kalo banyak yang suka, aku lanjuuut. tapi kalo enggak yaaaa, udah deh. hehe.
--------------------
Lilin menyandarkan punggungnya di tembok samping pintu ruang Kepala sekolah. Dengan lunglai, dibiarkannya kakinya lemas dan akhirnya dia merosot hingga akhirnya duduk dalam posisi jongkok. Dia capek. Sudah satu jam lebih sedikit dia mondar mandir di situ dengan perasaan cemas dan tegang menunggu Bayu yang sedari tadi di tahan di ruang Pak Gufron, kepala sekolah mereka.
Masalahnya, pelanggaran yang dilakukan Bayu kali ini pelanggaran serius. Dia berkelahi. Dan sialnya, Pak Gufron sendiri yang melihat pemukulan itu terjadi. yang lebih parah, adegan yang dilihat Pak Gufron adalah saat Bayu sedang mencengkeram kerah Ardi dan tinjunya sudah nyaris melayang. Padahal, sebelum Pak Gufron datang, Bayu sedang kualahan karena dikroyok Ardi dan teman-temannya. Saat satu hantaman keras mengenai mulut Bayu, cowok itu kalap. Dengan sekuat tenaga dia menyerang membabi buta. Dan endingnya, Pak Gufron datang. Tak bisa disalahkan, karena apa yang dilihat Pak Gufron memang Bayu yang menyerang, sehingga dia kini dijadikan tersangka tunggal dalam kasus ini.
Sedangkan Lilin yang hanya menjadi saksi keseluruhan cerita dilarang keras oleh Pak Gufron untuk membela Bayu. Dia tidak diperkenankan masuk ke ruangan tempat Bayu sedang dieksekusi. Jadi Lilin hanya bisa menunggu di luar. Berdoa, semoga Bayu tidak perlu mendapat hukuman apapun.
Tapi Doanya menghilang, digantikan dengan kekhawatiran. Terlalu lama Bayu di dalam. Lilin tidak tahu apa yang sedang berlangsung di dalam sana. Yang jelas, Pak Gufron sedang marah sekali sekarang ini.
Untuk Bayu, anak yang kenakalannya diatas rata-rata, memang sudah tidak asing untuk mengecap hukuman tingkat rendah sampai tingkat tiinggi. Dari di marahi sampai skorsing. Karena menyontek sampai tawuran antar sekolah. Jadi, Bayu sudah langganan wejangan dari kepala sekolah.
Bayu memang nakal. Dia baru kelas dua SMP, tapi kenakalannya sudah bikin kepala sekolah, guru-guru, teman-teman, bahkan orang tuanya pusing kepala. Matanya berkilat seperti mata kancil, otaknya cerdik, tapi dia bukan cowok yang bisa digertak.
"Kalo ada yang baik sama aku, aku pasti baik juga sama dia. Tapi kalau ada yang jahat sama aku, aku bisa lebih jahat lagi dari dia." Kata Bayu waktu itu. "Senyum, dibalas dengan senyum. Tangan dibalas dengan tangan. Kaki dibalas dengan kaki."
Lilin tahu Bayu tidak pernah main-main dengan omongannya. Siapa saja yang bersikap baik dengannya, pasti aman. Tapi kalau ada yang berani macam-macam, Bayu tidak pernah segan-segan untuk memberinya pukulan atau tendangan, bahkan keduanya. Pukulan sekaligus tendangan.
Satu-satunya orang yang masih mempunyai kemungkinan mencegah dan meredam kemarahan Bayu hanya Lilin. Mereka berdua pacaran sejak setahun yang lalu tepatnya waktu mereka kelas satu SMP.
Bayu bisa kasar pada siapa saja, tapi tidak pernah bisa kasar pada Lilin, semarah apapun dia. Bayu bisa marah dengan ledakan super besar kalau ada yang membuat Lilin menangis. Bahkan kalaupun itu adalah guru mereka sendiri. Pernah Bayu mengerjai Bu Dar, guru Biologi mereka yang galaknya minta ampun dan juga terkenal sebagai tukang tunjuk- maksudnya setiap kali ada soal dia sellau asal tunjuk hidung muridnya buat mengerjakan soal itu.
Dan itu harus bisa! Karena bagi Bu Dar, Jika dia sudah menjelaskan materi, semua siswa diwajibkan mengerti semuanya. Jika tidak, maka kata-kata pedas pasti menunggu! Dan sata itu Lilin memang sedang apes. Saat semua teman-temannya bersembunyi di balik tas yang mereka letakkan di atas meja, Lilin tak sengaja menatap Bu Dar. Tak pelak, jari telunjuk Bu Dar menunjuk cewek itu.
Gagaplah Lilin di depan kelas. Bukan hanya dia tidak mengerti, tapi sama sekali blank! Bukan hanya Lilin yang tidak menangkap semua penjelasan Bu Dar, tapi juga seluruh kelas. Karena Bu Dar mnejelaskan dengan ceramah, sama sekali tak ada yang dia tulis di papan tulis. Bagaimana murid bisa menangkap. Yang ada penjelasannya lari semua. Bagi Bu Dar, papan tulis hanya berguna untuk menulis soal- tali gantungan siswa-siswanya!