Adik Kecil

44.6K 6.4K 419
                                    

"Hai."

Kyra berhenti melangkah saat seorang gadis cantik menyapanya di sebelah kursi roda Opa. Wajahnya cantik. Tingginya boleh disandingkan dengan para pramugari pesawat. Belum lagi rambut coklat bergelombangnya itu, yang seolah bersekongkol dengan angin semilir untuk membuatnya terlihat seperti ombak emas.

Kyra menarik napas pendek. Jadi ini Cecil.

"Hai," gadis itu menghampiri Kyra dan mengulurkan tangan. "Aku Bianca."

Lebih parah lagi, dia Bianca. Kyra tersenyum canggung. "Kyra." Terbersit di ingatannya kemarin, saat Jacob bilang ia bersedia menikahi Bianca.

"Hai, Kyra," Bianca mengedip sebelah mata padanya. "Senang akhirnya bisa berkenalan denganmu."

"Uhm..." Kyra memandangi wajah Opa, Sus Mina, kemudian sekeliling mereka dengan penasaran.

"Cari Jacob? Dia belum datang. Nah, mumpung dia belum datang, kita ngobrol-ngobrol dulu yuk." Bianca mengambil lengan Kyra dan menggamitnya seperti hendak mengajak adik kecil main masak-masakan. "Opa, aku pinjam Kyra-nya sebentar ya."

"Asal jangan kamu dorong ke sumur."

"Jangan khawatir," bisik Bianca sambil menggiring Kyra meninggalkan halaman. "Opa cuma bercanda. Aku nggak jahat kok. Cuma gigit."

"Sebenarnya aku nggak bisa lama, aku meninggalkan pekerjaan aku begitu aja dan bosku—"

"Kenapa buru-buru? Lagipula Jacob belum datang. Sebut aja nama Djaya Biantara di depan bosmu, dia pasti bisa memaklumi."

Kyra benar-benar tidak bisa mengelak saat gadis cantik itu membawanya masuk ke dalam rumah, melintasi meja makan sampai akhirnya tiba di ruang tamu. Sesampainya di sana, Bianca berhenti melangkah.

Tangannya yang sejak tadi melingkar di lengan Kyra perlahan dilepas. Begitupun senyuman ramahnya yang kini ia tanggalkan.

Tatapan tajamnya menyelidiki Kyra dari ujung kepala hingga jempol kaus kaki. Ia sedang menilai. Seperti alat scanner yang digunakan pegawai supermarket untuk melacak barcode.

Kemudian ia mulai bersuara. Tajam dan tegas. "Aku nggak enak mengatakan ini di depan Opa. Jadi mumpung sekarang cuma ada kita berdua, langsung saja tanpa basa basi : apa sebenarnya yang kamu incar dari keluarga ini?"

"Aku nggak mengincar apapun."

"Gimana orang bisa percaya? Kamu orang asing yang muncul entah dari mana dan tahu-tahu Opa menyerahkan semua hartanya untukmu. Kamu sadar kehancuran apa yang kamu bawa untuk keluarga ini?"

"Sebelum aku datang pun, keluarga ini sudah hancur."

Bibir Bianca mengerucut sedikit. Kecil-kecil pemberani. Ia menyilangkan tangannya di depan dada, masih mengamati Kyra dengan penuh selidik. "Aku akan membuat pertanyaanku lebih simpel : siapa sebenarnya kamu."

"Aku yakin Totoro sudah menjelaskannya."

"Totoro?"

"Temanmu yang tinggi besar buluan itu."

Wajah Bianca kelihatan geli menahan tawa. "To—maksudku, Jacob, cuma bilang bahwa kamu pizza delivery girl yang kebetulan mengantar pizza untuk Opa lalu berkawan akrab dengannya. Tanpa bermaksud merendahkan kamu, Kyra, tapi sekali lagi ... gimana caranya orang bisa percaya dengan cerita Cinderella ini? Tante Mira meneleponku kemarin malam sambil menangis, dia bilang kamu memakai ilmu gelap untuk mengguna-guna Opa. Dia bilang kamu utusan neraka atau pengabdi setan—great, sekarang aku terdengar seperti salah satu film Joko Anwar."

"Aku nggak pakai ilmu gelap."

"Adik Kecil, nggak perlu sensi denganku."

"Aku hanya melindungi diri sendiri dari serangan kalian semua." Balas Kyra dengan tatapan yang tak kalah tajamnya. "Dengar, Bianca, aku tahu kehadiranku yang tiba-tiba ini nggak bisa diterima dengan akal sehat. Ada beberapa hal yang nggak bisa aku jelaskan, beberapa hal yang mungkin akan membuat kalian mencurigai aku, tapi aku bisa pastiin bahwa aku nggak ingin mencelakai siapapun. Seperti yang aku bilang tadi, keluarga ini memang udah hancur sebelum aku datang."

Years Gone By [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang