Baru kali ini aku menyaksikan ibu meneteskan air mata di depanku dengan tersedu-sedu.
"Nak, selamanya ibu tak rela kau ke sana. Tak akan pernah" ucap ibuku
Hatiku yang keras tertunduk mendengarnya. Harapanku pupus oleh kalimat ibu.
"Tapi aku butuh kesana, Bu." Kalimatku singkat.
Aku tahu, Ibu bukan melarangku berangkat karena tidak ingin jauh darinya. Sejak kecil aku sudah terbiasa hidup jauh dari kedua orang tua.
Satu bulan lagi aku akan menerima ijazah dan 3 bulan lagi aku akan pergi ke Amerika. Tetapi hingga sekarang, niat ku terhalang oleh aksi ibuku.
Aku tahu ibu melarangku karna disana tempat yang berbahaya bagi agamaku, bagi keislamanku. Ibu merasa Amerika memiliki magnet kekafiran yang sangat kuat. Ibu takut aku akan terseret ke dalamnya.
Setelah itu....
Setelah itu, Ibu bercerita tentang tetanggaku si Imam, 4 tahun yang lalu dia belajar ke Amerika. Begitu pulang kau lihat itu ulahnya, sudah berani dia menghalalkan minuman keras.
"Aku yakin bisa menjaga diri, Bu"
Ibu tidak menjawab. Aku tak tega menyaksikan ibu menangis. Aku tahu ibu begini karena sangat mengkhawatirkan putranya jatuh ke lembah kekufuran di negeri adidaya itu.
"Baiklah kalu itu keinginan ibu. Akan kubatalkan beasiswa itu." Dengan nada ragu-ragu. Hilang sudah harapanku untuk belajar di negeri barat. Aku berjalan tanpa semangat meninggalkan ibu.
Tiba-tiba, Ibu memanggilku. Lar temui kiai Nurasyam. Tanyakan pada beliau. Jika beliau setuju kau berangkat ke Amerika, berangkatlah nak.
Aku terperanjat girang bukan main. Segera kuraih tangan ibu dan menciumnya. Aku segera berlari dan menaiki motor. Aku akan menemui kiai nurasyan sekarang juga. Aku yakin beliau lebih bijak daripada ibuku. Enam tahun aku bersamanya di pesantren. Beliau lebih tahu sejauh mana ilmu agamaku, lebih paham kadar keimananku. Beliau lebih mengerti tingkat akhlakku.
Setelah kuceritakan niatku kepada Kiai Nurasyam, aneh. Baru kali ini, sungguh tak berani mengambil keputusan sendiri. Beliau merekomendasikan seorang ulama yang menurut beliau lebih berilmu paling mumpuni di kota ini, Kiai asghori. Aku diutusnya kesana untuk nyanyri selama 2 bulan sebelum keberangkatanku.
"Ingat nak, kuatkan mentalmu saat berhadapan dengannya. Dia panas seperti terik matahari." Pesan kiai kepadaku.
Aku tak mengerti apa maksudnya, aku tak paham.
Keesokan harinya aku bertemu dengan kiai Asghori. Aku bertemu dengannya di depan masjid.
Aku berbicara dengannya dan kiai itu memotong kalimatku dengan tegas.
"Kiai, aku kesini ingin belajar, menjadi murid kiai."
"Apa yang kau tahu tentang murid?"
"Murid adalah orang yang berkehendak"
"Bahasa apa itu murid?"
"Bahasa arab, kiai."
"Bagaimana asal-usulnya?"
"Aroda, yuridu, muridan...."
Jika kau ingin tetap keras kepala untuk belajar agama denganku, jawablah pertanyaan yang ku berikan, jika kau tak bisa menjawab pulanglah!
Aku berpikir sejenak....
"Untuk apa Allah menurunkan agama?"
"Agar manusia di muka bumi ini memiliki alat dan caa untuk selamat kembali menuju tuhannya, ucapku tanpa ragu."
"Agama apakah yang dipeluk sebelum nabi Muhammad?"
"Islam, kiai."
"Sudah bernama islamkah ketika itu,"
"Tidak, kiai. Demikian kehendak Allah. Ada nama selain islam yang sanggup mewakili kandungan-kandungan nilai petunjuk Allah. Demikian Al-quran menyebutkan.
"Mengapa kau menjawab dengan dasar Al-quran?"
"Karena Al quran adalah firman Allah yang pasti kebenarannya."
"Apa ada dasar ilmiah untuk membuktikannya?"
Kali ini aku berpikir sejenak.
"Masuklah, ambil 1 al quran!"
Kuambil al quran berukuran paling besar.
"Bukalah dengan acak lalu bacalah 1 ayat yang kamu lihat"
Aku membukanya dengan acak dan terbuka pada surat al kahfi aku tertuju pada ayat 25.
Aku membacakannya dengan nada yang lembut.
"Apa arti ayat itu?"
"Dan mereka tinggal di dalam gua 300 tahun dan ditambah 9 tahun lagi, jawabku."
"Kau tadi bilang Al quran adalah mukjizat terbesar Rasul Muhammad. Apa mukjizat ayat yang kau bacakan tersebut?"
Gila! Pertanyaan apa ini? Mana kutahu? Aku hanya tahu ayat itu menceritakan berapa lama Ashabul kahfi tinggal di dalam Gua.
"Mengapa ayat itu mengatakan 300 tahun ditambah 9 tahun lagi, kenapa tidak 300 tahun saja atau 309 saja.
"Rasul dulu pernah ditanya oleh sahabat tentang itu, dan Rasulullah tidak menjelaskannya," jawabku.
"DASAR GOBLOK!" KIAI MEMBENTAKKU
aku merindingggggg.
Kau ini hidup di 14 abad silam ya, keras sekali. Aku menunduk.
"Apa yang kau pelajari di sekolah 12 tahunmu itu? Pulanglah!kau hanya merepotkanku disini!"
Aku memikirkannya dan kiai meninggalkanku.
Pertanyaan melompat-lompat du kepalaku. Sambung menyambung, secara otomatis saling terhubung. Dan....
Ting....!
Eureka!
Aku segera berlari mengikuti arah jalan kiai. Kulihat kiai akan memasuki ke salah satu ruangan. Mungkin rumahnya.
"Kiai...kiai!" Teriakku.
Kiai menoleh. Menghentikan langkahnya.
Aku menghampirinya, "dalam konteks ayat yang saya baca tadi, al quran bermaksud menyingkap rahasia dua penanggalan yang dipakai oleh umat manusia, yaitu kalender hijriyah dan masehi.
"Duduklah!kata kiai."
Aku menjawabnya dalam kertas. "Insaallah begini, kiai."
300 thn masehi = 300×365=109.500
300 thn hijriyah=300×354= 106.300
Perbedaan jumlah hari keduanya adalah 3200 hari. Maka jumlah tahun bagi keduanya adalah 3200 ÷ 354 = 9,03 tahun hijriyah.
Fantastic!
Sungguh, belum pernah aku berpikir tentang ini sebelumnya. Subhanallah!
Kiai Asghori tersenyum, kemudian ia berkata.
"Pulanglah, bilang padanya bahwa aku sudah mengizinkanmu berangkat ke Amerika."
Matahari! Telah kuungkap sinar dari balik wajah kiai Asghori yang tajam. Ternyata kiai Asghori sudah mengetahui kedatanganku sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan spontan itu ternyata untuk menguji pemahaman dan tingkat keimananku sebelum akhirnya mengizinkanku bertempur di Amerika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput sinar matahari
SpiritualBukalah dengan acak! bacalah satu ayat yang kau lihat, suruh Kiai Asyamsiyah. aku membuka mushaf secara acak. Terbuka halaman surah al kahfi. Mataku menuju ke satu ayat, tepat ayat ke-25 dari al-kahfi. Segera ku baca. "apa itu artinya?" tanya kiai "...