Bukan Sekedar Mimpi

571 34 0
                                    

       Hay... perkenalkan namaku shani lengkapnya shani indira natio. Aku seorang siswi kelas 11 ipa-1 di salah satu sma bergengsi di jakarta. Hari ini adalah hari sialku. Kenapa aku mengatakan ini hari sialku? Karena aku di tinggal oleh papa dan mamaku pergi ke luar kota untuk menghadiri rekan bisnis mereka. Dan yang lebih parahnya lagi, pembantu rumah kami izin pulang kampung dari kemarin. Sehingga hanya ada aku sendiri di rumah. Aku sudah menge-chat teman-temanku untuk menginap dirumahku tapi katanya mereka sudah punya acara sendiri. Huft ya sudahlah...

     Aku memperhatikan jendela rumahku yang mulai basah terkena hujan. Perlahan, otakku mulai berfantasi. Aku mulai membayangkan diriku sendiri dan orang yang kusukai sedang bermain hujan-hujanan. Tidak peduli apa akibatnya kalau aku dan dia hujan-hujanan. Kita terus bermain dengan riang.

    JDERRR
   
    Petir yang menyambar begitu keras seakan menyadarkanku untuk kembali pada kenyataan. Sebenarnya, selama ini aku menyukai seseorang disekolahku. Dia adalah kakak kelasku, seorang ketua tim basket cewek yang terkenal baik dan ramah tak jarang banyak cowok maupun cewek yang terpesona padanya. Dia sangat populer karena prestasi akademik dan non-akademiknya dan itu membuatku takut walau pun hanya untuk menyapanya. Sangat sulit bagiku untuk berkata "selamat pagi" kepadanya walau pun aku sudah berkali- kali latihan. Selalu saja lidahku kelu saat aku tak sengaja berpapasan dengannya dan yang bisa kulakukan hanya menunduk saat ia melewatiku.

    Ting Tong
   
    Bel rumahku berbunyi. Aku takut siapa yang bertamu malam-malam begini? Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya aku melangkahkan kakiku dan membuka pintu rumah.
 
   "Permisi, boleh aku minta tas plastik? Bukuku basah nih." Sebenarnya bukan hanya bukunya saja yang basah, tapi dia sendiri juga basah kuyup. Namun, bukan itu yang ku perhatikan. . .

    Selama ini, aku menyukai seseorang, namun sulit sekali bagiku untuk bicara dengannya. Namun, kini dia berada di depanku, berbicara kepadaku! Lidahku kaku seketika. Aku tidak tahu harus berkata apa.

  "Hey, dengar tidak?"tanyanya lagi. "I-iya, sebentar." jawabku. Aku segera masuk ke dalam rumah dan mengambil tas plastik.

    Apa semuanya akan selesai saat aku memberinya tas plastik ini.
    Apa dia akan mengenalku setelah ini? Aku tidak yakin. Apa yang harus kulakukan.
    Ku taruh tas plastik itu dan mengambil keputusan berani.
 
  "Kak, mau masuk dulu? Di luar hujan."
 
  "Eh? Nggak apa-apa nih? Udah malam lho." jawabnya.
 
   "Nggak apa masuk aja kak."
 
    Dia akhirnya masuk ke rumahku. Aku tidak percaya. Hatiku senang sekali. Segera kubuatkan segelas susu coklat untuknya.
 
  "Kak, diminum ya." ucapku.
 
  "Eh iya makasih duh jadi ngerepotin. Oh ya aku baru sadar loh, kamu dari tadi manggil aku 'kakak'. Memangnya tahu dari mana kalau aku lebih tua?"
 
  " Nggak ngerepotin sama sekali kok kak. Tahu dong, aku kan satu sekolah sama kakak."

  "Ooh, ya udah. Risih deh aku dipanggil kakak. Aku Ratu Viny, panggil Viny aja. Kamu?" Dia mengulurkan tangannya.
 
"S-shani, shani indira kak, eh viny."

   Jawabku terbata, dengan sedikit gugup aku menjabat uluran tangannya. Tapi dia malah tertawa, dan untuk sepersekian detik aku terpesona oleh senyumnya yang sangat manis.

  "Kamu kayak ngomong sama guru, deh. Santai aja kali." ucapnya.
 
   Aku gugup kayak gini juga gara-gara kamu viny! ujarku dalam hati.

  "Iya deh, iya..." jawabku.

  "Kayaknya hujan udah reda deh." Viny mengintip lewat jendela rumah.

   "Aku pulang, ya? Makasih banyak."

  "Iya, sama-sama."

     Aku berusaha untuk terlihat senang, tapi sebenarnya aku sedih sekali. Kenapa hujannya cepat sekali? Aku masih ingin berbincang banyak hal denganya, aku ingin tahu semua hal tentangnya. Tapi apa boleh buat? Keadaannya tak berpihak padaku. Dengan terpaksa aku mengantarnya sampai depan rumah untuk pulang.

  "Hati-hati di jalan ya vin." kataku setelah dia menghidupkan motornya.

  "Iya, sekali lagi makasih ya. kamu cepat istirahat."katanya sambil melambaikan tangannya padaku.
 
  "Iya." Kubalas lambaian tangannya dengan senyum yang sedikit kupaksakan.  Rasanya aku masih belum rela untuk melepasnya pulang. Setelah ku pastikan motornya menghilang ditikungan perkomplek'an rumahku, ku putuskan untuk masuk rumah dan segera istirahat. Dan semoga aku bisa bertemu dengannya di alam mimpiku.

                           ***

    Kulangkahkan kakiku memasuki gerbang sekolah. Sudah banyak siswa-siswi yang berdatangan. Aku melihat ke parkiran motor tapi tak menemukan motor viny disana, biasanya dia sudah datang jam segini. Kemana dia? Apa terjadi sesuatu padanya? Apa hari ini dia tidak masuk sekolah?. Aku berjalan menuju kelasku dengan pikiran yang di penuhi olehnya, sesekali aku menoleh kekanan-kiri masih mencoba mencari sosoknya. Sampai tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku.
  
   "Hai! Cari siapa nih? Serius amat." Aku menoleh, dan. . .

  "Eh, nggak cari siapa-siapa kok." aku terpaksa berbohong jarena orang yang kucari-cari tepatnya viny sudah berada di sampingku.

  "Masa sih? Padahal tadi serius banget. Ya udah deh, kelasmu dimana? Biar aku antar." Eh? Aku nggak salah dengar nih?.
 
"Aku bisa sendiri kok kak, eh maksudku vin."

  "Yee, itu juga aku tahu. Maksudnya, biar aku bisa sering-sering ke kelasmu." Aku mencubit lenganku tanpa sepengetahuannya. Ini nyata!!

  "Iya deh, ayo." Dia terlihat senang dengan jawabanku. Ini bukan mimpi kan???.

End.

Ini hasil kegabutan dari nunggu update'an author-authorku. Maaf mungkin banyak banget typonya, maklum baru pertama kali nyoba buat nulis cerita.

Coretan AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang