Title : I’m Comeback [Oneshoot]
Author : Aina Mardiyah
Cast : Park Jimin aka Jimin
Han Yuri aka Yuri
Other Cast : *temukan sendiri
Rating : PG-15
Genre : Sad, Romance
Disclaimer : Annyeong Aina imnida!!!! Ini FF kedua yang aku buat untuk BTS dan para A.R.M.Y tercinta, FF pertama belum aku post karena special untuk tahun baru. FF nggak nyambung, asal buat yang aku bikin hampir 1 bulan karena selalu ditunda, haha. FF ku ini masih banyak kekurangan. Thanks buat admin yang udah post FF ini.
#YURI’S POV
Aku duduk terdiam menekuk lututku di bawah pohon maple yang sedang merontokkan daunnya itu dengan memandangi sebuah danau yang indah nan sunyi ini. Tiap hari aku kesini hanya untuk menunggu seseorang yang aku cintai, Aku selalu membayangkan jika dia tiba- tiba datang dihadapanku saat ini juga, mungkin aku akan langsung memeluknya dengan erat dan tak kubiarkan dia pergi dari pandanganku. Park Jimin , Aku merindukannya, aku merindukan kenangan yang indah 3 tahun yang lalu, bagaimana dia menyatakan perasaannya di depanku, bagaimana dia menyayangiku bak seorang putri, dan dia selalu menjagaku dengan baik, betapa sedihnya aku ditinggalkan olehnya tanpa sepatah kata pun. Tidak tahu bagaimana kabarnya, tinggal dimana dan sedang apa, aku ingin mengetahui semuanya. Hubungan kita menggantung dan kita berdua Lost Contact, nomornya tidak aktif, setiap hari kukirimi dia email tetapi tidak pernah dibalas 1 kali pun dalam 3 tahun, Apa kalian kuat jika kalian seperti aku? Sayangnya aku masih mencintainya dan selalu menunggunya tapi apa perasaannya sama seperti perasaanku saat ini? Aku harap jawabannya adalah Iya.
Aku Han Yuri, dipanggil Yuri, aku tinggal di rumah yang sederhana nan klasik. Aku tinggal sendirian, orang tuaku sudah meninggal. Aku seorang guru di salah satu sekolah menengah atas sebagai guru bahasa Inggris, Aku cukup muda dan pandai dengan umurku yang 23 tahun dan sudah menjadi seorang guru yang handal. Di lain sisi aku juga mengikuti kegiatan sosial yaitu Palang merah. Aku ingin bergelut dibidang kesehatan walau tidak seluas pengetahuan seorang dokter.
“Han Yuri, kau akan ditugaskan berangkat ke China untuk menolong beberapa korban jiwa yang telah terkene gempa bumi bersama teman yang lain,” Ucap temanku salah seorang anggota palang merah
“Aku tahu, kapan?,” Tanyaku memandang agak malas kearahnya
“Hey hey kau ini kenapa? Kau dilanda galau lagi? apa kau masih merindukannya hm? Lebih baik kau berpacaran denganku saja,” Canda teman ku yang satunya lagi sambil tertawa
“Aku tidak berbicara denganmu, Aku berbicara dengan Jimmy,” Jawabku dingin
“Besok kau harus sudah berangkat,” Jawab temanku yang bernama Jimmy itu
“Aku tahu, untung saja besok aku libur,” Ucapku sambil mengelus- elus dada lega
Esok hari aku harus berangkat ke China tepatnya di Guang Zhou. Malam ini aku harus mempersiapkan barang- barang yang akan aku bawa. Setelah mempersiapkan semuanya, Aku berbaring di tempat yang paling empuk bagaikan awan, tempat tidur. Perlahan aku terlelap dan akhirnya tidur.
Aku duduk diam menangis meratapi pohon maple yang berada didekat danau. Tiba- tiba terdengar suara langkah kaki perlahan dan meneriakkan namaku, Tak asing dengan suaranya, Aku langsung menoleh kebelakang dan kudapati seseorang yang aku tunggu selama ini dengan berlumuran darah.
~AAAAAAHHHHHH~
“Oh Tuhan, ini hanya sebuah mimpi, tetapi kenapa perasaanku tidak enak ya, ah lupakan,” desisku sendiri dengan menggeleng- gelengkan kepala supaya hal yang ada didalam mimpi tidak menjadi kenyataan
Hari ini aku berangkat ke Guang Zhou, China untuk menolong para korban yang sedang membutuhkan. Setelah sampai disana, ternyata banyak sekali korban yang berjatuhan, Gempa bumi nya terlalu besar sehingga bangunan- bangunan yang dulunya menjulang tinggi sekarang sudah rata dengan tanah, Inilah kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa ba bi bu aku menolong satu persatu korban dengan gesit. Tapi, tiba- tiba disaat aku mengobati salah satu korban kegiatanku terhenti sesaat dikarenakan dihadapanku muncul seseorang yang wajah nya yang tak terasa asing dimataku, tetapi orang mirip sangat banyak. Aku pun menyuruhnya duduk dan melanjutkan aktivitasku yang terhenti.
Setelah selesai mengobati salah satu korban, korban yang lain seperti yang wajahnya mirip dengan seseorang yang aku tunggu selama ini kusuruhnya berbaring. Aku mendengarkan detak jantungnya, Normal, hanya saja wajahnya banyak sekali dengan luka memar dan dipenuhi darah. Perlahan aku bersihkan darahnya dan mengobati memar- memar yang berada di kepalanya. Setelah semuanya selesai aku melihat nya dengan jarak pandang 2 langkah dihadapannya. Tiba- tiba dia mengucapkan sesuatu
“Yuri terima kasih, lama tidak bertemu” Ucapnya dengan senyum yang selalu membuatku terpana melihatnya
Aku diam dan terkejut melihatnya, Aku benar- benar merindukannya, sayangnya saat ini aku sedang bekerja. Kubalikkan badanku berniat untuk meninggalkannya, akan tetapi kurasakan pergelangan tangannya memegang erat tanganku
“Maafkan aku” Ucapnya dengan wajah tertunduk sedih
“Kita perlu bicara, tetapi bukan sekarang, sekarang aku harus mengobati korban yang lain” Ujarku dengan melepaskan tangannya dari tanganku
~Bruuuuuuk~
“Jimin....?? Kau tidak apa? Bangun? Hey Jimmy bantu aku!,” Teriakku kepada Jimmy yang kebetulan berada di dekatku
“Oh oke- oke”
Aku khawatir akan keadaannya, apa ini pertanda akan mimpiku semalam, mustahil, aku tidak percaya mimpi bisa menjadi kenyataan. Sambil menunggu keadaannya, aku mengobati korban yang lain. Hari ini begitu melelahkan. Tiba- tiba terdengar teriakan seseorang yang tidak jauh dari belakangku
“Hey Yuri, kau dapat masalah, kau dipanggil ketua sekarang”
“Masalah? Apa?” Tanyaku kebingungan kepada Jimmy
“Cepatlah kau kesana!” Suruh Jimmy sambil mendorongku menuju tempat tenda ketua
*Plaaaaaakkkk.....
“Apa kau gila hah?” Teriak ketua tepat dihadapanku
“....................” Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Ketua, karena aku tidak tahu apa masalahnya
“Pasien yang baru kau tolong tadi, apa kau tidak memeriksa bagian kepalanya? Dia mengalami pendarahan otak!”
“............” Aku tidak bisa menjawab apapun. Saat ini fikiranku tertuju kepada satu orang yaitu Jimin
“Jangan kau ulangi kesalahan seperti ini lagi!, Arraseo?,” Bentak Pak Ketua dihadapanku dengan berkacak pinggang
“Ne, Arraseumnida,” Jawabku lemas
“Sekarang, Kita kehabisan stok darah A untuk pasien Jimin, mungkin stok darah datang sedikit terlambat karena keadaan jalanan yang cukup sulit, Tetapi dia membutuhkannya sekarang, apa kau bisa mencarikan pendonor darah A secepat mungkin?” Tanya Pak Ketua kepadaku
“Ambil saja darahku, mungkin akan cocok,” Jawabku lantang
“Okey, akan kusuruh dokter mengeceknya dulu, masuklah kesana,” Suruh Pak Ketua kepadaku
Tidak lama menunggu hasil cek darah,ternyata darahku dengan darah Jimin sama, Aku pun mendonorkan darahku untuk Jimin, Aku akan menolong Jimin semampuku, Aku mencintaimu Park Jimin.
Setelah pendonoran selesai, aku keluar ruangan untuk melanjutkan aktivitas ku yang tertunda . Aku berusaha menolong orang- orang sebaik mungkin agar tidak ada kesalahan lagi.Ku lihat jam tangan yang melingkar di tanganku, jam menunjukkan pukul 5 sore, aku belum istirahat sedari tadi, aku lelah.
“Nona, tidak apa-apa? Wajah anda terlihat pucat,” Ucap salah seorang pasien yang aku rawat
“Tidak apa, aku hanya sedikit lelah,” Jawabku
“Nona, istirahatlah” Pinta pasien tersebut kepadaku
“Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, tetapi aku baik- baik saja, aku akan kembali ke base” Ucapku kepada nya
Aku pun berjalan agak limbung menuju base, tetapi tidak ada orang disana, aku pun pergi menuju ruang opname untuk melihat Jimin. Setelah sampai, aku membuka pintu perlahan dan mendapati Jimin yang tertidur lelap disana, mungkin terkena efek obat bius. Aku pun mendekati tempat tidurnya dan duduk disampingnya, aku mengenggam erat tangannya dan perlahan aku meletakkan kepalaku di tempat tidur Jimin. Aku pun perlahan tertidur.
Tak lama kemudian, aku merasa rambutku disentuh oleh seseorang, aku pun sedikit terlonjak dan bangun. Ternyata Jimin sudah siuman.
“Oppa,!” Aku pun reflek memeluk erat Jimin. Dia pun hanya membelai rambutku
“Bogoshipta Yuri-ah,” Ucapnya pelan tetapi masih terdengar di telingaku. Suara lembut yang keluar dari mulut Jimin, aku benar- benar merindukannya
“Yuri-ah mianhae,” Ucapnya penuh sesal
“Gwaenchana Oppa, Tetapi kau tahu aku sangat merindukanmu! Bertahun- tahun aku menunggumu, menunggu kabar darimu, hubungan kita menggantung karenamu Oppa, Kau dimana saja?,” Ucapku dengan menahan buliran air mata yang akan keluar
“ It..itu, Jeongmal mianhae Yuri-ah, Sebenarnya aku sudah menikah,” Ucap Jimin menyesal
“Mworago? Gotjimal!,” Ucapku dengan sedikit teriak
“Nde, Jeongmal Mianhae,” Ucap Jimin dengan menarik pergelangan tanganku
“.....” Ku tepis tangannya kasar
“Neo jinjja!,” Ucapku tertahan dan membalikkan badanku menuju keluar ruangan
Setelah menutup pintu ruangan, aku pun terjatuh dan menangis dalam diam. Aku tidak percaya jika dia sudah menikah, sia- sia aku menunggu bertahun- tahun untuknya, buat apa? Pada akhirnya pun tidak ada artinya. Aku menyesal menunggu Jimin selama ini, Aku wanita yang bodoh, benar- benar bodoh
Keesokan harinya aku berniat pulang ke Korea. Aku beralasan kepada Pak ketua ada tugas mendadak padahal aku ingin menghindari diri dari Jimin. Pak Ketua pun menyutujuinya. Aku pun berniat keluar dari base, Aku pun membuka tirai tenda dan aku pun terkejut melihat sosok pria tidak terlalu tinggi namun baby face dan imut yang baru saja menyakiti hatiku kemarin
“Aku akan ikut denganmu,” Ucapnya tiba- tiba yang sontak membuatku melotot
“Csh, Mworago?Ikut denganku? Micheoso?,” Ucapku marah
Aku pun melanjutkan perjalananku dengan sedikit sedih dan bingung, apa Jimin serius akan ikut denganku ke Korea.
“ Ya!!! Yuri-ah! Berhenti! Aku ikut denganmu, aku serius, aku tidak ingin disini!” Teriak Jimin kepadaku
Aku pun cuek dan tetap melanjutkan perjalananku, tiba- tiba kurasakan ada seseorang yang jalan dibelakangku. Aku pun berhenti tiba- tiba dan
~Brukk~
.
.
.
TBC..
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Comeback
FanfictionEntah berapa lama lagikah aku harus menunggumu, kau menghilang bak ditelan ombak tanpa ada kabar sekalipun...#Yuri Maafkan aku yang tiba- tiba menghilang, tapi satu hal yang harus kau ingat, perasaanku tidak pernah berubah sejak dulu, aku tetap menc...