Suara kian bergemuruh dari langit. Sebentar lagi akan hujan. Tapi kakiku terus melangkah ke tempat itu.Tempat dimana orang yang paling berpengaruh di hidupku ini tinggal.
Buket bunga kugenggam dengan erat.
Mendatanginya bagiku sama saja menyiksa diri. Atau lebih tepatnya membunuh diri perlahan lahan.Setiap langkah yang kupijakkan ketempat ini,kenangan bersamanya terlintas dengan begitu saja. Tawanya,senyumnya yang selalu membuatku ingin terus hidup bersama dirinya.
Tapi takdir dan semesta menolak kami menyatu. Rasanya tidak adil.
Setelah sekian lamanya aku tidak ketempat ini,tetapi tidak sama sekali yang berubah. Kududuk bersimpuh.
“gimana kabar kamu?Bahagia?ya,kuharap begitu. Maaf setelah 2 minggu aku pulang,aku baru jenguk kamu lagi” ku mengatakan dengan lirih.
Ku berusaha menahan semua emosi yang melunjak ingin keluar.
Setelah menghela nafas perlahan “kamu tau ga?Rindu itu berat. Rindu kepada orang yang berbeda alam sama kita,salah ga?”
Air mataku jatuh begitu saja,seiring dengan jatuhnya rintik hujan. “aku nyesel ga pernah liat ke kamu. Gak pernah liat perjuangan.pengorbanan kamu selama ini. Kamu berhasil buat aku merasa sangat bersalah. Kamu bisa liat dari atas sana. Aku rindu kamu setiap saat. Satu detikpun tidak pernah kulewatkan untuk tidak rindu.”
Kudengar derap langkah kaki mengdatangiku “Mas Nata,saya sudah di telepon ibu berkali kali. Ibu khawatir sama mas.”
Ku menggeleng tegas. Sekian lama aku pergi. Meneruskan pendidikan di Inggris,kuharap dia bangga dengan pencapainku selama ini.
Suara serak itu terdengar lagi “mas ayo pulang mas. Saya takutnya saya kena marah ibu.
Ku hanya menggeleng tegas dengan air mata yang terus menerus mengalir begitu saja seiring derasnya hujan.
Setelah diam beberapa menit dengan isi berkecamuk di otakku ini. Hpku bergetar.
Id callnya tertera disana. Bunda.
Ku mengusap air mataku yang terus mengalir,lalu bergegas menjawabnya. “halo?kenapa bun?”
Terdengar di seberang sana bunda menghela nafas dengan kasar. “Nata,pulang nak. Bunda ga pingin kamu kenapa kenapa.”
Air mataku mengalir begitu saja setelah bunda mengatakan itu “Bunda khawatirin aku.Tapi bunda gatau kan dia khawatir sama aku juga apa ngga?”
Kudengar helaan nafas lagi “Nata,kamu paham ga?Semakin kamu melakukan hal yang sia sia hanya untuk dia.Dia semakin sedih. Nat,sedih boleh. Tapi sedih itu sudah ada batasan waktunya. Kamu harus bangkit,kamu gaboleh terpuruk gini terus. Bunda yakin disana dia juga ngawatirin kamu. Walaupun kamu gatau. Bunda yakin. Sekarang Nata pulang ya. Bunda gamau tau kamu pulang sebelum maghrib”
Ku menjawab dengan cepat “iya bun”
Akhirnya ku menaruh buket bunga yang tadi sempat kubeli sebelum datang. “Semoga kamu bahagia”Selama di perjalanan pulang. Kata-kata bunda terlintas begitu saja.
Rasanya pun aku ingin bangkit. Tapi entah kenapa terasa begitu susah.
Perlahan lahan ku menutup mataku.
Mencoba mengingat detail setiap kenangan itu.Kuharap kubisa merubah takdir. Tetapi semesta menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Say Good Bye
Teen FictionJika waktu bisa kuputar,mungkin aku tidak akan pernah mengatakan selamat tinggal -Rissa Helena Jika waktu bisa kuputar,mungkin aku tidak akan pernah membiarkanmu mengatakan selamat tinggal begitu saja -Delta Adinata Semesta kembali mempertemukan mer...